LOSING YOU
Rated : M
Chapter: 1 of ...
Cast : Oh Sehun, Kim Jongin, Park Chanyeol, Im Yoona
Pairing : Hunkai!broken
Warning : Boyslove/Gay/NC 21+/Yaoi/Psycho
a/n: Halooo readers! Aku balik lagi dengan ff Hunkai. Sebenernya ini jalan ceritanya pasaran banget. Idenya juga tiba-tiba muncul pas lagi bengong di kelas antro hehe. Akhirnya aku realisasikan di sini, itung-itung refreshing dari dosen statistik yang ngasih tugas gak pake hati huft :( *curcol* maaf ya authornya curhat. Dan buat Raemyoon, kalau kamu baca ini, pair KrisHo-nya nanti ya say...
Anyway... maaf yah, authornya banyak bacot, langsung aja deh dan jangan lupa review yaa?
Enjoy!
Seoul, present day
Sehun tahu kalau dia seharusnya tidak bersikap seperti ini. Sehun menyangkal mati-matian bahwa yang Ia rasakan ini adalah salah. Dia percaya bahwa semua yang Ia rasakan adalah benar. Sehun hanya ingin merasakan cinta lagi, itu saja. Dirinya ingin kembali merasakan perasaan yang sanggup membuatnya melayang seperti seperti layang yang terkena hembusan angin. Sehun ingin kembali merasakan kupu-kupu beterbangan di perutnya saat hatinya berbunga-bunga. Sehun ingin kembali tersenyum seperti dulu. Tapi, Ia tidak bisa. Orang itu telah merenggut semuanya. Semua kebahagiaan dan tawanya. Sehun pernah jatuh cinta. Dia jatuh ke dalam pesonanya dulu. Orang itu mengambil hatinya, menguras pikiran, jiwa, dan raganya.
Sehun menekuk kedua kakinya hingga kedada. Dia menghela nafas kecil. Memandang kosong kearah jendela di samping kanannya. Matanya menerawang mengingat sosok itu. Membayangkan senyumnya yang secerah mentari. Sehun rindu dirinya. Sehun rindu akan sentuhannya. Tanpa dia sadari air matanya jatuh, Sehun tersenyum miris.
Bucheon, 1998
Sehun masih berumur sepuluh tahun kala itu. Dia masih berada di tingkat lima sekolah dasar. Sehun termasuk anak yang pintar. Tapi sayang, dia terlalu tertutup untuk anak seusianya. Disaat anak lelaki lain memilih untuk bermain bola di lapangan, Sehun lebih memilih berkutat di perpustakaan untuk membaca buku. Entah itu buku non-fiksi atau fiksi. Dia selalu menduduki peringkat pertama di kelas. Guru-guru memberikan perhatian lebih padanya. Mereka selalu mengutus Sehun ketika ada lomba tentang pelajaran excact. Mereka bangga pada Sehun yang selalu mengharumkan nama sekolah. Orang tuanya apalagi. Mereka selalu membanggakannya di depan keluarga besar ataupun kenalan. Sehun adalah bukti kesuksesan mereka sebagai orang tua.
Suatu hari, lingkungan rumah mereka kedatangan penduduk baru. Sepasang suami istri dan anak mereka yang seumuran dengan Sehun. Orang tua Sehun mengundang mereka untuk makan malam saat itu sebagai ucapan selamat datang. Mereka membawa anak lelaki mereka. Pertama kali Sehun melihatnya, Ia tidak tahu kenapa, tapi hatinya berdetak kencang. Anak lelaki itu tersenyum manis dan menyodorkan tangannya di depan Sehun "Halo, namaku Kim Jongin. Senang bertemu denganmu." Dan Sehun menjabat tangannya dengan senyum tipis miliknya. "Oh Sehun."
Present day
Sehun tersenyum tipis mengingat pertemuan pertamanya dengan lelaki itu. Dia mengambil sebuah foto usang di bawah bantal milikinya, kemudian mengusapnya pelan. Sehun memeluk foto itu erat kemudian menangis meraung. Dia rindu dengannya. Sehun ingin mendekapnya hangat. Dia hanya ingin bertemu dengannya sekali saja. Bisakah?
Bucheon, 2002
"Hoi Sehun!" Sehun mengerutkan kening kesal ketika melihat Kim Jongin yang seenaknya masuk kamarnya kemudian menjatuhkan diri diatas ranjangnya. Bocah itu berguling-guling acak membuat kasur Sehun menjadi berantakan. "Mau apa Kim? Aku sedang belajar."
Malam itu Sehun sedang belajar untuk persiapan ujian nasional sekolah menengah. Dia paling tidak suka ada yang seenaknya masuk kamarnya dan mengacak-acak seperti yang Jongin lakukan. Ia pernah membentak kakaknya ketika pemuda yang tiga tahun lebih tua darinya itu tanpa izin membuka lemari pakaian Sehun. Tapi herannya, pengecualian untuk Jongin. Sehun tidak pernah membentak bocah itu sekalipun Jongin pernah membawa anjingnya masuk dan membuang kotoran di setiap sudut kamar Sehun. Sehun hanya menggeram kesal. Tapi setelah itu Ia hiraukan. Empat tahun mereka berteman, dan hanya seorang Kim Jongin yang mampu menerobos dinding yang Sehun ciptakan selama ini. Jongin masuk sekolah yang sama dengannya, di kelas yang sama pula. Berbeda dengan Sehun, Jongin seorang yang periang. Dia punya banyak teman dan gampang bergaul dengan siapa saja. Dia satu-satunya anak yang berani mengganggu Sehun kala bocah itu sedang asik membaca buku non-fiksi di sudut belakang perpustakaan hanya untuk mengajaknya makan siang di kantin.
Kepribadian Jongin yang seperti itu entah kenapa membuat Sehun tertarik. Membuat Sehun nyaman ketika bocah itu berada disekitarnya. Mereka mulai sering menghabiskan waktu bersama dengan bermain dan kadang belajar. Sehun kagum dengan seorang Kim Jongin. Kagum dengan bagaimana senyum itu Ia umbar pada semua orang. Kagum dengan kulit kecoklatannya yang membuat Jongin terlihat indah dengan lekuk tubuh yang sempurna. Sehun tahu kekagumannya sudah masuk tahap yang dilarang ketika mimpi basah pertama kali yang Ia alamo adalah bercinta dengan Jongin. Dia tidak menganggumi Kim Jongin sebatas teman.
"Aku putus dengan Soojung." Jongin mendesah kecil. Dia menatap Sehun dengan menumpu dagu dengan satu tangannya. Sehun membalikkan badan, kemudian tersenyum kecil. Dia senang Jongin putus dengan gadis itu. Menurut Sehun, Jung Soojung tidak pantas mendapatkan seseorang sesempurna Kim Jongin.
Lalu yang pantas siapa, Sehun?
Aku? Mungkin?
"Lalu?" Jongin menggeram kesal. Mengerucutkan bibirnya. "Hibur kek, apa kek, kasih makan kek. Sudah tahu sahabatnya lagi patah hati." Sehun tertawa . Jongin berdecak sebal kemudian melempar Sehun dengan guling di sampingnya. Sehun bangkit dari duduknya, kemudian berjalan menuju Jongin dan mengacak rambutnya pelan. Kakinya melangkah menuju meja nakas, mengambil dompet lalu menarik mantelnya yang Ia gantung dibelakang pintu. Pemuda itu kemudian berjalan keluar. Jongin menatapnya heran. "Ayo! Aku traktir ayam goreng." Mata Jongin berbinar saat mendengarnya. Dia langsung bangkit dan menggeret Sehun cepat keluar rumah.
Sehun menggeleng maklum melihat betapa besarnya nafsu makan seorang Kim Jongin. Ini piring ketiga omong-omong dan Sehun rasa Jongin belum terlihat akan menghentikan makannya. "Perutmu itu perut karet ya?" Jongin mengangkat wajah kearah Sehun. Dia mencibir kecil kemudian kembali menggerogoti paha ayam di tangannya. Senyum tersenyum kecil. Segala hal tentang Kim Jongin selalu membuat Sehun tersenyum bahagia. Dia bahagia melihat Jongin. Dia suka melihat Jongin, dia… mencintai Kim Jongin. Sehun ingin mengatakannya pada bocah itu. Tapi, Sehun yakin Jongin tidak akan mengerti. Sehun tahu, belum saatnya dia mengatakan perasaannya.
Present day
CKLEK
Sehun mendengar suara pintu terbuka. Dia tahu siapa yang datang. Sudah rutinitas bagi Chanyeol untuk menemuinya pada jam ini. Sehun masih meringkuk disudut kasur ketika Chanyeol duduk dihadapannya. "Halo Sehun. Apa kabar?" Chanyeol menyapanya hangat. Mendudukan diri di pinggir kasur. Sehun masih terdiam. Belum beranjak dari posisinya. "Apa itu ditanganmu?" Chanyeol mencoba bertanya. Sehun masih tidak bereaksi. "Apa itu foto Jongin?" Mendengar nama itu, Sehun mengangkat wajah. Melihat kearah Chanyeol yang tersenyum lebar dihadapannya. "Apa kamu masih belum bisa melupakannya?" Sehun mengangguk. Chanyeol berdehem, menjulurkan tangannya mencoba mengambil foto itu. "Boleh aku lihat? Ini kelima kalinya kita bertemu tapi aku belum pernah melihat rupa Kim Jongin. Jadi, apa kamu mau menunjukkannya padaku?" Chanyeol tersenyum hangat, mencoba mengajak Sehun berbicara. Sehun memandang ragu antara foto di tangannya dan Chanyeol. Matanya bergerak gelisah. "Tidak apa. Aku hanya melihat. Lagipula… hey, bukannya kita teman?" Sehun terdiam masih mendekap erat foto itu. Tak berapa lama kemudian dia menyerahkannya ragu pada Chanyeol. Lelaki itu menerima, memandang foto ditangannya. "Wah, dia memang manis. Pantas kau menyukainya." Chanyeol tersenyum. Sehun kembali meringkuk, memeluk kedua kakinya erat. "Dia… Jonginku…" gumamnya pelan.
Bucheon, 2006
Hari itu adalah hari kelulusan Sehun dan Jongin dari sekolah akhir. Jongin memutuskan untuk melanjutkan untuk kuliah di Seoul, dia masuk di Universitas Kyunghee jurusan seni tari, sedangkan Sehun diterima di Universitas Nasional Seoul. Mereka berencana untuk tinggal bersama nanti. Jongin bilang, dia sudah cari-cari apartemen yang harganya mampu mereka sewa. Sehun mengiyakan, karena jujur saja, dia tidak mau jauh dari Jongin.
Sehun melihat lelaki itu sedang mengobrol bersama Yoona di ujung sana dengan tatapan geram. Mereka berada di bar untuk merayakan pesta kelulusan angkatan. Tanpa sadar kedua tangannya mengepal. Sehun kesal dengan Jongin yang seperti ini. Dia benci Jongin mengacuhkannya. Dia tidak suka melihat Jongin bersama perempuan lain. Dia mendendam pada semua perempuan yang telah menjadi pacar Jongin. Pemuda itu memang sedikit playboy saat di bangku sekolah. Sehun menahan nafasya yang memburu. Dia tidak bisa menahan rasa ini. Dia harus mengatakannya pada Jongin. Pemuda itu harus tahu kalau dia mencintainya.
Sehun bangkit dari duduknya. Berjalan cepat kearah Jongin kemudian menggeret lelaki itu keluar bar dengan marah. "Hei! Sehun! Apa-apaan kau ini?! Sehun lepaskan!" Mata Jongin melebar terkejut saat merasakan cengkraman di pergelangannya mengerat. Sehun menyeret Jongin tanpa memperdulikan tatapan heran dari yang lain. Dia memandang tajam Yoona ketika gadis itu hendak protes akan apa yang Ia lakukan. Dia membawa Jongin ke taman yang letaknya hanya di sebrang jalan. Sehun membanting punggung Jongin menabrak pohon, memojokkannya. Jongin meringis kesakitan merasakan punggungnya yang nyeri. Dia hendak protes saat tiba-tiba bibirnya dibungkam oleh milik Sehun. Jongin membelalakan matanya. Dia tidak menolak atau membalas. Sehun mulai melumat bibir atasnya dan kemudian mengigit kecil bibir bawahnya, Jongin mendesah. Sehun memanfaatkan itu untuk memasukkan lidahnya ke dalam mulut Jongin. Membuat Jongin kehabisan nafas dan terbuai olehnya. Jongin menutup matanya, membalas pergerakan bibir Sehun. Tangannya terangkat melingkari tengkuk Sehun dan membawanya mendekat. Ciuman yang lembut itu berubah menjadi menuntut dan penuh gairah. Sehun kehilangan akalnya saat mengecap bibir milik Jongin. Dia tidak bisa menghentikan ini. Dia tidak mau kehilangan Jongin.
Jongin yang pertama memutus tautan mereka. Nafasnya terengah. Tangannya masih menggantung melingkari leher Sehun. Sehun menempelkan kedua dahi mereka. Jongin dapat merasakan nafas Sehun menerpa wajahnya. Mereka terdiam sesaat. Jongin mati-matian menyangkal bahwa dia menyukai ciuman tadi. Itu berbeda saat dia mencium Yoona ataupun mantan-mantannya yang lain. Jongin menyangkal mati-matian dari dulu kalau dia menyukai Sehun. "Sehun… ak–"
"Aku mencintaimu Kim Jongin."
Seoul 2011
Sehun menghela nafas sebal ketika Jongin tidak juga menghiraukannya. Sedari tadi lelaki itu hanya fokus memandang televisi yang tengah menampilkan acara kartun kesukaan Jongin, pororo. Sehun bangun dari tidurnya yang beralaskan paha Jongin kemudian mengecup pipi kekasihnya itu singkat. Wajah Jongin memerah, dia menengok kearah Sehun yang tengah memperhatikannya. "Apa?" Sehun tersenyum kecil. Jongin kembali memfokuskan pandangannya pada televisi. "Jongin, ayolah… aku sengaja tidak pergi kemana-mana hari Minggu ini hanya untuk berduaan denganmu. Masa kau tega menyelingkuhiku dengan pororo sialan itu?" Sehun merajuk. Jongin mendesah kecil. Tidak tega juga dengan kekasih yang telah bersamanya enam tahun belakangan ini. Jongin tersenyum kemudian mengelus pipi Sehun lalu mengecup bibirnya singkat. Dia hendak menarik kepalanya tapi tangan Sehun menahan tengkuknya.
Mereka berciuman dengan penuh gairah. Tubuh Jongin sudah berada di pangkuan Sehun. Bibir pemuda itu mendesah kecil saat Sehun mencumbu telinga kemudian lehernya dan berhenti di tulang belikatnya. "Mau melanjutkan di kamar?" Sehun bertanya dengan suara berat miliknya, membuat Jongin bergairah. Dia mengangguk kemudian. Sehun menyeringai lalu mengangkat tubuh itu menuju kamar mereka.
Tidak ada yang tahu bahwa mereka menjalin hubungan selama ini. Bahkan orang tua Sehun dan Jongin pun sama sekali buta akan hal ini. Mereka hanya tahu bahwa Jongin dan Sehun adalah sahabat dekat yang benar-benar sulit dipisahkan. Jongin juga masih menjalin hubungan dengan Yoona. Jongin tidak seperti Sehun. Dia masih berpikir tentang norma dan segala tetek bengeknya. Dia tidak mau dianggap sampah hanya karena mencintai sesama. Sedangkan Sehun beranggapan bahwa mereka adalah benar. Mereka saling mencintai, dan menurut Sehun hanya hal itulah yang terpenting. Tapi Jongin keras kepala. Dia tidak mau menjadi lelucon di masyarakat. Mereka sempat bertengkar tentang hal ini. Tapi akhirnya Sehun lah yang mengalah. Dia merelakan Jongin menggandeng wanita lain di hadapannya ketika ada banyak orang di sekitar mereka. Sehun merasa sakit. Hatinya meraung melihat Jonginnya di sentuh selain dirinya. Dia mencintai Jongin, mencintai pada tahap yang sudah tidak wajar. Dia gila oleh Kim Jongin.
"Ah! Sehun! Pelan… pelan… I'm not going anywhere." Jongin berteriak nikmat saat lelaki itu menyentuh bagian terdalam dalam tubuhnya. Dia merasakan kenikmatan yang sungguh keterlaluan batasnya. Sehun kembali mencumbu bibirnya. Pinggulnya bergerak semakin cepat dan tidak beraturan. "Jong… say my name darl..." Dia berbisik rendah di telinga Jongin. Sehun tahu Jongin semakin bergairah bila di melakukan itu. Sehun mengecup lama leher Jongin, meninggalkan tanda di berbagai tempat. Jongin adalah miliknya, Sehun ingin orang lain tahu akan itu. Jongin menjambak rambut Sehun melampiaskan kenikmatannya. Dia hampir datang.
"Oh Sehun!" Jongin mendesah keras. Dia merasakan berjuta kupu-kupu berterbangan di perutnya. Sehun masih mengejar orgasmenya. Jongin mengetatkan miliknya kemudian berbisik di telinga lelaki itu "Come for me honey… come inside me…" Dia berbisik sensual. Dan saat itu Sehun mengeluarkannya. Jongin mendesah lega merasakan hangat di dalamnya. Sehun jatuh diatas tubuhnya. Dia menatap Jongin lama kemudian melumat bibir itu sekilas. "I love you Kim Jongin." Jongin tersenyum. "I love you too Oh Sehun."
BRAK
Sehun dan Jongin mengalihkan pandangan kearah suara. Mata keduanya melebar. Sehun langsung bangkit dari tubuh Jongin dan mengambil pakaiannya yang berserakan. Jongin cepat-cepat menutup tubuhnya dengan selimut. Nafasnya tercekat, bibirnya kelu tidak tahu harus berbicara apa.
"Eomma…" Sehun berkata pelan. Wanita paruh baya itu masih menatap tidak percaya akan apa yang dilihatnya. Mulutnya terbuka, mengambil oksigen sebanyak-banyaknya. Dia meyangkal mati-matian akan apa yang Ia lihat barusan. "Kalian…" dia tidak sanggup melanjutkan kalimatnya. Langkahnya cepat berjalan keluar. Sehun mengerjar sang ibunda. Jongin menahan tangisnya. Dia tahu pasti cepat atau lambat, semuanya akan terbongkar.
To Be Continued...
