Ansatsu Kyoushitsu © Matsui Yuusei

Lullaby by Z.U.M

Grand piano itu berdenting, melantunkan lullaby berdarah.

#AnsatsuHalloweenPartII

Dia hanya perlu memejamkan mata, lalu jemarinya menari di atas tuts-tuts piano. Tenang dan damai, dengan nada begitu dalam. Perlahan lahan membuat banyak orang berdatangan, terpukau akan lantunan indahnya. Tetapi lambat laun, denting pianonya diiringi isak tangis.

Orang-orang yang mendatangi ruang musik itu mulai menjambaki rambut mereka, atau minimal meraung putus asa. Siraman biru dan kelabu pekat berdansa dalam keindahan nada yang diciptakan sang pianis muda.

Kuku mulai mengoyak daging, mata satu per satu dicungkil. Belum usai musik berdendang, telinga para pendengar mulai meneteskan darah. Sekali lagi raungan melengking bersama gema nada minor yang ditekan kuat-kuat.

Tetapi para penikmat musik itu masih menarikan kematian. Menyanyikan penderitaan. Jantung mereka dipompa sedemikian rupa, hingga meliar gerak mereka. Kepalan tangan berulang kali menghantam sesama belulang, berusaha keras melumat kaki mereka yang sehat.

Seolah kurang, lengkingan mereka kembali naik begitu tinggi, menemani batok kepala mereka yang hancur menghantam benda terdekat. Lantas nada-nada kembali naik, seakan melecut mencambuki akal pikiran yang masih tersisa.

Hingga dentum jantung mereka tak lagi mampu mengikuti irama, hanya amis karat yang tersisa.

Oh, lullaby memang lagu pengantar tidur, kan?

.

.

.

.

.

Kecerdasan musikal Isogai Yuuma perlu dipertanggungjawabkan.

chapter 1