COMPLETE

Cast : Date Masamune, Chosokabe Motochika, Katakura Kojuuro, Ashikaga Yoshiteru

Pairing : Motochika/Masamune

Genre : Drama, Hurt/Comfort

Rating : R21 (for sex and violence scene)

Disclaimer : all characters belong to CAPCOM

Warning : rough sex scene, semi-rape, boy's love, other dimention scene, OOC, typos, don't like don't read!


"Jika kau membutuhkanku, pintu kamarku selalu terbuka. Aku akan menunggumu di sana…"

Chosokabe Motochika keluar dari kamar Date Masamune tanpa menoleh ke belakang. Bersandar pada pintu kamar, dia menghela nafas panjang dan memejamkan matanya sejenak. Dia masih cemas, masih khawatir akan keadaan Naga kesayangannya itu. Sesaat dia enggan pergi, tapi mungkin ada baiknya dia memberikan sedikit waktu bagi Masamune untuk bisa tenang kembali. Dia memutuskan untuk kembali ke kamarnya.

Di koridor bangsal tamu, dia berpapasan dengan Katakura Kojuuro yang baru saja selesai memberikan laporan kepada Shogun Ashikaga Yoshiteru mengenai keadaan Masamune. "Cepat sekali. Mana Sanada?" tanya Kojuuro kepadanya.

"Sanada sudah betolak ke Kai. Dia juga sebentar saja bertemu dengan tuanmu," jawab Bajak Laut itu singkat.

"Lalu bagaimana dengan Masamune-sama?"

Motochika menyisir rambutnya ke belakang dan berjalan melewati Kojuuro. Dia menjawab, "Sebaiknya kau ke sana sekarang dan lihat sendiri keadaannya. Aku tidak yakin dia mau ikut makan malam bersama nanti."

"Kau tidak melakukan atau mengatakan sesuatu yang membuatnya resah kan?" tanya Kojuuro curiga.

"Tenang saja, Tuan Mata Kanan Naga. Kami juga tidak berbicara banyak. Dia butuh waktu untuk beristirahat," dan Motochika pun pergi meninggalkan Kojuuro.

Tiba di kamarnya, Motochika duduk di tempat tidur dan menuang arak di cangkir. Dia menyalakan pipa tembakau dan dihisapnya. Ketenangan pun mengalir dalam dirinya seketika. Matahari sudah terbenam di barat. Pemandangan senja akan berganti dengan malam. Dalam keheningan ini, dia kembali teringat apa yang baru saja terjadi di arena tanding istana beberapa jam lalu.

Sesuatu yang mengerikan…

Sesuatu yang sebenarnya tidak ingin diingatnya kembali…

"Dokuganryu…"

Masamune menantang Shogun berduel pedang. Pertandingan mereka berjalan baik di awal. Namun tiba-tiba berubah menjadi sangat menakutkan ketika Masamune tidak bisa menahan dirinya lagi. Sesuatu merasukinya sampai dia hendak membunuh Shogun di depan semua orang. Pedangnya hanya berjarak 3 helai rambut dari leher Shogun. Salah bergerak sedikit saja, Shogun bisa kehilangan nyawanya. Saat keduanya dipisahkan, Masamune mengamuk dan menolak melepas pedangnya. Butuh waktu dan tenaga cukup banyak demi menenangkannya.

Semua itu berakhir ketika Kojuuro berteriak kencang di telinga tuannya dan memukul kepalanya sampai pingsan. Setelah Masamune tak sadarkan diri, pertandingan pun dihentikan…

Yang kemudian diingatnya adalah perkataan Masamune mengenai situasinya saat itu. Ketika hendak membunuhnya, dia tertahan karena melihat sesuatu. Tatapan mata Shogun menahannya, dan seperti hendak mengambil sesuatu darinya.

"Mata kirinya…" itulah yang dikatakan Masamune sebelum dia lepas kendali lagi tadi. Ada ribuan pedang yang diarahkan ke mata kirinya. Shogun seperti ingin mencuri mata kirinya. Mungkin maksudnya adalah ingin mengambil kelemahannya. Masamune tidak suka jika ada yang ingin mengancamnya seperti itu. Tidak heran jika dia mengamuk sejadi-jadinya ketika Shogun hendak mengambil mata kirinya.

"Shogun itu berbahaya, dan kau terlalu nekad untuk menantangnya. Kau tidak menuruti kata-kataku, hah?" gerutu Motochika sambil menuang abu dari pipa tembakaunya ke mangkuk kecil di dekat kakinya.

-000-

Acara makan malam di istana berlangsung khidmat. Dari semua daimyo yang hadir, hanya Takeda Shingen dan Date Masamune yang tidak terlihat di ruang makan. Takeda dan rombongannya sudah lebih dulu kembali ke Kai. Sedangkan Masamune masih belum mau keluar dari kamar. Shogun Ashikaga Yoshiteru sudah menjenguknya sebelum acara makan malam tadi. Tidak banyak hal yang dibicarakan, Shogun hanya ingin Masamune cepat pulih dan bisa ikut memeriahkan festival musim semi sampai hari terakhir. Demi menjaga wibawanya, Masamune memaksakan diri untuk tersenyum di depan Shogun.

Dan Motochika melihatnya…

Senyum itu terasa pahit, terasa getir…

Masamune masih menyembunyikan perasaannya…

Motochika tidak ingin terlibat banyak percakapan dengan para daimyo setelah makan malam. Bahkan ajakan anak buahnya pergi ke pesta rakyat di luar istana pun ditolaknya, dengan alasan dia ingin langsung beristirahat di kamarnya. Besok pagi dia harus berkemas untuk bertolak ke Shikoku.

Tidak, bukan itu alasannya…

Dia sengaja kembali ke kamar secepatnya karena dia sedang menunggu seseorang datang ke sana. Dia menjanjikan pintu kamarnya akan selalu terbuka jika orang itu membutuhkannya. Sampai larut malam pun dia akan terjaga dan menunggunya. Sebotol arak dan beberapa hisapan pipa tembakau mungkin bisa menemaninya.

Hingga langit tak lagi berbintang…

Hingga bulan menghilang dari kegelapan malam…

Hingga malam berganti pagi…

"Motochika, kau di dalam?"

Suara itu kemudian menyadarkan Motochika. Entah sudah berapa lama dia terjaga. 2 botol arak habis sudah ditegaknya. Dia sudah mengganti tembakaunya 3 kali demi membuatnya terjaga.

"Masuklah," sahutnya menanggapi suara di luar kamarnya.

Pintu kamarnya bergeser terbuka. Date Masamune datang mengenakan yukata dilapis haorinya. Mata kirinya terlihat sayu dan lelah. Pintunya kemudian ditutup kembali, tak lupa menguncinya sebelum dia berjalan mendekati Motochika. Kemudian dia duduk di hadapannya. Kepalanya tertunduk, tak sedikit pun dia angkat demi bisa menatap wajah pria berambut perak di depannya.

"Bagaimana kau bisa ke sini tanpa sepengetahuan Katakura-dono, Dokuganryu?" tanya Motochika.

"Dia sudah tidur, dia tidak tahu aku kemari," jawab Masamune masih menunduk.

"Benarkah dia tidak tahu? Katakura-dono bisa cemas setengah mati jika mengetahui kau tidak berada di kamarmu."

"Jadi kau tidak ingin aku berada di sini, Saikai no Oni?"

Motochika menyeringai. Dia mengulurkan tangannya dan berkata, "Duduklah di sini bersamaku."

Tanpa ragu, Masamune pun menurutinya. Dia meraih tangan Motochika dan berpindah duduk ke sampingnya. Kepalanya bersandar lemas pada lengan kekar Bajak Laut itu. Mereka tetap seperti ini untuk beberapa saat. Keheningan malam menyelimuti mereka. Tak ada pembicaraan yang terucap, hanya nafas dan detak jantung mereka yang terdengar.

Motochika lalu membuka pembicaraan memecah keheningan. Dia mendengus hidungnya ke rambut Masamune dan berkata, "Apa yang kau inginkan, Dokuganryu?"

Masamune menengadah menatap Motochika. Dia lalu berpindah posisi ke depan Motochika. Haorinya dilepas, yukatanya dibuka sebagian. Dia berkata, "I wanna get drunk…"

"Aku tidak punya banyak arak di kamar."

"Tidak dengan arak, tapi denganmu."

"…Kemarilah…"

Tak ada lagi jarak yang memisahkan mereka sekarang. Masamune menempatkan dirinya di pangkuan Motochika. Kedua tangannya mengalung di leher Bajak Laut itu. Mereka berciuman, menenggelamkan diri dalam hasrat masing-masing. Decak lidah dan bibir mereka terdengar jelas, mencoba mengirim pesan dalam setiap ciuman. Kedua tangan Motochika melingkar di badan Masamune, bergerak naik dan turun merabanya. Ciuman mereka berakhir saat yukata Masamune sudah menggantung separuh di tangannya. Keduanya bertatapan dan mengatur nafas mereka yang tersengal.

"Apa yang kau rasakan sekarang, Dokuganryu?" Motochika bertanya, suaranya berusaha ditahan untuk tetap tenang. Pemandangan di depan matanya begitu menggoda.

Sebelum menjawab, Masamune meletakkan satu tangan di dadanya. Dia merasakan jantungnya berdegup kencang. "Bebaskan aku…" katanya kemudian.

"Apa yang membelenggumu?"

"Setiap kali aku memejamkan mata, aku selalu melihat pemandangan mengerikan. Kedua mata Ashikaga menatapku tajam. Ribuan pedangnya terarah pada mata kiriku."

"Mengapa kau meminta bantuan padaku? Apakah Mata Kananmu tidak bisa membebaskanmu dari perasaan itu, Dokuganryu?"

"Kojuuro sudah melakukan banyak hal untukku. Aku tidak ingin membebaninya lebih dari ini."

"Menurutmu dia tahu apa yang terjadi padamu?"

"Dia tahu, tapi dia hanya perlu mengetahuinya. Dia tidak perlu melakukan sesuatu padaku. Maka itu aku meminta bantuanmu."

Masamune mencondongkan tubuhnya, keningnya bersandar pada kening Motochika. Nafasnya kembali menderu selagi dia berkata, "Kekuatan Ashikaga menguasaiku. Bebaskan aku darinya. Hanya kau yang bisa melakukannya, Motochika."

"Apa yang bisa kulakukan untukmu, Masamune?"

"Penuhi aku…lengkapi aku…with you..."

Sekali lagi mereka berciuman. Kegelisahan Masamune terasa mengalir ke dalam diri Motochika lewat ciuman itu. Naga Bermata Satu itu tidak terlihat seperti dirinya sendiri. Desahannya terselip ketika lidah mereka bertemu. Tak akan ada kesempatan lain melihat Masamune seperti ini. Dan sekali ini terlihat, selanjutnya tidak boleh terlihat lagi. Motochika bertekad membebaskan jiwa Masamune dari kekuatan Ashikaga yang membelenggunya.

"Naik sedikit, bertumpulah pada dinding di belakangku," perintah Motochika.

Masamune mendorong tubuhnya naik, kedua tangannya bertumpu pada dinding. Dia bisa merasakan hembusan nafas Motochika pada dada dan perutnya. Bajak Laut itu menciuminya penuh nafsu. Nafas Masamune terdengar berat dan mulai memburu. Satu tangan Motochika meraih 'milik'nya dari balik yukata. Masamune belum cukup terangsang rupanya. Sedikit pemanasan lagi, mungkin?

"Sentuh aku…sentuh aku, Motochika," desah Masamune berusaha menopang badannya dengan kedua lututnya yang gemetar.

"Nanti, Sayang. Bersabarlah sebentar," balas Motochika. Dia melepas genggaman tangannya dari 'milik' Masamune dan berpindah ke dadanya. Dia mencoba merangsangnya di sana. Dia cukup tinggi untuk mencium, menjilat, dan menggigitnya. Masamune semakin gelisah. Tangannya mengepal di dinding, lututnya semakin goyah. Dia mendesis dan mendesah, menikmati pijatan lembut lidah Motochika di dadanya.

"Turunlah, lihat sini," Motochika menarik turun tubuh Masamune sampai dia duduk kembali di pangkuannya. Dia memegang dagunya dan mencium bibirnya. Perlahan dia mendorong tubuh Masamune berbaring. Sambil terus menciumnya, Motochika kembali merangsang Masamune dengan meraba tubuhnya. Tangannya lalu sampai pada 'milik'nya yang sekarang sudah mulai berdenyut menegang. Masamune sudah cukup terangsang. Ujungnya sudah mengeluarkan cairan bening.

"Aku akan melakukan sesuatu. Berjanjilah untuk tidak melawanku," tanpa menunggu jawaban dari Masamune, kedua tangan Naga Biru itu diletakkan di atas kepala dan ditahan kuat dengan satu tangannya. Seketika Naga Bermata Satu itu terkejut, sorot matanya berubah menjadi panik. Reaksi inilah yang ditunggu oleh Motochika. "Jangan melawan," katanya sekali lagi. Kali ini dia benar-benar memperingatkannya.

"Kau mau apa?" tanya Masamune di sela kegelisahannya.

"Seperti yang kau minta, aku akan membebaskanmu, Dokuganryu."

Mata kanan Motochika menatap mata kiri Masamune yang terbuka. Sebelum dia memulai, dia berkata, "Jangan tutup matamu. Aku perlu melihat ke dalam penglihatanmu."

"Bagaimana…bagaimana mungkin…"

"Jangan tegang, jangan takut. Tidak ada orang lain di sini, kecuali kau dan aku."

Keduanya saling tatap cukup lama karena Masamune masih terlihat gelisah. Dia ingin membuang pandangannya ke arah lain. Terlebih lagi, dia ingin menutup matanya. Selain perasaan takut dan gelisah, ada sedikit perasaan malu menguasainya. Rona merah di pipinya terlihat jelas. Dia yang meminta, dia yang menginginkan, maka itu dia harus siap dengan segala resikonya. Detak jantungnya berdegup kencang, nafasnya mulai memburu, namun dia harus tetap bisa tenang.

"I'm ready…" katanya kemudian memantapkan hatinya.

Motochika menciumnya sekali lagi demi menenangkannya. Satu tangannya tetap menahan kedua tangan Masamune. Ciumannya kemudian bergerak turun ke dagu, leher, bahu, dan dadanya. Dia berhenti di sana, menjilat dan menggigitnya seperti yang dia lakukan di awal. Masamune mendesah lagi, dadanya ikut naik ketika Motochika menggigitnya. Seakan tidak ingin lepas darinya. Motochika meraih 'milik' Masamune yang sudah tegang seutuhnya. Dia menekan-nekan ujungnya, meremasnya dan mengerakkan tangannya naik turun dengan irama yang teratur.

"Ah…ah…!" Masamune tidak bisa menahan suaranya. Matanya tertutup saking tidak kuatnya menahan hasrat yang mulai bergolak dalam dirinya. Dia meronta karena gelisah. Tangan Motochika sangat kuat menahan kedua tangan di atas kepalanya. Dadanya bergerak naik turun mengikuti nafasnya yang tidak beraturan.

"Buka matamu, Dokuganryu!" bentak Motochika dan seketika itu Masamune membuka matanya. Dia melihat Motochika tengah menatapnya tajam sambil meneruskan urusannya di bawah sana. "Apa yang kubilang barusan? Jangan tutup matamu!"

"Aku berusaha—ah! Motochika!" pekik Masamune.

"Katakan padaku. Apa yang kau lihat ketika kau menutup matamu barusan?"

"Tidak…aku tidak bisa—"

"Jawab pertanyaanku. Apa yang kau lihat?"

Demi meyakinkan dirinya, Masamune pun melakukannya lagi. Sambil menikmati gerak tangan Motochika di 'milik'nya yang sudah terasa tegang dan sakit, dia menutup matanya. Dalam kegelapan itu, dia dikejutkan dengan sosok Shogun Ashikaga Yoshiteru muncul di depannya. Shogun bermata cokelat itu memegang shoku baton yang dihunus kepadanya. Sontak dia membuka matanya demi menghilangkan sosok itu dari penglihatannya.

"Motochika!" teriaknya kemudian. "Aku—ah! Ah! Tidak! Stop, Motochika!"

"Aku tidak akan berhenti. Katakan padaku, apa yang kau lihat?" tanya Motochika tanpa menghentikan gerak tangannya.

"Ngh…ngh…Shogun…" Masamune mencoba berbicara. "Aku melihat Shogun, ngh…!"

Pria berambut perak itu mempercepat gerak tangannya naik dan turun di 'milik' Masamune. Tak ada yang bisa dilakukan oleh Naga Bermata Satu itu kecuali mendesah dan memberontak. Dia tidak bisa lagi tenang. Dia tidak bisa menggerakan tangannya yang dicengkeram Motochika. Dia mendesah hebat ketika mencapai klimaksnya. Namun seketika itu ibu jari Motochika menekan ujung 'milik'nya yang sudah mengeluarkan sedikit cairan putih kental. Klimaksnya tertahan, "Oh shit! Uuungh!" Masamune meronta. Sorot matanya menatap Motochika marah. Tetapi dia sudah berjanji tidak melawan apa pun yang dilakukan Motochika padanya.

Kedua tangan Masamune kemudian dilepas. Motochika kembali memancing hasrat Masamune dengan memasukkan 2 jari langsung ke 'bagian belakang'nya. "Buka kakimu," perintahnya. Daimyo Oshuu itu tidak punya pilihan kecuali menurutinya. 2 jari Motochika masuk ke sana, salah satunya bahkan langsung mengenai titik paling sensitif di dalamnya. Di saat pikirannya kacau, dia mendengar Motochika bertanya, "Bisakah kau menebak berapa jari yang masuk ke sana?"

"Hngh? Apa yang—"

"Mengapa kau masih melihat Ashikaga, Dokuganryu? Hanya ada aku di sini. Mengapa sosoknya masih tergambar jelas di penglihatanmu, hah?"

Sesaat Masamune menutup matanya lagi karena terkejut dengan gerak jari Motochika di dalam tubuhnya. Dia menggigit bibirnya, mencoba menahan suaranya. Sosok Shogun di penglihatannya semakin jelas dan semakin mendekat. Sontak dia membuka matanya dan mendesah hebat ketika Motochika mulai memasukkan jari ketiga. "Mo-Motochika…! Enough, I can't..."

"Nampaknya sudah cukup. Tapi aku masih belum mau masuk ke sana," kata Motochika kemudian menarik keluar 3 jarinya. Tidak selesai sampai di situ, Motochika menarik satu tangan Masamune dan memaksanya untuk bangun. Masamune bangkit dan bertumpu pada kedua lututnya, begitu pula dengan Motochika. Tangan Masamune ditahan, seakan dilarang melakukan sesuatu. "Motochika…" gumam Masamune lirih, mencoba mengatur nafasnya yang tersengal. "Hey, Motochika!" dia memanggilnya lagi karena tidak mengerti mengapa Bajak Laut itu hanya diam menatapnya.

Motochika menyeringai dan melempar pandangan tajam ke mata kelabu Masamune. Diperhatikannya laki-laki berambut cokelat di depannya mulai gelisah. 'Milik'nya mengeluarkan cairan yang mengalir melewati selangkangannya. Lututnya gemetar menopang tubuhnya. "Kau tidak akan melepaskan pandanganmu dariku, Masamune," ucap Motochika. Dia mengulurkan tangannya, 2 jarinya menempel di bibir Masamune. Tanpa diberitahu, Masamune tahu apa yang diinginkan Motochika. 2 jarinya lalu dijilat dan dihisapnya hingga basah. Decak lidahnya terdengar jelas, hisapannya terasa kuat. Motochika menarik keluar 2 jarinya, tangannya kemudian meraih kepala Masamune.

"Aku tidak menyangka jika Shogun berhasil membelenggumu sampai seperti ini. Aku iri padanya, aku ingin belajar bagaimana caranya bisa mengendalikan orang dari jarak jauh. Apakah dia bisa memberikan sensasi yang sama seperti yang kuberikan padamu, Dokuganryu?" tanya Motochika.

"Dia muncul bukan untuk mengajakku berhubungan badan, Saikai no Oni," jawab Masamune. "Dia tidak merangsangku, melainkan mengancamku."

Motochika menjambak rambut Masamune dan berkata, "Sampai sekarang kau masih terasa diancam olehnya? Keh, kuat sekali Shogun itu! Aku tidak heran sampai kau tidak bisa lepas darinya."

"Maka itu bebaskan aku—"

Belum sempat Masamune meneruskan kata-katanya, Motochika kemudian berdiri di depannya. Dia masih menahan tangan Masamune. Laki-laki berambut cokelat itu menengadah menatapnya, dan Motochika pun membalas tatapannya. "Aku akan membebaskanmu," katanya.

Dipenuh perasaan gelisah, Masamune menurunkan pandangannya ke depan. Satu tangannya yang terbebas menarik keluar 'milik' Motochika dari balik yukata. Tanpa diperintah, dia langsung menjilat ujungnya. Motochika sudah menahan hasratnya dari tadi. 'Milik'nya sudah tegang, dan ditambah tegang oleh pijatan lembut lidah Masamune. Dari ujung ke pangkal, dan kembali ke ujung, Naga Bermata Satu itu berusaha memenuhi pikirannya dengan sosok Motochika.

"Mmh…Motochika…" desahnya di sela-sela urusannya. Getar suara Masamune terasa di 'milik' Motochika, semakin menambah sensasinya.

"Kau hanya akan mengingat aku. Hanya akan mengingat aku, Masamune!" dengan cepat Motochika menarik lepas dari mulut Masamune. Dia lalu mendorong paksa tubuh Naga Biru itu berbaring kembali di lantai. Dia membalik badan Masamune, 'milik'nya kemudian diarahkan ke 'bagian belakang' Masamune yang sudah menganga.

"Tunggu dulu, Motochika—ah!" tidak sempat melanjutkan kata-katanya, Masamune sudah kalah telak setelah Motochika mendorong paksa 'milik'nya masuk ke tubuhnya. Tidak peduli betapa sempitnya, Motochika langsung bergerak keluar dan masuk mengikuti irama detak jantungnya. Hentakannya sangat kuat dan langsung mengenai sasaran. Masamune dibuat tidak berdaya oleh setiap hentakannya. Kedua tangannya mencengkeram haori yang tadi dilepasnya. Dia mendesah berat, membiarkan sensasi luar biasa itu menguasai tubuhnya.

Matanya kemudian terpejam sekali lagi. Kali ini terpejam cukup lama dan mendadak dia kembali melihat sosok Shogun di hadapannya. Pria berambut cokelat itu sudah sangat dekat padanya sekarang. Satu tangannya terjulur dan memegang wajahnya.

"Don't touch me!"

Seketika dia kembali ke dunianya. Lantang suaranya tadi terdengar oleh Motochika yang saat itu langsung berhenti bergerak. Masamune pun demikian terkejutnya. "Teruskan…" katanya memohon. "Teruskan, jangan berhenti, Motochika!"

Bajak Laut itu tidak megindahkan kata-katanya. 'Milik'nya ditarik keluar. Dia mencondongkan tubuhnya dan mendekatkan wajahnya kepada Masamune. Dia berkata, "Kepada siapa kau berteriak tadi?"

"Apa maksudmu—"

"Jangan balik bertanya! Kepada siapa kau berteriak tadi, Dokuganryu?!"

Dikuasai amarahnya, Motochika menampar wajah Masamune dengan keras. Dia mencengkeram leher Masamune dan berseru, "Jangan coba-coba kau hadirkan sosok orang lain ketika kita sedang seperti ini!"

"Aku tidak menghadirkannya! Dia muncul begitu saja dalam penglihatanku!" balas Masamune marah.

"Apa yang dia lakukan padamu? Apakah dia menyentuhmu, hah?"

"Lepaskan aku, Saikai no Oni!"

Masamune berhasil memberontak dan melepaskan diri dari cengkeraman Motochika. Namun dia tidak kalah cepat ketika Motochika kembali menyergap dan membantingnya ke posisi telungkup di lantai. Pinggulnya diangkat buru-buru oleh Motochika sebelum dia kabur. Pria berkulit gelap itu langsung mendorong kembali 'milik'nya ke dalam tubuhnya. Geraknya semakin cepat, membuat Masamune mengeluarkan desahan berat. Suaranya tak tertahan, dia tidak lagi peduli jika ada yang mendengar dari luar. "Ah…hah…!" satu tangannya terkepal kuat, satu lagi berusaha meraih 'milik'nya yang tegang dan basah. Namun tindakannya langsung diketahui oleh Motochika.

"Siapa bilang kau boleh menyentuh dirimu sendiri, hah?" katanya kemudian meraih cepat tangan Masamune dan ditahan di belakang punggungnya. Laki-laki berambut cokelat itu semakin gelisah, tenaganya terkuras dan dia tidak bisa melawan. Penetrasi Motochika melemahkannya, hasratnya menguasainya. Sensasi luar biasa itu membakar tubuhnya yang berbalut keringat.

Motochika lalu menarik tubuh Masamune hingga dia bertumpu pada kedua lututnya. Lehernya dipegang, kepalanya ditarik demi bisa mencium bibirnya. Keduanya berciuman sebentar, Motochika memperlambat geraknya. Dia berbisik, "Jika kau tidak bisa mengingatku di dalam otakmu, maka kau akan mengingatku dengan tubuhmu. Aku tidak akan membiarkan Shogun itu berbuat seenaknya padamu, Masamune!"

Sekali lagi Motochika menarik keluar dirinya dari Masamune. Dia mendorong tubuh Naga Bermata Satu itu ke lantai dan kali ini posisinya menghadap padanya. Wajah Masamune memerah ketika tubuhnya dibuka seutuhnya. Kakinya merapat, namun langsung dibuka paksa oleh Motochika. Pria bermata biru itu mencondongkan tubuhnya sambil memegangi kedua lutut Masamune. Dia berkata, "Bagaimana aku membebaskanmu jika kau menutup dirimu?"

"Aku…aku tidak suka posisi ini!" protes Masamune.

"Jangan melawanku!" bentak Motochika sambil mencengkeram leher Masamune.

'Milik' Motochika yang sudah sangat tegang itu kembali masuk dan digerakkan langsung dengan cepat. Masamune memegang tangan Motochika yang mencengkeram lehernya. Namun kuatnya hasrat yang dikirim dari Motochika membuatnya semakin lemah dan tidak bisa melawan. Dia mendesah hebat, keringat membasahi wajah dan tubuh telanjangnya. Dia semakin gelisah ketika satu tangan Motochika meremas-remas 'milik'nya. Ujungnya ditutup kuat dengan ibu jarinya sehingga dia tidak bisa mengeluarkan cairannya.

"Kau—ungh! Menyiksaku! Hngh!" desahnya.

"Kalau begitu, mencobalah untuk melawan, Dokuganryu," balas Motochika tersengal.

"Bagaimana mungkin aku melawanmu?"

"Bukan melawanku, tetapi melawan Ashikaga!"

-to be continue-


Chapter 2 coming up next!