Seducing Cinderella
By
Gina L. Maxwell
Pairing : KAISOO (KAI x KYUNGSOO)
Cast: temukan sendiri
Gender: Funny, Sweet, Romance
Rate: M
.
.
.
.
.
Awas typo
.
.
.
.
Happy reading
.
.
.
.
Do Kyungsoo tidak merasa perlu mengangkat kepalanya saat ia mendengar ketukan di pintu masuk ruang kerjanya. Pasien terapi fisik yang selanjutnya membuat jadwal lebih pagi, yang mana membuatnya jengkel karena ia belum menyelesaikan laporan untuk pertemuan sebelumnya. Ia mendorong kacamatanya kembali ke tempatnya semula. Pasien itu bisa masuk ke dalam ruangan sepuluh menit lagi setelah ia selesai.
Ketukan itu terdengar lagi, kali ini sedikit lebih memaksa, dan niatnya untuk tidak melayani keinginan orang lain hancur, seperti biasanya. Dia menjatuhkan pulpennya ke atas tumpukan kertas yang berada di depannya, dia berkata, "Masuklah."
Kepala dengan rambut hitam tertata sempurna muncul di pinggir pintu. "Semoga aku tidak mengganggumu."
Sebelum ia bisa menyuruh hatinya untuk menjaga sikap, jantungnya berhenti berdetak beberapa saat ketika mendengar suara lembut-melow milik Dr. Oh Sehun, Direktur dari Sport Medicine dan pria terseksi di Northern Nevada Medical Center. Dengan cepat, otaknya memikirkan penampilan fisiknya, mengeluarkan diagnosis seperti biasanya yaitu "tidak menarik dan kusut." Menahan desahan kecewaan dan keinginan untuk merapikan rambut yang mencuat dari kuncir kudanya, dia memberi pria itu senyuman terbaiknya. "Tidak juga. Aku tak melupakan pertemuan lagi, kan?" Lesung pipi kembar muncul untuknya.
"Tidak, hari ini tidak."
Ia berbalik untuk menutup pintu, dan darah di nadinya semakin cepat. Sebagai seorang dokter bedah tulang, kunjungan pria itu ke ruang-kerjanya-yang-tidak-mengesankan ini di Pusat Pengobatan Rehab and Sport cukup sering untuk membicarakan pasien bersama. Tapi tak sekalipun pria itu pernah menutup pintu.
Mencoba untuk tidak terburu-buru menyimpulkan, ia melambaikan tangannya ke depan. "Silahkan duduk."
"Uh..."
Kyungsoo menengok untuk melihat ke arah satu-satunya kursi untuk tamu yang tertimbun dengan folder, koran tua, dan artikel penelitian. Dia bersumpah ia bisa merasakan pipinya berubah warna saat ia bergerak cepat ke arah mejanya. "Oh Tuhan, aku minta maaf. Ini, biarkan aku membereskannya dulu."
"Tidak apa-apa, kau tak perlu."
"Tidak, aku bersikeras." Ia mengumpulkan tumpukan kertas sembarang di tangannya. Bukan untuk pertama kalinya, atau bahkan yang ke ratusan kalinya, Kyungsoo berharap ia lebih terorganisir. Berputar dengan cepat, ia mencari tempat untuk menyembunyikan kekacauan itu. Tumpukan kertas sama yang seperti ia pegang, berbaris dilantai tepat di sepanjang dinding ruang kerjanya dan berada diatas tiap inchi meja dan ruang kosong lemari arsip. Akhirnya ia menyerah dan menaruh tumpukan itu ke kursinya sebelum mengembalikan perhatian kepada tamunya. Ya Tuhan, kenapa ia tak bisa menjadi lembut dan sinergi seperti wanita lain? Seperti jenis wanita yang Sehun kencani.
"Jadi, apa yang membawamu ke dalam ruang terburuk di dalam rumah sakit sore ini?"
Dia membersihkan tenggorokannya dan membenarkan posisi duduknya. Normalnya, dokter sempurna ini adalah cerminan dari sebuah kepercayaan diri. Itu adalah alasan dari wanita yang umumnya akan mendesah saat ia berada di sekitar. Well, memang dan pesonanya serta penampilan boneka Ken yang dilengkapi dengan senyum mematikan.
"Makan malam amal tahunan rumah sakit dan pesta dansa tinggal dua bulan lagi, dan sebagaimana seorang pria hanya diharuskan meminjam tuksedo dan tampil, aku khawatir seorang wanita membutuhkan waktu lebih untuk berbelanja gaun dan membuat jadwal untuk rambut dan kuku dan hal lainnya yang membuat wanita merasa cantik."
Leher Kyungsoo tercekat, dan jemarinya bergerak untuk menyentuh kalungnya. Ini dia. Mereka sudah bekerja selama beberapa tahun bersama, sesekali mereka lembur untuk kasus bersama, memesan makanan China yang buruk saat otak mereka menolak untuk berhenti tapi perut mereka tak bisa lagi diabaikan. Pikiran mereka selalu cocok, dan obsesi mereka untuk membantu mempercepat kesembuhan dan lebih baik mengikat mereka lebih erat. Ia mencintai pria itu bertahun-tahun, tapi pria itu tak pernah mengajaknya kencan. Tak pernah melakukan pendekatan, lebih memilih mengencani wanita bisnis yang berkelas yang ia temui saat menghabiskan jam luangnya di Klub Fritz yang mewah diujung jalan.
Tapi sekarang dia disini. Di dalam kantornya. Membicarakan tentang pesta dansa rumah sakit. Ya Tuhan, mohon jangan biarkan dirinya pingsan. Ia menghela nafas pelan, dalam, Kyungsoo mencoba untuk biasa. "Apa kau mencoba untuk menanyakan sesuatu padaku, Sehun-ssi?"
Dan gagal total. Sial.
Tangan kuat menyentuh belakang lehernya, dan pria itu memberikannya ekspresi malu-malu paling manis. "Ah, yeah. Aku tidak melakukannya dengan baik, kan?"
"Tidak, kau melakukannya dengan baik!" Terlalu antusias. Sangat sial!
"Aku tahu aku seharusnya membicarakan ini sejak lama. Dan aku ingin bertanya dimalam aku melihatmu di Klub Fritz bulan lalu, tapi aku ragu dan kau pergi. Aku berharap aku akan melihatmu lagi disana karena sepertinya tak pantas membicarakan tentang kencan di kantor, ya kan?"
Pikirannya kembali ke satu malam saat ia menginjakkan kaki di keramaian, klub yang sangat mahal. Sahabat baiknya, Xi Luhan, baru saja memenangkan kasus yang sangat rumit dan ingin merayakan dengan beberapa kali minum juga berdansa. Bukan pergi ke tempat nongkrong langganan mereka, Fritz's, Luhan meyakinkan Kyungsoo untuk menemuinya di toko daging terdekat dengan sebuah klub. Mereka hanya disana selama beberapa jam sebelum pergi. Klub itu seperti sebuah asrama mahasiswa pria dengan steroid dengan pelanggan country club. Sisa malam mereka habiskan meminum bir dan melakukan perayaan yang semestinya.
"Oh, jangan khawatir," dia meyakinkan pria itu. "Maksudku, tidak disini. Satu-satunya orang yang mungkin bisa mendengar kita sekarang adalah Mr. Kramer yang sedang berada di treadmill diluar sana, tapi pintunya tertutup dan meskipun terbuka, kurasa ia tidak ingat untuk menyalakan alat bantu pendengarannya, jadi kemungkinan ia tidak mendengar kita "
"Kyungsoo-ssi."
"Maaf." Oh ya Tuhan, bisakah kau diam? Kau mengoceh layaknya idiot! "Apa yang kau bilang?"
Ia menghela nafas dalam-dalam dan mengehembuskannya seperti ia sedang bersiap untuk melompat dari atap rumah sakit daripada mengajaknya kencan. "Aku mencoba untuk meminta nomor telepon temanmu."
"Teman... Apa?"
"Gadis yang bersamamu malam itu. Apa dia sedang terikat dengan orang lain?"
"Luhan?" Pikiran Kyungsoo berantakan saat ia mencoba untuk mengikuti tikungan tajam dari tujuan awal pembicaraan ini. Atau itu tujuan yang hanya ia pikirkan. Dia sangat bodoh. "Um, tidak, ia tidak berkencan dengan seseorang..."
Tiap otot di tubuh pria itu mengendur saat ia berdiri, senyumnya kembali menghantamnya dengan kedua lesung pipi di bawah matanya. "Bagus sekali! Bisakah aku mendapatkan nomornya? Aku tak mau menunggu untuk menelponnya dimenit terakhir. Aku juga ingin mengajaknya kencan beberapa kali sebelum acara besarnya. Tuhan tahu kau tak akan bisa bercakap-cakap dengan layak pada saat makan malam amal karena akan banyak orang mengganggu untuk berbasa-basi. Kyungsoo-ssi? Apa kau mendengarku?"
"Apa? Tidak. Maksudku, ya, aku mendengarkan. Ya, kau benar. Acara itu jelas tidak kondusif untuk diskusi di kencan pertama." Kyungsoo melayangkan pandangannya ke kekacauan yang berada di atas mejanya. Luhan akan mengalami kepanikan jika melihat hal ini. Sahabatnya sangat terorganisir, selalu merapikan apapun, rambutnya tak pernah berantakan atau memiliki emosi berlebihan disaat tidak tepat. Tambahkan penampilan sempurna boneka Barbie dan kau akan mendapatkan wanita yang bisa membuat Oh Sehun jatuh cinta. Wanita yang jelas bukan seperti dirinya.
"Jaaaadi... bisakah aku mendapatkan nomornya? atau kau mungkin akan bertindak sebagai sahabat protektif dan akan menanyai niatku yang sesungguhnya terlebih dulu," ia menggoda. "Mungkin bertanya padaku mengapa kau pikir aku cukup pantas untuknya, hal-hal yang seperti itu?"
Ia tak bisa menahan senyuman kecil diujung bibirnya. "Seperti kau tak baik untuk orang lain saja. Kau menarik, pintar, tampan, dan sukses. Bagaimana itu bisa dikategorikan sebagai 'tak cukup pantas' oleh standar siapapun?"
Pria itu berkedip. "Aku cukup menarik, kan? Pastikan kau bilang pada Luhan hal itu saat ia bilang padamu aku menelponnya. Hanya itu saja, jika kau memberikanku nomornya."
"Oh! Benar, maaf. Uh..." Ia melihat sekitar untuk mencari Post-it (pesan tempel) atau secarik kertas. Ia tahu ia punya beberapa, dan jika ia bisa berhenti dan berpikir untuk beberapa saat, dia akan mengetahui dimana benda itu berada, tapi lima menit terakhir ia telah mendengarkan pengakuan frontal dan kini dirinya tak bisa berfungsi.
Menyerah, ia mengambil penanya dan tangan pria itu dan menuliskan nomor telepon Luhan di telapak tangannya. Ia memaksa dirinya sendiri untuk melepaskan pria itu sebelum ia melakukan hal bodoh seperti menambahkan tanda seru dan "secara tidak sengaja" menggunakan tenaga yang berlebihan untuk menulis tanda titik, melukai kulitnya yang lembut dengan ujung pulpennya. "Ini dia. Sudah. Sekarang kau harus membiarkanku bekerja. Aku, um, ada pasien yang akan datang kesini beberapa menit lagi."
"Kalau begitu, aku tak akan menyita waktumu lagi. Terima kasih, Kyungsoo-ssi." Menggunakan tangannya yang bebas tinta untuk memegang gagang pintu dan membukanya sebelum berbalik dan menambahkan, "Aku berutang satu padamu."
Ia menyisipkan senyum yang ia harap setidaknya senyum palsu di wajahnya yang sebaik ia bisa. "Aku akan mengingatnya, dokter."
Segera setelah pria itu pergi dia jatuh ke kursinya, bahkan tak perduli untuk memindahkan tumpukan kertas saat ia melakukannya. Ini bukan sesuatu yang baru. Faktanya, diabaikan oleh orang lain adalah sudah biasa. Sekarang, ia sudah kebal terhadap hal semacam itu. Apa istilahnya? Kuno. Ya, itu dia. Sekarang, ini sudah menjadi masalah kuno, dan itu bukan pertama kalinya seorang pria yang ia sukai malah menyukai sahabatnya. Tapi rasanya sakit. Sangat sakit.
Ia tak bisa lagi membohongi dirinya sendiri. Ia takkan pernah menjadi objek gairah dokter itu. Dan meskipun sisi realistis di dalam dirinya bilang itu bukan masalah semua yang ia butuhkan hanyalah kecocokan dan bersahabat dengan orang lain saat masa depannya datang sebagai tujuan yang tajam, pemimpi di dalam dirinya membiarkannya untuk terisak dalam air mata yang mengaburkan dunia yang berada di depan matanya.
.
.
.
.
.
.
.
T.B.C
.
.
.
.
.
Hay, gw comeback bawa FF Remake Ver KAISOO. Yang suka silahkan baca. Yang gak suka silahkan menyingkir :p.
Jangan lupa tinggalkan jejak :)
