Ore no Mikasa Wa…


Chapter 1

"Sakitnya tuh disini~ di dalam hatiku~" seolah nyanyi yg pernah menjadi tren ini terniang-niang di benak Mikasa. Iris obsidian gelapnya jadi tambah gelap, kenapa? Karena ulah dua insan yg lagi jalan bargendeng tangan tepat dihadapannya. Sepertinya mereka tak sadar kalau didepan mereka ada cewek yandere yang terkesiap menerkam dengan kapak. Eren Jeager dan Annie Leonhart, mereka berjalan mesra melewati mikasa yg kebakar hawa cemburu. Mikasa sangat mencintai Eren dan sangat benci dengan Annie. Jika keduanya jalan bersama seperti sekarang ini, Mikasa kejang-kejang di buram, kakinya juga tak sanggup menahan berat 68 kg nya lagi. Dan HUP! Tubuhnya di tahan oleh lengan yang kekar. Kini obsidian bertemu obsidian, ebony bertemu ebony.

" Mikasa… kau… hampir saja bajumu kotor kalau kau sampai jatuh ketanah!" hardiknya tanpa bertanya 'kau kenapa?'atau 'kau baik-baik saja?'

"Levi…" ucap Mikasa lirih.. air mata nya sudah mengepul di ujung matanya

"oi.. kita ini setiap hari bertemu.. jangan katakana kalau kau rindu pada kakakmu ini.." ujar Levi kegedean rasa bukan kegedean badan. Mikasa pun menarik kemeja kakanya itu lalu menangis di dadanya. Levi tentunya minder dan mendorong-dorong kepala mikasa tanpa ampun, Namun Mikasa tak mau lepas darinya dan terus menangis . air matanya jadi tumpeh-tumpeh sebelum akhirnya kesadaranya hilang.

.

.

.

Kini Mikas berada di ruang kesehatan sekolah . disana ia tertidur pulas sebelum akhirnya terbangun satu jam kemudian. Kepelanya berdenyut denyut dan matanya tak mampu melihat dengan jelas.

"kau sudah sadar nak?.." ujar lelaki bersurai blondie dengan pakaian serba putih dan stetoskop yang menggantung di lehernya sebagai hiasan. Namanya Erwin Smith si dokter kesehatan. Mikasa memijit-mijit pelipisnya yg terasa sakit

"Mikasa.. kau kenapa nak? Saya tak perenah melihatmu menangis sampai pingsan segala.. bahkan Levi yg cuek kayak bebek ini sangat khawatir padamu..". Erwin menghampiri Mikasa lalu duduk di tepi ranjangnya.

"ngak pak.. saya hanya pusing saja.. sekarang pandangan saya jadi buram.." tukas Mikasa lalu membenamkan kepalanya. Erwin hanya menghela nafas karena MIkasa tak mau cerita. Levi berdiri dari duduk santainya dan menghampiri adiknya itu.

"oi.. kalau kau tak mau cerita.. kakakmu ini tak akan bisa membantumu menyelesaikan masalahmu loh Mikasa.." ujar Levi sambil berdacak pinggang. Mikasa masih diam cibalik selimut

"atau kau harus membersihkan kamarku hari ini?!.." sambung Levi. Mikasa membatin. Biarlah.. toh kamarnya bersihsekali pikirnya.

"setelah itu kau cuci pakaian ku termasuk celana dalam.." tambah Levi. Kuntet sialan.. cuci sendiri kolormu sana!. Mikasa mengutuk-ngutuk kakanya itu didalam hati.

"dan malam ini kau harus tidur di sofa bersama pussyket!.." akhirnya Mikasa menyembulkan kepalanya, ekspresinya jadi kayak orang dikejar-kejar hantu.

"jangan! Jangan sampai aku tidur di luar..nanti aku ketularan virus dari bulu pussypret! Tidak!" pekik Mikasa.

"pussyket tolol!" levi menjitak kepala Mikasa tak terima karena mempresetkan nama kucing kesayangannya. Mikasa hanya cemberut sambil mengusap jidatnya yg sakit.

"jadi?..." Tanya Erwin. Mikasa masih tak bisa menceritakannya . sangat sulit. Sangat panjang. Dan sangat tak jelas.

"tadi aku lihat Eren dan Annie jalan sambil mesra gitu.. entah kenapa dadaku sangat sesak dan sakit.. aku sampai pingsan karena tubuhku sangat panas dan kepalaku serasa mau pecah.. sampai sekarang pandanganku masih belum pulih.. bahkan aku tak bisa melihat dengan jelas wajahmu pak Erwin.."tutur Mikasaberusah sesingkat-singkatnya. Padahal dihatinya masih banyak yang harus ia katakana kepada dua om-om bujangan ini. Erwin mangut-mangut seolah mengerti. Levi membutuhkan 3 detik untuk mencerna kata-kata Mikasa.

"nah aku sudah cerita kan?!.. aku mau kekelas.. sekarang aku harus belajar kimia dengan pak eh.. buk hanji.." ujar mikasa lalu melempar selimutnya asal sampai terbang menutupi wajah gantengnya Erwin. Mikasa bergegas pergi dari ruangan tersebut walau langkahnya sempoyongan.

"menurutmu… Mikasa itu menyukai Eren?.." Tanya Erwin dengan senyum tampannya yg mampu membuat si Levi Ackerman salting tak menentu. Levi berusaha menyembunyikan tinkahnya

"kurasa begitu… dan dia sangat cemburu…"

Mikasa meraba-raba benda di sekelilingnya. Matanya buram karena kurang istirahat. Padahal sudah tidur 1 jam, tapi bagi mikasa itu tak cukup. Ia terus berjalan dan BRUKK! Ia menabrak sesuatu yang tinggi sampai si jago Boxing berjulukan Harimau Asia ini terpingkal dan entah apa itu mikasa tak tahu..

"ukh.. apaan nih.. tiang listrik?! Kenapa ada tiang listrik sih.?!" Keluh mikasa sambil mengusap bokongnya yg sakit.

"M-Mikasa itu Berthold loh.." ujar lelaki yg mikasa tahu dari suaranya adalah Rainer.

"maaf… kukira tadi beneran tiang listrik.."

"Mikasa jahaaat..~!" teriak Berthold sambil mewek dan lari meninggalkan Mikasa.

"tunggu Bert!" seru Rainer lalu mengejar berthold si uke(?). mikasa hanya angkat bahu lau lanjut ekspedisi mencari kelasnya entah dimana. Dan lagi! Mikasa menabrak sesuatu.. kali ini sejenis binatang yg suka nyengir.

"lah?!... kenapa ada kuda disini?" ucap Mikasa heran.

"MMMMMMikasa! Kau tak apa apa kan?" kali ini Mikasa salah lagi.. Ternyata yg ia tabrak itu manusia setengah kuda yang di filem Narnia.. ah.. itu Jean maksudnya.. ia kini merah padam karena barusan Mikasa alias gebetannya barusan menabrak punggungnya.. Jean sangat bersyukur saat ini.

"jean.. tolong antar aku ke kalas ya.." pinta Mikasa setengah merayu. Jean makin merah bak kepiting tunggu!

"lah Mikasa.. ini sudah dikelas loh.." ucap jean berusaha tidak gagap. Untung mikasa buram. Kalau tidak ia pasti akan kejang-kejang melihat wajah Jean yg kacau balau persis kuda.

"kalau gitu ku antar ke bangku mu ya.." tawar Jean lemah lembut. Mikasa mengangguk pelan. Jean makin ngefly ke langit.. dengan sangat sangat Hati hati , ia memapah calon 'bini' nya e bangkunya lalu mendudukkan Mikasa di sana. Mikasa segera merabahkan kepalanya diatas meja denga tasnya sebagai bantal. Connie dating tiba tiba dengan spanduk di tangannya.

"tembak! tambak!" seru Connie dengan semangat 45. Jean mengulun liurnya.

"ano… Mikasa.." ucap jean pelan.. Mikasa hanya diam dengan maksud mendengarkan lanjutan kata kata jean.

"s-sebenarnya… Mikasa.. aku.. aku.." ucap jean masih terputus putus. Bulir keringat sebesar biji jagung bercucuran di pelipisnya siring dengan detik jam berputar.

"5 menit kemudian~" seru Connie menopang dagu menunggu Jean manyatakan perasaannya.

"su…su..su.." kini jean makin berdebar debar .

"aku suka kamu MIKASA!" puah~.. Connie menghembuskan nafas lega. Jean masih gugup menanti jawaban mikasa.. tapi ia masih diam..

"eto.. Mikasa?..." jean mengerutkan dahinya heran. Suara dengkuaran kecil terdengar darinya.. Connie harlem shake ngakak, jean ngenes akut.. Mikasa ngorok ketiduran

.

.

.

. TBC

.

.

.

.


miaw... ane salah aplot kemarin +.+..

oh iya.. ini fic kedua di fandom ini.. saya ucapkan terima kasih yg sebanyak banyaknya kepada yg review atas fic typo pertama saya.. m(_)m

oke.. see you in the next chapter... :v :v :v :v