"Tidak bisakah, lebih lama lagi?" Suara parau Changmin merajuk. Tangan kanannya melingkar di pinggang kekar teman tidurnya, ia membenamkan wajahnya di dada bidang yang telanjang, menghirup dalam aroma khas tubuh namja itu, yang telah menyatu dengan aroma tubuhnya. Ia bisa mendengarkan detak jantung yang berirama normal. Lebih dekat lagi, sebelum matahari terbit satu jam lagi, waktu yang terbatas untuk berdua saja.
Lengan kekar merengkuh lebih dekat lagi tubuh Changmin kedalam pelukan. Bibirnya butuh waktu yang cukup lama untuk bersuara. Pikirannya pun kacau, tentang cinta rumit ini. Mata buas Yunho terlihat ambigu dan kebingungan. Changmin menegakkan tubuhnya, matanya menatap kagum pada wajah khas kekasihnya, "kapan aku bisa menyentuhmu tanpa batas?" Jari lentiknya menyentuh rahang dan merayap menyapu bibir tebal Yunho, lalu terdiam dibawah dagu. Tubuh ramping Changmin beringsut mendekati wajah prianya hingga tanpa celah, bibir kenyal dan memabukkan itu mendarat lembut dibibir Yunho, untuk dua detik saja," kapan aku bisa memiliki mu tanpa harus bersembunyi, aku sudah lelah begini Hyung." Rayunya lagi memanja, kemudian menyamankan diri kembali dipelukan hangat Yunho.
"Aku mohon bersabarlah," Yunho menyimpan dagu dikepala Changmin, merengkuh tubuh yang juga bertelanjang dada. Hanya sebentuk selimut tebal berwarna putih membungkus tubuh bagian bawah keduanya. Ranjang besar bernuansa gelap, kamar mewah dengan furniture dan penerangan yang temaram menjadi saksi bisu cinta terlarang keduanya selama dua minggu ini. "Kita baru memulainya, dan suatu saat nanti akan ada waktu dan tempat, dimana kita hanya akan berdua saja. Percayalah padaku." Janji Yunho penuh tekad, ia mendaratkan kecupan dipuncak kepala pria yang berstatus adik iparnya tersebut. Aroma Apple Mint dari rambut Changmin menggelitik hidung Yunho, turun dan menjalar ke aliran darah dan membangunkan rasa primitif dan hasrat dalam tubuh Yunho. Ia bisa merasakan ke jantannannya bangun lagi, bahkan setelah puluhan kali orgasme. Yunho sangat menyukai setiap inci tubuh Changmin, tubuhnya memang memiliki sesuatu yang unik yang menyesatkan Yunho.
"Saranghae Shim Changmin," bisiknya ditelinga kanan pria itu, dan menggigitnya satu lengkuhan halus lolos dari bibir Changmin nafsu Yunho makin tak terkendali."Kau hanya milikku,hanya milikku," Yunho beralih ketelinga kiri dan menggigitnya pula. "ough jangan permainkan aku Hyung, jebal." Rajukan Changmin ditengah sensasi aneh yang menjalari sekujur tubuhnya. Yunho justru terdiam menatap wajah pretty Men, dengan senyum seduktif dari bibirnya. Melihat Changmin kepayahan mendambakan sesuatu untuk segera dilakukan, sangatlah menarik dan membuat little jung berdenyut.
Tangan kanan Yunho menarik tengkuk Changmin mendekat, Yunho langsung menyambar bibir bengkak Changmin kali ini lebih agresif hingga menimbulkan suara berdecap. Changmin yang sudah bergairah pun merengkuh pinggang Yunho agar ciuman keduanya lebih intens. Tangan kiri Yunho pun menjalankan tugasnya, ia menyusup kedalam selimut, mempermainkan nipple mini sebentarsebentar hingga tubuh indah Changmin meliuk bak ular. Tangan nakalnya semakin turun menggelitiki area perut dan pinggul Changmin, saat bibir Yunho turun menikmati leher jenjang prianya hingga timbul tanda kepemilikan.
"ASSSAAAHHH...OOOUUUGGHH." Changmin merasakan tubuhnya, sulit untuk dikatakan,ia hanya mendesis dan mengerang. Saat bibir Yunho menyusu di sepasang nipplenya,nyeri,geli, pedih tapi menyenangkan rasanya. Perasaan Changmin semakin melayang saja, saat tangan Yunho menyapu belahan pahanya. Sambil menyusupkan tubuh masuk kedalam selimut. Changmin membelalakkan matanya,ia menggoyangkan pinggul, dan mengangkat-angkat bokongnya. Sesuatu yang luar biasa dilakukan Yunho didalam selimut.
"AAAAAAARRRRGGGHHH"
THIS END THAT
Yunho terbangun lebih awal dipagi harinya. Senyumnya tersungging menatap wajah damai Changmin yang terlelap. Kaki jenjangnya melangkah tegas menuju kamar mandi, untuk membersihkan diri. Ia harus pulang sekarang, jika ia terlambat Shim Minah istrinya bisa curiga. Lagi pula little Jung bisa bangun lagi bila melihat Changmin sedetik lagi. Dua puluh menit kemudian, Yunho sudah rapi dengan stelan santai ia mematut penampilannya dicermin. Yang memantulkan saat Changmin menggeliat. Salivanya tak bisa ditelan.
"Hah, aku sudah bisa gila." Monolognya pada cermin. Yunho menghampiri adik iparnya membelai sayang dahi Changmin, dan mendaratkan kecupan lembut di kening. Tapi saat ingin mengakhirinya Changmin menahan tangan yang Yunho dan mencuri satu kecupan dibibir. "Setidaknya hadiahi aku ciuman selamat pagi," sewot Changmin yang bangun dan berjalan cepat masuk ke kamar mandi.
Selama perjalanan pulang dari Jepang ke Korea. Changmin mengacuhkan Yunho karena merasa kakak iparnya tidak sopan, tidak sopan setelah mengajaknya bercinta tanpa memberikan ciuman selamat pagi.
Rasa bersalah terlintas dibenak Changmin. Senyum Noonanya tulus menjemput kepulangan keduanya. "Noona Mianhae." Suara rendahnya dipelukan sang kakak . "Heh kenapa meminta maaf? Jangan cengeng. " Ramah Minah pada adiknya,tangan halusnya ramah mencubit pipi adiknya.
"EHEM." Yunho berdehem dengan keras. "Siapa suamimu? Kau hanya mencumbu adik lelakimu!" Nada suara Yunho seolah cemburu. "Ah Oppa, Welcome back Yeobeo." Minah menghambur masuk ke pelukan suaminya. Pesta pernikahan keduanya berlangsung dua minggu yang lalu. Yunho berdalih tentang bisnis di Jepang dan Changmin harus ikut. Kenyataannya itu paket bulan madunya bersama Shim Minah, yang justru pria itu habiskan bersama Changmin.
"Bisnis kami sedikit terkendala,hingga kepulangan ditunda satu hari, untuk itu Changmin meminta maaf." Alasan Yunho yang luar biasa. "Ah tidak masalah, asal kalian pulang dengan selamat." Changmin merasa makin bersalah melihat kepolosan Noonanya. Hati Yunho mencelos dan nyeri melihat prianya tersiksa seperti itu. "Bagaimana kabarmu? Kau makin cantik." Yunho memeluk istrinya lagi, menciumi lembut puncak kepala Minah. Rasa bersalah dan juga cemburu meradang dihati Changmin.
Ia memilih meninggalkan teras dan buru-buru masuk kedalam kamar.
TBC
B
E
R
S
U
M
B
A
N
G
Salam kenal dari Author baru
