A/N : Saya penghuni baru di fandom KagePro ini, sekaligus pertama kalinya saya nulis di fandom lain selain fandom Persona Series~ Jadi tolong diberitahu jika ada yang salah...
Fic ini lebih mirip Ficlet... Kemungkinan (besar) bakalan terdiri dari sekitar 300-500 setiap chapter-nya, tapi saya akan berusaha membuat sebagus mungkin!
Disclaimer : Kagerou Project adalah milik Jin (Shizen no Teki-P)
Di bawah teriknya matahari…
Berkali-kali aku melihat kematiannya…
Rasa mual selalu mulai menguasaiku…
Tapi bukan itu yang membuat tetesan kristal ini terus berjatuhan…
Aku takut kehilangannya…
Ya, itu pasti jawabannya…
Rambut hitamnya yang diikat dua ponytail yang bergerak-gerak mengikuti angin musim panas, senyumnya yang ramah sembari mengelus seekor kucing (aku hanya menyukai wajah polosnya itu… Jadi tolong jangan berpikir macam-macam!)
"Aku menyukainya."
Ucapku pelan dengan senyum tipis yang hampir tidak terlihat dan sedikit warna merah merona di wajahku.
Rasanya sedih saja saat dia tidak pernah menatapku…
Di matanya aku hanya tampak seperti seorang teman biasa…
"Tampaknya aku tidak bisa memaksakan keegoisanku sendiri."
Gumamku dalam hati saat rekahan senyumnya terlihat sangat manis di bawah langit biru musim panas.
Selagi pemandangan berjudul kematianmu itu terus berlanjut tanpa henti (mungkin ini yang dikatakan sebagai endless movie bukan?), panasnya matahari bagaikan tertawa melihatnya dan membuatku bisa merasakan rasa panas di kulitku, membuatku sadar bahwa ini bukanlah mimpi.
Aku muak terus-menerus merasakan sengatan matahari yang terus menghujam padaku, seakan-akan terus berkata percuma padaku dengan wajah mencemooh.
Aku sangat ingin menyelamatkannya… Sangat-sangat ingin sampai rasanya aku akan melakukan apa pun untuk melakukannya!
Tapi entah sudah berpuluh-puluh kalinya (aku sudah tidak menghitungnya lagi karena ini seperti mimpi buruk yang tidak ingin kuingat-ingat lagi) aku berusaha menyelamatkannya, dunia kami saat ini seperti membenci keberadaannya dan menginginkannya untuk menghilang…
"Kenapa ini harus terjadi padanya?"
Bisikku saat darah merah pekat mulai menggenang, mengumbarkan aroma besi yang tajam yang memualkan, mewarnai tempatku berpijak dengan warna yang kontras dengan warna langit tanpa awan yang menyelimuti dunia kami…
Dengan air mata yang sudah mengering… Aku mencoba mengorbankan diriku…
"Aku menyukaimu, Hiyori."
Tolong tetaplah hidup…
Suara isak tangis memenuhi pemakaman, orang-orang berpakaian hitam menghadiri upacara terbesar dan terakhirnya.
Wajahnya terpampang dalam sebuah bingkai berkaca…
Tanpa setetes pun air mata yang dapat mengalir, aku menangis dalam hati dan menyesal…
"Kenapa harus berakhir seperti ini?"
