Misa kembali! Gyabooo! \^o^/ akhirnya Misa kembali lagi ke rumah Misa tercinta di Tangerang. Yaaaah, cuma buat liburan lebaran aja sih. 10 hari lagi udah balik ke semarang T.T tapi ya sudahlah, selama Misa di Tangerang, Misa mau publish fanfic mini seri ini. *udah kaya sinetron aja* :)

Fanfic kali ini terinspirasi dari lagunya BigBang yang Haru Haru. Dengerin deh, enaaaaaakkk bgt. Apalagi video clipnya baguuuuussss bgt! *plak* *digampar gara2 berisik*

Disclaimer : FMA punya pemilik sapi sebelah *plak* yang bernama Arakawa-sensei. Roy Mustang tetap suami saya. *digoreng kremes*

enjoy your salep!


The Days Chapter 1

Roy meneguk habis segelas vodka di tangan kanannya.

Mata hitamnya sayu, rambutnya lepek bekas kehujanan, begitu juga bajunya yang terlihat lebih gelap akibat terguyur hujan deras. Bahunya terasa berat, ia tidak bisa membusungkan dadanya dengan sombong seperti yang biasa ia lakukan di bar ini.

Perhatian Roy sekarang hanya terpusat pada gelas vodka kosong yang berdiri diam di hadapannya.

"Tega sekali." Gumamnya pelan.

Roy mengisi gelasnya dengan vodka sampai setengah penuh.

"Teganya kau."

Ia meneguk isi gelasnya dengan rakus.

"Letnan Satu Riza Hawkeye, teganya dirimu."

Leher Roy terasa sangat lemas. Kepalanya jatuh tertidur di atas meja bar. Mata onyx berkilaunya berganti menjadi mata hitam penuh kesedihan, kebencian, kecemburuan, dan segala macam perasaan buruk.

(_)

Flashback

"Hawkeye!"

Riza melotot terkejut dari dalam mobil jeep yang terparkir di belakang sebuah gedung.

"Apa yang kau lakukan?"

Di sebelah Riza, duduk seorang pria yang kelihatannya sedang merangkul Riza.

Dengan kemarahan meluap-luap, Roy mendatangi mobil jeep itu. Ia menggebrak kasar kap mobil itu. Menunjuk pria yang telah berani bermesraan dengan orang yang dicintainya.

"Keluar kau, bajingan!" Umpat Roy sambil berteriak marah. Di belakang Roy terlihat Ed, Al, dan Breda. Wajah mereka memancarkan kemarahan dan kekecewaan.

Pria di mobil itu keluar. Tampaklah tubuh tinggi dan rambut pirang yang sangat dikenalnya.

Mata Roy melebar.

Pria yang sedang bermesraan dengan Riza-nya adalah Jean Havoc. Jean Havoc! Sahabat setia-nya telah mengkhianatinya secara terang-terangan.

"Hai." Sapa Havoc tanpa malu-malu.

Guratan sombong tergambar di wajah khas Aerugo-nya. Ia mencabut rokok yang sedang bertengger di bibirnya dan melempar rokok itu ke bawah sepatu boot militernya.

"Apa yang kau lakukan?" Nafas Roy menjadi lebih cepat, "katakan apa yang kau lakukan disini, bersama Riza, hah? Jawab aku, JEAN HAVOC!"

Havoc terdiam di tempatnya. Ia bahkan tidak berusaha membuka mulut untuk menjawab. Matanya berkilat marah.

"Apa yang aku lakukan bukan urusanmu, Mustang." Jawabnya tenang.

"Itu memang bukan urusanku. Tapi karena sudah menyangkut DIA!" Roy menunjuk Riza yang ketakutan di dalam mobil, "aku BERHAK tahu apa yang kau lakukan bersama DIA!"

Kemarahan dalam diri Roy sudah tidak dapat dibendung. Nafasnya memburu semakin cepat. Jantungnya berdebar keras. Gelombang kemarahan terlihat dari pancaran matanya yang seperti api.

"Begitukah? Aku rasa tidak." Jean masih sombong menghadapi (mantan) sahabatnya itu.

"Kau! Dasar brengsek!" Roy maju dan menarik kerah Havoc. Ia memberinya pukulan keras di pipi kanan Havoc. Sudut bibir Havoc yang ikut terpukul mengeluarkan darah.

Havoc melempar tangan Roy yang mencengkram kerah kemejanya. Ia memukul balik wajan Mustang yang sempurna.

"Kolonel bodoh! Apa yang kau lakukan?" Ed mencengkram punggung baju Roy, namun langsung ditepis keras-keras oleh Roy.

"Aku tidak tahu kau berani melakukan hal serendah ini hanya karena wanita, Mustang." Ejek Havoc.

Havoc dan Mustang beradu tonjok satu sama lain. Mereka udah tidak peduli walaupun diteriaki oleh teman-teman mereka. Yang sekarang Roy pedulikan hanyalah gadis pirang yang tadi sedang bersama Havoc.

That damn Riza Hawkeye!

"Oh benarkah? Aku pikir KAU yang seharusnya malu pada dirimu sendiri!" Roy menggeram marah. Sudut bibirnya juga berdarah akibat pukulan Havoc. Ia kembali berusaha memukul Havoc.

"KOLONEL, HENTIKAN!" Edward melompat di antara Roy dan Havoc, berusaha melerai mereka. Mereka tidak peduli. Tatapan keduanya dipenuhi rasa benci dan cemburu yang mendalam. Mata mereka beradu saling memberikan kilat kemarahan.

Roy langsung dipegangi oleh Al dan Ed. Havoc langsung dipiting oleh Breda.

"Lepaskan Aku! Aku ini atasan kalian! Kalian harus mematuhi perintahku!" Berang Roy. Ia sudah gelap mata. Ia marah melihat sahabatnya sendiri mencuri gadis yang ia cintai tepat di hadapannya! Ini gila!

"Maaf Sir, kami tidak bisa mengikuti perintah anda. Tolong kendalikan diri anda, Sir!" Alphonse memiting kedua tangan Roy di punggung.

"Havoc, jangan seperti ini!" Breda berusaha menghentikan tubuh Havoc yang besar.

Riza yang ternyata sudah keluar dari mobil jeep hanya bisa memandang pacarnya dan teman-temannya berkelahi sampai lebam dimana-mana. Ia menangis, sesenggukan di tempatnya berdiri. Kedua tangannya tergenggam erat di samping tubuhnya.

"Ri-Riza." Ucap Roy ketika menyadari kehadiran Riza.

Semuanya menatap ke arah Riza yang masih sesenggukan.

Riza menyeka airmata dari wajahnya, berbalik dan berlari menjauhi tempat kejadian.

End of Flashback

(_)

"Kolonel." Panggil seseorang dari balik punggung Roy.

Roy berusaha mengangkat kepalanya yang sudah berat. Ia menengok ke orang tersebut.

"Oh, ternyata kau, Hagane." Roy mengenali Edward, bahkan dalam pandangannya yang kabur karena vodka.

"Kolonel, anda sudah cukup minum." Kata Ed kalem. Ia menghitung jumlah botol vodka kosong yang berserakan di sekitar gelas Roy.

1, 2, 3, 4,...,7 ? Tujuh botol vodka?

"Hei Kolonel Brengsek, kau minum sebanyak ini?" Ed menarik kerah kemeja Roy, "kau mau mati karena overdosis alkohol ya? Heh!"

Roy tidak bereaksi apa-apa. Bau alkohol yang kuat tercium dari tubuhnya. Matanya tidak bisa melihat fokus. Jaket militernya menggantung lemas di tubuhnya.

"Aku...tidak...peduli... Hagane." Suara Roy terdengar sangat mabuk, "aku...sudah...tidak punya...apa...apa...lagi. Hidupku, dan Riza-ku. Semuaaaaaaa...sudah diambil...oleh Havoc, sahabatku...sendiri!"

Mendengar Roy berbicara dengan nada sedih, Ed jadi tidak berhasrat untuk mengejeknya. Bagaimanapun, Roy tetap adalah seorang sahabat baik bagi Ed. Walaupun mereka berdua kerap kali bertengkar karena hal sepele, tapi Ed tahu ini bukan saat yang baik untuk mengejek Roy.

Roy sedang butuh teman. Ed tahu itu.

"Silahkan bercerita, Kolonel." Jawab Ed sambil meraih gelas bersih di pojok meja bar.

"Oh...? Kau mau minum, Haganeeee? Aku baru tahu kau bisa minum juga!" Roy meneguk lagi gelas vodka-nya.

"Aku hanya ingin memastikan kau tidak akan mati karena vodka sialan ini." Ed mengisi gelasnya dari botol vodka Roy yang ke-7.

"Kenapa...kau...pe *hiks* peduli, Hagaaaneee?" Kepala Roy terjatuh lemas di atas meja, "sahabat baikku mengambil sesuatu yang saaaaaangaat dan... *hiks* yang paling teeerrrrpenting dalam *hiks* hi...hidupku. Aku bahkan su... sudah tidak *hiks* ingat bagaimana cara...hi...hidup. *hiks*"

Ed menegak vodka ditangannya, "Aku tahu. Aku disana. Aku tahu Havoc memang jahat. Aku tidak tahu kalau dia beraninya berbuat memalukan seperti itu."

"Aku tahu... *hiks*" Roy setuju dengan Ed.

"Phuah! Minuman ini rasanya aneh!" Ed membanting gelasnya ke atas meja bar, "kenapa kau bisa tahan dengan minuman aneh ini, Kolonel?"

"Vodka itu teman baikku... *hiks* dia bahkan lebih baik dari pada *hiks* si brengsek keturunan Aerugo itu." Roy memejamkan matanya di atas meja bar.

Ed memandang atasannya. Keadaannya sangat memprihatinkan. Ia mabuk, pakaiannya berantakan. Kemeja putih yang biasanya ter-setrika rapi, sekarang jadi berwarna kecoklatan lumpur dan lecek. Terlihat lebam biru-hitam bertebaran disudut-sudut wajah babyface-nya. Ada bekas airmata yang telah mengering di sudut kelenjar airmatanya.

Singkat kata, Roy was so damn fucked up.

Ed menghela nafas panjang. Ia mengangkat Roy dari tempat duduknya.

"Ngg? Hagane? Apa yang kau lakukan?" Tanya Roy setengah sadar.

"Aku akan membawamu pulang, Kolonel Sial." Ed memapah Roy di pundaknya. Ternyata Roy lebih berat dari kelihatannya. Ed mengeluarkan beberapa cenz dari saku mantelnya dan memberikannya pada bartender.

"Maaf, tolong bersihkan kekacauan ini. Jangan sampai orang lain tahu Roy Mustang pernah mabuk berat dan menghabiskan 7 botol vodka disini." Pesan Ed pada si Bartender. Si pria bartender mengangguk mengerti.

Setelah perjalanan beberapa menit dengan taksi, Ed akhirnya sampai di apartemen Roy.

"Nah, kita sudah sampai di apartemen anda, Kolonel." Ed membukakan pintu apartemen Roy.

Roy tidak menjawab apa-apa. Rupanya ia sudah terlelap. Ed menghela nafas lagi. Ia membaringkan tubuh Roy di atas tempat tidur, ia juga menarik selimut tebal sampai ke batas pundak Roy.

"Besok anda tidak perlu ke kantor, Kolonel Sial. Aku akan membereskan pekerjaanmu." Ucap Ed.

Ed mematikan semua lampu di apartemen Roy, lalu keluar dari situ.


Chapter 1, empel dem dem dem...

Bagaimanaaaa? Ayoo berikan review readers semuanya... Misa udah nyiapin lanjutannya sampai tamat. Kalau readers ingin fanfic ini dilanjutkan, silahkan tinggalkan review...

Kalau reviewnya Misa rasa cukup, akan misa update langsung. :)

Yoroshiku nee~ minna-sama :)

Salam hangat,

^MisaChan^