Ini Fic jaman purbakala. Alurnya ancur dan sangat sangat pasaran, bahasanya acuk kadut dan... duh, temen2 saksikan aja deh sendiri. Walaupun begitu, aku sangat enjoy waktu masa2 ngetik FF ini. MUngkin temen2 udh pernah ada yg baca ini di note FB-ku. And I just wanna reshare it ^^
.
.
.
Warning: Genderswitch! DLDR! No bash, yea~
Appearance:
Di ff ini, Jaejoong-nya adalah seorang cewek dengan rambut yang agak pirang yang panjangnya di 3rd Bigeast, Junsu di MV O, Yoochun di MV Break Out.
.
.
.
[This chapter all of Jaejoong POV]
Huh, sekolah ramai sekali. Pemandangan biasa, sampai bosan aku. Di sini tempat belajar atau lokasi jumpa fans sih?!Pasti ini ulah ketiga cowok butut itu. Kalian tahu tentang mereka? Well~
Akan kuberi tahu sedikit.
Jung Yun Ho
Cowok yang paling digilai para cewek di sekolah kami. Usianya 19 tahun tingkat 9 sama seperti diriku. Kabarnya, ayahnya, Jung Yun Shin adalah pengusaha perhotelan dan perbankan merangkap sebagai donatur terbesar di sekolah elit ini. Popularitasnya di sekolah ialah sebagai jagoan pemain anggar termahsyur yang berhasil meninggikan animo warga sekolah.
Park Yoo Chun
Juga berada di tingkat 9. Senyumannya yang menawan. Ia mendapat julukan cassanova! Keahliannya adalah bermain basket. Kapten basket yang sangat bisa diandalkan.
Kim Jun Su
Juga berada di tingkat 9. Pamornya yang besar karena keahliannya dalam mengolah vokal. Dia juga orang yang penuh selera humor.
Yang kusampaikan di atas tadi sih hanya dari sudut pandang teman - temanku. Ya, aku ini bukan orang yang fanatik akan mereka. Toh, percuma kan? Mereka juga tidak akan pernah melirik diriku. Jadi buat apa capek - capek seperti orang idiot?!
Aku berjalan gontai meninggalkan kerumunan tidak penting itu. Ngga ada untungnya sama sekali bergabung dengan orang - orang idiot yang berteriak - teriak tidak karuan seperti pasien rumah sakit jiwa.
Lagian apa bagusnya cowok - cowok sok kegantengan ini? Mentang - mentang orang kaya!
Aku juga orang kaya nih! Tapi lima tahun lagi! Hehehehe...
Kugeletakkan tas punggung kotakku ke atas meja lalu duduk di kursi. Kelas kosong melompong. Yakin deh, teman - teman pada mantengin kumpulan orang sok keren itu di halaman sekolah.
Aku mengeluarkan buku cetak tebal Biologi dan mulai menghapal beberapa intisari prakiraan yang mungkin muncul di lembaran soal tes nanti. Aku membaca buku sebentar, lalu melihat ke atas sambil berusaha menghapal yang baru aku baca dan begitu seterusnya.
SLURP~
haih, aku lupa kalau pilek menyebalkan ini menyerang lagi, tissue pun tidak kubawa!
Huhh~
Kutarik ingusku lewat dorongan udara yang aku hirup. Tapi tetap saja rasanyaaa...
Sempurna!
Meler~ Terpaksa kupakai saputangan pemberian umma untuk membersihkan cairan hijau kekuningan yang lengket ini.
KRIIING~
Bel berbunyi membahana seolah meneriakkan nama setiap murid agar segera masuk ke dalam kelas masing - masing. Kelasku yang tadinya hening, berubah total karena riuh-pikuk memenuhi segala penjuru kelas. Dapat kudengar jelas teman - teman cewekku membicarakan tiga orang eksis itu. Sial! Ganggu orang belajar aja! Kutangkupkan kepalaku ke atas meja sambil menindihkan kepalaku dengan buku.
Ahh tapi tetap saja suara - suara gaib itu tertangkap jelas oleh telingaku.
"Aigoo, kau lihat saat Yunho-sshi turun dari mobil tadi? Tampan sekaliii! Jadi makin kepengin punya pacar kayak diaaa" seorang temanku nyerocos heboh disertai mimik wajah yang berlebihan. Teman - temanku yang lain ikut nimbrung ke dalam topik pembicaraan tidak bermutu itu.
"Iyaaa~ Junsu oppa juga makin seksi bibirnya... Kapan yah aku bisa nyium bibir itu? Hueeeh, jadi ngiler ngga ketulungan bayanginnya" /
"Hey guys, PARK YOO CHUN itu adalah yang PALING MENAWAN! Senyumannya memikat. Cara ia mendrible bola basket juga membuatku meleleh. Astagaaa. Aku yakin kekuatan tangannya menakjubkan. Ngga kebayang kalau bertempur di ranjang"
"Cih, Dasar ngeres"
"Ih, Yoochun-sshi mana demen ama cewek body triplek kayak kau! Adanya aku nih! Molek dan menggoda"
"Tapi kau jerawatan. Sampai merah - merah minta diplentusin gitu. Ngga ada lahan tuh buat Yoochun. Ntar dia bingung mau cium kau di mana. Masa' nyiumin jerawatmu itu?!"
"HAHAHAHAHA" tertawa menyeramkan mereka mengusik diriku.
Well well well...
Pembicaraan HOT teman - teman gajeku itu terjeda sejenak ketika ketua kelas kami yang begajulan tingkat akut itu berteriak minta diperhatikan.
"Teman - teman!" Bentaknya langsung terduduk tegak. Sial, bikin spot jantung aja orang ini! Ia melanjutkan dengan wajah sedih, membuat kami bertanya - tanya liar,
"Sebenarnya..., Sse... Sebenarnya Ho...Hodong song...ssaeng" matanya berkaca - kaca dan ia menunduk. Suaranya tertahan terdengar menahan tangis. Kelas berubah hening. Tidak ada satu orangpun yang berani membuka mulut. Hanya terdengan bunyi detakan jam dinding.
"Sebenarnya ada apa sih?" tanya salah seorang temanku tidak sabaran.
"Sebenarnya Hodong songsaeng..." ia mengangkat wajahnya yang sempat tertunduk lalu melanjutkan dengan cepat.
"Tidak masuk untuk mengajar HARI INI!" sedetik kemudian, ia tertawa terbahak - bahak sambil memegangi perutnya.
"MWO?!"
pekik seisi kelas berbarengan termasuk aku. Dasar Ketua Kelas error! Kesal dikerjain, teman - temanku meremas - remas kertas hingga terbentuk gumpalan. Tanpa menunggu lama, gumpalan itu mendarat mulus di tubuhnya secara beruntun. Ia berusaha melindungi dirinya, membentuk formasi pertahanan dengan tangan bersedekap. Aku ikut tertawa saja menikmati momen klasik ini.
.
.
.
.
Bel istirahat berbunyi. Kuobok - obok isi tasku. Hanya kotak bekal?
Masa' minumnya lupa aku bawa?
Ah aniya! Dasar Bodoh! Tadi tissue, sekarang botol minum!
Aku terhuyung - huyung menuju kantin. Kepalaku terasa agak pening.
"Bibi, air putihnya sebotol yah. Harganya berapa, bi?"
"Ah ne, 250 won"
"Ini uangnya"
"Gomapta"
Dalam perjalanan menuju kelas, kapasitas volume ingusku sudah tidak dapat ditolerir lagi. Kupijit pelan hidungku. Duh, rasanya hidungku gatal, ada sensasi aneh yang menggelitik helaian bulu hidungku...
"HATCIIIM~", bersin ku keras. Kulihat telapak tanganku! Hiyaks menjijikan! Ada beberapa kotoran hidung alias 'upil' yang bertengger di sana.
"YA! Kau itu dungu? Atau tolol? Punya otak kan?!" bentak suara seseorang... SESEORANG?! dan TEPAT DI DEPANKU?! Aku mendongak ke atas!
Jung Yun Ho!?
Mampus aku! Ia memandangku dengan tatapan membunuh. Dan... OHEMJI?! Apa yang aku lakukan?
Cairan ingusku menempel mempesona menodai seragamnya.
Hah, Ppabo! Pasti tadi muncrat! Tapi kan aku ngga sengaja! / rasanya sekarang aku ingin menguburkan diriku ke dalam tanah. Anak - anak lain merasa tertarik dan mengerubungi tempatku dan Yunho.
"Kau mengerti Bahasa manusia kan?" Huah, Yunho semakin murka. Sementara aku masih membisu. Lidahku kelu tidak mampu mengucapkan sepatah kata-pun. Hanya menunduk lemah seperti pecundang.
PECUNDANG!?
Tidak! Itu bukan tipe diriku!
Seolah mendapat tepukan mistis, aku mendongakkan kepala menantang Yunho. Aku berjinjit memicingkan mata lalu mengarahkan telunjuk lentikku ke depan tulang hidungnya.
"J-U-N-G Y-U-N H-O!"
intonasiku penuh penekanan seperti mengintrogasi terpidana mati. Ia tidak bergeming, melihatku seolah - olah aku yang innocent ini nampak seperti orang bodoh. Aku semakin kesal dilihatin kayak gitu!
"WAE?!" responnya enteng. Senyum melecehkan tersungging di bibirnya-yang-kata-teman-temanku-seksi-bukan-main. Huh, peot ngga berisi gitu kok dibilang seksi?!
"Kuambil ancang - ancang, menekan salah satu lubang hidungku dengan telunjuk lalu menghentakkan udara yang aku hirup.
"RASAKAN INI! Huiiih!"
Slorrt~
Ingusku yang super duper lengket nan kental itu menempel mulus di wajah menyebalkan Yunho.
"HUAAAH? OMOOO!"
Kudengar suara keterkejutan anak - anak melihat tindakan nekatku. Sepanjang sejarah, belum ada satu orang pun yang berani melecehkan atau-pun berbuat tidak senonoh kepada Yunho. Apalagi para guru termasuk Kepala Sekolah. Maklumlah, mengingat Yunho itu putra tunggal dari siapa.
"Brengsek! Di mana sopan santunmu, huh!? Kalau kau bukan cewek...k...kau.. Sssh!" ucapan Yunho terpotong lalu mengepalkan tinjunya.
"Apa?! Mau menonjokku!? Tonjok... Di sini" kusodorkan pipiku. Jari - jariku menepuk pelan bidang mulus itu. Dasar cowok culun! Ngga berani kan!? Aku sih sudah biasa tersiksa fisik dengan model kayak apapun. Malas meladeni si bodoh ini yang tak kunjung bersua, kuputuskan untuk beranjak dari sana. Aku berjalan tanpa ada rasa ciut yang membelenggu sedikit-pun.
"Kim Jaejoong!"
Langkahku terhenti kala mendengar suara dingin Yunho menyerukan namaku. Eh, kok dia bisa tau namaku yah? Jangan - jangan ia salah satu penggemar rahasiaku!? o,O Aku malas bertele - tele dan langsung berbalik badan memandangnya.
"APA?!" tanyaku ketus.
"SETELAH INI KEHIDUPANMU SELAMA DI SEKOLAH INI TIDAK AKAN TENANG DAN DAMAI. KUNYATAKAN PERANG MULAI DETIK INI!"
Yunho geram bukan main. Matanya melotot mengajakku gelut. Garis wajahnya terbentuk kaku dan mengeras. Well, aku tetap ngga takut! Kim Jaejoong bukan cewek yang lemot!
"Whihihi, kasihan sekali kau Yun! Tidak keterima untuk jadi aktor yah?!Gagal casting?! Pake acara berakting antagonis segala di hadapanku! Bakatmu lumayan kok. Aku sedikiiit... takyuuut / Moga aja ntar lolos casting, walau aku yakin kau kebagian peran pembantu. Udah ah males meladeni cincongmu!" kuputar balik tubuhku dan kembali melanjutkan langkahku.
"APA YANG KALIAN LIHAT, HAH?!" samar - samar suara Yunho terdengar lagi. Untuk yang ini, pasti ditujukan bagi para penonton gratisan tadi.
SIAAAAL! Satu menit lagi bel berbunyi! Ah, tanggung mau makan juga. Aku kan ngga bisa makan terburu - buru. Kupandang sedih kotak makanku lalu memasukkannya ke dalam tas. Aku hanya meneguk air botolan yang tadi kubeli.
Gara - gara berurusan sama Yunho nih! Huhuhu!
.
.
.
"Ahhh, umma! Sakit tahu tidak sih!" protesku menatap umma sinis. Ia selaluuu saja memperlakukan aku tidak manusiawi. Dipukul, ditampar, dijambak.. ahh semuanya sudah kucicipi. Kadang aku berpikir, aku ini anak kandungnya atau bukan?
Lalu, apakah umma menyayangiku?
Waktu itu, sebelum halmoni menghembuskan napas terakhir, beliau berpesan padaku bahwa sebetulnya umma sangat menyayangi diriku. Perilaku kasar umma adalah cara untuk mengekspresikan rasa cinta umma padaku.
Aneh bukan? Huh... Masa bodo ah~ Dan sekarang umma menjambakku hanya karena aku tidak menaruh sepatu sekolahku di rak sepatu. Konyol kan?
Aku tersenyum pilu mengindahkan perintahnya. Lalu mendekati umma yang sedang duduk termenung di balkon atas sambil memandang cahaya matahari yang sinarnya mulai meredup.
"Umma..." panggilku lembut. Bagaimanapun perlakuan umma terhadapku. Sesakit apapun hatiku ketika ia berkata ketus, aku tidak peduli. Aku tetap menyayanginya. Hanya umma tumpuan hidupku. Dan pemacuku untuk mengukir prestasi di sekolah. Karena sejak appa meninggal beberapa tahun silam, umma lah yang mati - matian memperjuangkan kehidupanku, kehidupannya...Kehidupan kami berdua...
"Jae..." lirih umma.
Di saat - saat tertentu, sikap umma juga bisa melembek "Duduk di sini, putriku sayang"
Aku menurut, mengambil posisi di sebelahnya.
"Kau tumbuh semakin dewasa. Sebenarnya kau cantik, nak. Hanya saja kacamata dan poni jamurmu yang agak mengusik penampilanmu"
WHAT!?
Aku kirain umma mau membicarakan masalah serius. Tapi? Ah tentang penampilanku! Fyuh, bebek jelek mana bisa diubah menjadi putri cantik. Ya kan?!
"Ayo Jae, sekarang..." ajak umma tiba - tiba. Kuangkat sebelah alis mataku tidak mengerti.
"Kita mau ngapain umma?"
Aish, umma malah mengedipkan sebelah matanya. Bikin penasaran aja.
.
.
.
tbc.
Astaga ancur lebur!
Makasih yang udah baca ^^
