hoshustar
Present you…
A FanFiction
"Shining Star"
Kwon Soon Young & Lee Ji Hoon
As the main cast(s)
WARNING! typo(s), eyd ancur, dan kesalahan lainnya. rating masih aman(?)
Disclaimers
The cast(s) belongs to their agency, their parents and god.
Soonyoung belongs to Jihoon.
Jihoon belongs to Soonyoung.
.
.
.
HAPPY READING
.
.
.
Jika kalian pergi ke Tokyo dan mengunjungi Tokyo Resident—nama sebuah perumahaan di kota Tokyo—cobalah untuk bertanya kepada siapapun yang tinggal di kompleks perumahaan tersebut dan bertanya mengenai seorang anak lelaki bernama Hoshi. Pasti mereka semua tahu siapa itu Hoshi.
Hoshi yang memiliki nama lengkap Kwon Hoshi ini merupakan anak dari Kwon Ji Young dan Miko Mizuhara. Dirinya memiliki darah campuran antara darah Korea —yang berasal dari ayahnya— dan darah Jepang —yang berasal dari ibunya. Ayah Hoshi adalah seorang dokter spesialis saraf di rumah sakit besar yang ada di tengah kota, sementara ibunya adalah seorang designer terkenal di Jepang.
Hoshi adalah anak lelaki yang sangat menyenangkan dan ramah. Ia kenal dengan semua orang di kompleks nya dan berteman dengan seluruh temannya yang ada di sekolah. Setiap pagi saat ia berjalan kaki menuju sekolahnya, ia pasti akan menyapa siapapun yang berpapasan dengannya. Mau itu tukang sampah, tukang koran ataupun para penjual kaki lima, Hoshi tetap akan menyapa mereka dengan nada riang. Menurutnya, dengan menyapa setiap orang seperti itu dirinya akan membuat pagi setiap orang lebih berwarna. Dan perkataannya benar sekali, semua orang sangat senang mendapat sapaan dari Hoshi. Hoshi terlihat lucu saat menyapa mereka semua.
Selain merupakan anak lelaki dengan kepribadian yang baik, Hoshi juga sangat pintar dan sangat di senangi oleh guru-guru maupun teman-temannya di sekolah. Setiap kali ada perlombaan, mulai dari lomba menggambar, lomba mewarnai, sampai ke lomba yang menyangkut olahraga seperti lari, Hoshi pasti akan ikut. Walau dirinya tidak selalu menjadi pemenang juara pertama, setidaknya dirinya tidak pernah tidak masuk juara tiga besar. Hoshi bahkan memiliki lemari sendiri di ruang keluarga yang di khususkan untuk piala-piala yang didapatnya. Ayah dan ibunya juga memiliki lemari prestasi sendiri seperti Hoshi. Jadi jika kalian bermain ke rumah Hoshi sesekali, kalian akan mendapati tiga lemari besar berisi piala-piala dan sertifikat-sertifikat keberhasilan miliki keluarga kecil tersebut.
Dalam bahasa Jepang, nama Hoshi memiliki artian bintang. Bintang itu bersinar dan sangat indah, begitupula dengan Hoshi. Hoshi itu anak yang sangat bersinar dan orang-orang sangat menyayanginya.[]
HOSHUSTAR
January 30th 2004 - Tokyo, Japan.
"Hoshi!"
Hoshi yang tengah asik-asiknya bermain playstation di depan televisi ruang keluarga langsung mem-pause game-nya begitu Miko memanggil dari arah dapur. Ia segera membawa kedua kakinya menuju dapur, menghampiri sang ibu yang sedang berkutat dengan semangkuk adonan kue.
"Ada apa eomma?"
Miko menoleh dan tersenyum pada anak semata wayangnya itu. "Apa eomma boleh minta tolong?"
Si kecil Hoshi mengangguk girang. "Tentu saja! Hoshi akan menolong eomma!" seru Hoshi sambil tersenyum lebar. Kedua matanya menyipit dan nyaris hilang. Miko kembali tersenyum gemas melihat tingkah anaknya.
"Nah, eomma minta tolong pada Hoshi untuk membawakan kue-kue ini ke tetangga baru kita, bilang saja sebagai ucapan selamat datang dari eomma, appa dan Hoshi juga. Bagaimana? Hoshi bisa tidak?"
Hoshi terdiam sesaat, kemudian segera menganggukkan kepalanya cepat.
"Tentu!"
Setelah mengambil sekeranjang penuh kue, Hoshi segera berpamitan kepada ibunya dan pergi keluar rumah. Ia menoleh ke sebelah rumahnya. Disana, sebuah truk pindahan terparkir rapi di halaman rumah yang dulunya miliki tetangga lamanya.
"Tetangga baru ya? Apa Hoshi akan dapat teman baru?" gumam Hoshi sambil berjalan perlahan menuju rumah tetangga barunya. Ia tidak ingin kue-kue yang dipegangnya jatuh. Miko-eomma pasti akan kecewa kalau itu terjadi.
Hoshi berjalan menuju pintu rumah tetangganya dengan mata yang terus memperhatikan sekitarnya. Warna dindingnya masih sama dengan warna rumah yang lainnya —krem. Halaman rumahnya juga tidak banyak berubah —rumput-rumput masih berwarna hijau, semak-semak blueberry masih berada di belakang pagar, bahkan pot kecil berisi pohon kaktus mini milik tetangga lamanya masih berdiri dengan manisnya di jendela depan.
Kedua kaki mungil Hoshi berhenti melangkah begitu sudah berada tepat di depan pintu rumah tersebut. Ia memandang sebentar pintu bercat putih tersebut kemudian dengan segenap keberaniannya, tangan kanannya mengetuk pintu tersebut.
Tok Tok Tok
"Tunggu sebentar!"
Hoshi mengangkat sebelah alisnya begitu mendengar suara anak kecil dari dalam rumah tersebut. Teman baru, eh?
Cklek
"Maaf, Oka-san dan Ottou-san sedang kelu —kamu siapa?"
Hoshi melongo tidak percaya begitu pintu putih tersebut terbuka dan menampakkan sesosok anak laki-laki —tunggu, dia laki-laki atau perempuan? Dia manis sekali!
Rambutnya berwarna hitam kecokelatan, kulitnya putih pucat, kedua matanya sipit (walau tidak sesipit dirinya sendiri), bentuk wajahnya bulat, pipinya tembam, bibirnya pink, dan tubuhnya lebih mungil daripada tubuh Hoshi yang memang terbilang tinggi untuk anak seusianya.
"A—"
Anak tersebut memiringkan kepalanya bingung melihat ekspresi yang dibuat Hoshi sekarang. Kedua mata super-sipit Hoshi sedikit melebar dan mulutnya terbuka lebar. Anak sipit ini tidak kenapa-kenapa kan?
Sedangkan Hoshi, dia semakin terpesona begitu anak tersebut memiringkan kepalanya imut. Astaga! Hoshi bahkan tidak pernah melihat dirinya seimut itu saat melakukan aegyo di depan cermin kamar mandi.
"Daisuki!"
"Eh?"
.
.
.
"Jadi, Jihoonie dari Korea ya? Wah, berarti Jihoon dan ayah Hoshi lahir di tempat yang sama!"
—itu Hoshi yang berbicara dengan bahasa korea yang fasih.
Hoshi sekarang sedang duduk dengan nyaman di karpet biru tua yang ada di kamar anak kecil imut tetangga barunya. Sedangkan anak kecil imut yang dipanggil Jihoon tadi sedang berjalan dengan hati-hati menghampiri Hoshi. Kedua tangan kecilnya memegang dua buah gelas penuh berisi jus strawberry.
Cerita pendek bagaimana Hoshi bisa masuk ke dalam rumah Jihoon.
Jadi, saat Hoshi masih menyerukan 'Hoshi suka! Hoshi suka!' pada Jihoon, ibunya Jihoon datang dan menawarkannya untuk masuk ke dalam rumah untuk bermain bersama Jihoon. Hoshi dengan cepat mengiyakan. Setelah itu Jihoon disuruh ibunya untuk membawa Hoshi ke kamarnya dan membawakan anak lelaki bermata sipit itu segelas jus strawberry.
"Memangnya ayah Hoshi dari Korea juga?" tanya Jihoon setelah berhasil menaruh kedua gelas berisi jus strawberry tersebut di atas meja kecil di samping Hoshi.
Hoshi mengangguk girang. "Iya!"
"Bahasa korea Hoshi bagus!" puji Jihoon dengan senyum manis dan ibu jari yang mengacung. Jika Jihoon melakukan itu, itu berarti Jihoon mengagumimu. Dalam artian lain, Jihoon mengagumi Hoshi kali ini.
Hoshi yang di puji oleh teman barunya itu ikut tersenyum lebar. Kedua pipi bulatnya sedikit merona karena senang sekaligus malu di puji oleh si imut Jihoonie.
"Ah, tidak juga. Tapi, gamshahamnida!"
Jihoon baru sadar kalau Hoshi memiliki senyum yang bersinar.
"Etto..."
Hoshi mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa Jihoonie?"
"Eng... Hoshi mau mengajari Jihoon bahasa Jepang tidak? Jihoon belum bisa..." pinta Jihoon malu-malu. Kepalanya sedikit menunduk dan kedua pipinya sedikit memerah.
Hoshi terdiam sebentar. Jihoonie jadi makin imut!
"Kiyeowo!" seru Hoshi gemas. "Tentu saja! Hoshi akan mengajari Jihoonie bahasa Jepang sampai Jihoonie bisa berbicara dengan lancar!"
Mendapat respon seperti itu, Jihoon langsung mengangkat kepalanya. Kedua matanya menatap Hoshi dengan tatapan berbinar —senang.
"Benarkah? Arigatou, Hoshi-ya!"
Hoshi tersenyum lebar —sangat lebar, sampai-sampai gigi kelincinya terlihat jelas. "Asal Jihoonie mau melakukan aegyo untuk Hoshi!"
Jihoon cemberut. "Jihoonie tidak suka aegyo!"
Kedua sudut bibir Hoshi turun. Ia ikut cemberut mendapat penolakkan dari si imut Jihoonie. Padahal dirinya kan ingin melihat Jihoon melakukan aegyo —pasti imut sekali! Tapi, kalau Jihoon menolak, bagaimana Hoshi bisa melihatnya?
"Jihoonie jahat!"
Jihoon semakin cemberut. "Hoshi juga jahat!"
Hoshi menatap Jihoon kesal. Jihoon memang imut, tapi Hoshi tidak suka kalau Jihoon bersikap keras kepala. Hoshi tidak suka Jihoon yang arogan, Hoshi suka Jihoon yang imut.
"Yasudah, Hoshi mau pulang saja!"
"Habiskan dulu jus buatan eomma!"
"Tidak mau! Jihoonie jahat!"
"Eomma membuatnya dengan susah payah buat Hoshi!"
"Tapi Jihoonie jahat! Hoshi tidak suka!"
"Habiskan jus buatan eomma!"
Pintu kamar tiba-tiba saja terbuka di tengah pertengkaran Hoshi dan Jihoon. Di sana, Bae Joo Hyun —ibu Jihoon, sedang berdiri sambil membawa nampan dengan kue-kue kering di atasnya.
Joohyun menatap kaget kedua anak lelaki yang ada di dalam kamar tersebut. Ekspresi mereka terlihat sekali kalau mereka sedang marah. "Ya ampun, kalian kenapa?"
Jihoon langsung berdiri begitu melihat ibunya. Ia berlari kecil menghampiri sang ibu kemudian memeluk kakinya erat.
"Hoshi jahat! Dia tidak mau menghabiskan jus buatan eomma! Padahal kan eomma membuatnya dengan susah payah!" adu Jihoon sambil menunjuk Hoshi.
Hoshi yang ditunjuk menundukkan kepalanya. Jujur saja, sebenarnya Hoshi ingin menghabiskan jus nya karena Hoshi tahu bibi Joohyun pasti akan merasa kecewa jika ia tidak menghabiskan jus tersebut. Hoshi juga tahu bagaimana perasaan Jihoon tadi saat Hoshi menolak untuk menghabiskan jus yang dibuat bibi Joohyun dengan susah payah. Hoshi juga merasakannya saat membawa kue-kue buatan ibunya tadi. Perasaan Jihoon itu sama seperti perasaan Hoshi jika saja keluarga Jihoon tidak menerima kue-kue buatan ibunya tadi.
"M-maaf, Hoshi sebenarnya ingin menghabiskan jus buatan bibi, t-tapi..."
Joohyun yang melihat Hoshi meminta maaf tersenyum lembut. Benar kata orang-orang di perumahan ini, di sini, ada sesosok bintang yang sangat lembut dan baik hati.
Joohyun menaruh nampan yang dipegangnya ke atas meja kecil. Ia melepas Jihoon sebentar dari kakinya kemudian berjongkok, menyamakan posisi tubuhnya dengan tinggi tubuh Hoshi. Tangan kanannya terangkat kemudian mengelus pucuk kepala Hoshi lembut.
"Tidak apa-apa, Hoshi-ya. Bibi mengerti kok," ujar Joohyun lembut.
Hoshi mendongak dan tersenyum. "Gamshahamnida."
Jihoon yang melihat adegan tersebut terdiam. Hoshi... kenapa dia begitu bersinar?
"Nah, lebih baik sekarang kalian saling meminta maaf kemudian kembali bermain," Joohyun bangkit dan keluar dari kamar Jihoon. "Jangan lupa untuk menghabiskan kue kering buatan eomma nya Hoshi!"
Kemudian pintu kamar tersebut tertutup, meninggalkan Jihoon dan Hoshi berdua dalam keheningan.
Setelah terdiam cukup lama, Jihoon akhirnya memecah keheningan tersebut. "Etto..."
"Kenapa Jihoonie?"
"Hoshi-ya... m-maaf..." gumam Jihoon kecil merasa bersalah. Kedua matanya memanas dan tanpa bisa dicegah air matanya ikut mengalir.
Sebenarnya Jihoon bingung kenapa dia menangis. Hoshi bahkan tidak membentak ataupun memukulnya. Walau tadi sempat sedikit berteriak padanya, namun Jihoon rasa itu tidak seberapa. Tapi —sekali lagi, kenapa dia menangis? Jihoon benci menangis. Dia tahu dia cengeng, tapi dia benci saat dia menangis.
Melihat Jihoon menangis, Hoshi secara refleks langsung mendekat dan memeluk tubuh yang lebih kecil darinya itu. Ia mengusap kepala Jihoon perlahan, penuh kasih sayang. Hoshi bahkan sudah menyayangi Jihoon, padahal mereka baru bertemu beberapa menit yang lalu.
"Uljimma, Jihoonie... Jihoonie tidak salah kok, Hoshi yang salah..."[]
.
.
.
TBC/END?
p.s. untuk judul, saya pusing. jadi maaf kalau tidak nyambung.
p.s.s. sementara ini rating masih T (K malah :v), mungkin akan jadi M seiring berjalannya chap kalau aja jadi ada next chap.
p.s.s.s. lastly, mind to review?
