My Wedding

Chapter 1

Summary:

Suatu pernikahan yang di awali dengan perjanjian, membuat Hinata tidak dapat melakukan apapun dan menyerah diri.

Apakah perjodohan yang tidak saling mencintai dan mengenali akan berunjung pada kebahagiaan?

.

.

.

# Normal POV

Disebuah cafe yang bernama cafe minnie, terdapat sepasang kekasih yang sedang terdiam. Salah satu dari mereka sedang terkejut mendengar penjelasan dari pasangannya. Ia terkejut mendengar semua penjelasan dari wanita yang ia cintai. Hingga tampa ia sadari mata yang berwarna seperti matahari mengeluarkan sebercik air mata hingga akhirnya membasahi setiap jemari teluk pikuk mukanya yang tirus.

"Miannata Naruto-kun... Bukannya aku mempermainkan mu.., tadi aku mohon mengertilah kondisiku" ujar wanita berambut indigo kepada kekasihnya sambil menangis ia katakan kepada Naruto agar bisa menerima semuanya, menerima perpisahaan yang satu sama lain tidak mengingankan.

Hinata kemudian berdiri dari tempat duduknya dan pergi perlahan meninggalkan Naruto sendiri. Naruto yang tidak dapat berbuat apapun hanya terdiam mendengar keputusan kekasihnya yang terpaksa menyerah. Menyerah dengan hubungan yang sudah mereka jalani 5 tahun yang lalu. Menyerah dan mengaku kalah kepada ayahnya yang keras dan tidak menyetujui hubungan mereka. Menyerah hanya karena ia akan segera dijodohkan dengan orang yang sama sekali tak ia ketahui. Menyerah hingga akhirnya melukai hati mereka masing-masing. Naruto menelungkupkan kepalanya sambil menangis dan menyebut-nyebut nama Hinata. Dan berjanji akan menjemputnya jika Hinata tidak bahagia dengan pemuda yang akan dijodohkan dengannya. berjanji akan membawa pergi kekasih yang dicintainya, walau ia tau semua pihak pasti tidak akan menyetujui dan akan membenci perbuatannya.

My Wedding

by

Kyuubiechan

Naruto : Masami Kishimoto

Pairing : SasuHina, NaruHina, SasuSaku

Genre : Romance. Drama. Family. Hurt/Comfort

Warning : Agak kacau mungkin FF-nya. Maklum anak baru ^o^. Dan mungkin agak pasaran . _

Inspired : Still Marry Me ( Indosiar )

Kalau ada kesamaan mohon dimaafkan dan dimaklumi . Thx ^^

Chapter 1

.

.

.

Seorang gadis berambut panjang dan berkulit putih sedang duduk sambil memengang sebuah gelas yang sudah diisikan sebuah minuman. Kesadarannya saat ini sudah tidak berjalan dengan baik akibat minum terlalu banyak

"Hentikan Hinata-san., ku mohon hentikan..." pinta perempuan berambut pirang dan bermata seperti rambutnya kepada Hinata. Saat ini gadis itu sedang cemas melihat kondisi Hinata yang sudah berubah seperti orang yang tidak ia kenali.

Hinata tertawa mendengar perkataan Ino gadis yang menemaninya lalu berkata "Aku tidak apa-apa... Kau tidak usah cemas dan pedulikan aku... Ayah ku saja tidak memperdulikan aku jadi kau jangan perdulikan aku., biarkan aku untuk pertama kalinya seperti ini.,. Aku ingin menghilangkan dan melupakan semua yang sudah terjadi. Jadi aku mohon kau untuk diam " sambil mengulurkan telunjuknya tepat di bibir Wanita yang berada disampingnya. Ino yang iba melihat kondisi sahabatnya hanya terdiam menuruti mungkin Hinata sudah lelah dengan semua ini. Pikirnya.

.

.

Ino membawa Hinata untuk pulang setelah mendengar semua keluh kesah Hinata., yang membuat ia sampai menitikkan air mata dan tak percaya, tak percaya dengan tindakan sahabatnya yang menyerah, menyerah dengan hubungannya bersama Naruto dan menuruti keinginan ayahnya.

Disetiap perjalanan sesekali Hinata menangis dan tertawa sambil menjerit menyebut nama ayahnya serta Naruto dan kami-samanya. Menjerit dengan kisah kehidupannya yang membuat dia tidak tahan lagi untuk hidup.

Sesampainya Ino dan Hinata di kediaman Hinata. tampak diluar sudah menunggu seorang pria tua berambut coklat dan memiliki mata yang sama dengan rambutnya sedang menatap tajam lurus kepada Hinata dan Ino. Terkejut melihat putrinya seperti itu.

"Maaf paman sudah menunggu lama" ujar Ino menunduk sambil memberikan Hinata kepada ayahnya.

Sekilas Hinata sadar dari ketidak sadarannya, ia melihat ayahnya, kemudian memeluk ayahnya sambil tertawa dan menangis kemudian berkata dengan nada yang agak sedikit tersendak

"Ah., ayah.., jangan memarahi ku.., aku tidak apa-apa.., jadi jangan perdulikan aku ayah.. Cukup seperti itu saja.." ujar Hinata kemudian.

Hinata mencoba untuk sadar dan berjalan lurus menuju rumahnya. Berhenti sejenak kemudian menghadap kebelakang"En.. Aku lupa.. Ino terimakasih untuk malam ini" ujar Hinata sambil tersenyum dan berjalan kembali menuju rumahnya. Ino dan ayah wanita itu hanya diam melihat Hinata seperti itu.

Hiashi kemudian menundukkan kepalanya sambil berkata "Terimakasih Ino sudah menemani Hinata malam ini " ujar Hiashi, kemudian meninggalkan Ino. Ino tersenyum lalu berpamitan kepada Hiashi.

.

.

Hiashi memasuki rumahnya kemudian berjalan menuju kamar anaknya. Dari sudut pintu Hiashi dapat mendengar tangis Hinata. Hiashi yang merasa bersalah hanya dapat mengeluh meninggalkan kamar Hinata dan pergi ke arah kamarnya.

Hiashi menutup pintu kamarnya. Menjatuhkan dirinya keatas kursi yang terdapat didalam kamarnya. Hiashi melihat keatas lagit-langit kamarnya. Menghembuskan nafasnya yang panjang. Kemudian mengambil telphon disamping tempat duduknya. Memecet nomor yang ingin segera ia hubungi.

"Mosi-mosi.. Siapa ini menelphon ditengah malam seperti ini?"

tanya suara dari ujung sana terdengar seperti nada jengkel akibat menganggu tidurnya. Hiashi terdiam mendengar suara diseberang sana. Kemudian menyusun nafasnya untuk berbicara

"Maaf Fugaku,. Ini aku Hiashi.." ujarnya kemudian.

Pria yang berada diseberang sana kemudian tersenyum masam lalu bertanya kepada pria yang seumuran dengannya mengapa menghubunginya ditengah malam seperti ini

"Ada apa Hiashi?" tanya Fugaku tampa berbasa-basi.

Hiashi kemudian menyusun nafasnya kembali kemudian bertanya

"Bisakah perjodohan itu dibatalkan?" tanyanya langsung ketopik permasalahannya.

Fugaku yang mendengar ucapan sahabatnya itu terkejut tak percaya dengan ucapan sahabatnya dan pikiran dari sahabatnya itu

"Kenapa tiba-tiba kau ingin membatalkan perjodohan ini?" tanya Fugaku kemudain.

Hyasi akhirnya menjelaskan semuanya masalah keluarganya kepada Fugaku. Dengan seksama Fugaku mendengar ucapan sahabatnya itu.

Setelah mendengar ucapan dari Hyasi akhirnya giliran Fugaku berkata

"Mungkin kau mengira aku hanya ingin mempermainkan putrimu untuk menikah dengan putra ku.. Tapi sebenarnya tidak.. Aku memang serius membantumu.. Kalau masalah perjodohan ini beda dengan pelunasan hutang-hutangmu itu. Perjodohan ini untuk dan Hiashi istrimu dan istriku. Apa kau lupa dengan perjanjian kita yang akan menikahkan putra-putri kita masing-masing,.? Kalau untuk hutang-hutang mu itu anggap saja aku memabantumu sebagai seorang kakak menolong adiknya. Tapi jangan kau samakan perjodohan ini dengan pikiranmu. Aku hanya ingin membahagiakan istriku dan istrimu di surga sana . . Apa kau mengerti maksudKu Hiashi?" tanya Fugaku kemudain.

Hiashi terdiam lalu menjelaskan kembali masalahnya "Tapi Fugaku., bagaimana dengan pemuda berambut pirang itu?" tanyanya kemudian.

Fugaku menghebuskan nafasnya hingga sampai terdengan dari telphon Hiashi

"Kalau masalah itu jangan kau fikirkan. Anggap saja kau hanya membayar anakmu sebagai jaminannya. Lalu untuk masalah anakku akan ku jelaskan smeuanya" ujar Fugaku kemudian.

Hiashi akhirnya mengerti dan tidak mencemaskan kemabali masalahnya. Kemudian ia menutup telphon dan melangkah ketempat tidurnya.

~ . . . . . . ~

Sudah 2 hari Hinata tidak kunjung keluar dari kamarnya dan tidak makan sama sekali membuat Hiashi cemas dan menghubungi Ino agar dapat membantunya.

Ino yang mendengar permintaan ayah sahabatnya kemudian pergi mengujungi kediaman rumah sahabatnya itu.

.

.

Ino terus mengetuk pintu kamar Hinata sambil menjerit-jerit memanggil Hinata. Hinata yang tidak tahan lagi kemudain membukakan pintu. Ino yang terkejut dengan kondisi Hinata kemudian memasuki kamar Hinata sambil menggunjang-gunjangkan tubuh Hinata

"Hei apa kau baik-baik saja? Pipi mu dan matamu sudah membengkak" ujar Ino khawatir.

Hinata yang melihat sahabatnya panik seperti itu tersenyum masam sambil berkata

"Aku tidak apa-apa.. Hmm.. Kau memabawakan makanan untukku?" ujar Hinata kemudian meraih makanan yang dibawa oleh Ino.

"Apa rencanamu hari ini Hinata?" tanya Ino kemudain.

Hinata sontak berhenti dari makanannya kemudian memandang Ino sekilas. Ino melihat Hinata sedang memikirkan sesuatu Hingga akhirnya Ino merasa takut melihat Hinata sudah mengeruttkan bibirnya kemudian membuat bibirnya tersenyum menandakan sebuah kemenangan atau mendapatkan sebuah ide

"Apa kau mau ikut dengan ku?" tanya Hinata kemudian.

.

.

Akhirnya Ino menuruti perkataan sahabatnya itu. Sekarang mereka sudah berada disebuah salon ternama konoha tempat tinggal mereka. Ino tak percaya bahwa Hinata masih berani mengijakkan kakinya kemari walaupun ia sudah jatuh bangkrut tapi pikirannya masih dalam suasana keelitan

"Hinata.. Apa kau memiliki uang?" tanya Ino kemudian menarik tangan Hinata. Hinata tersenyum sambil mengeluarkan atm tabungannya. Ino terkejut melihat Hinata masih menyimpan hal seperti itu. Tak dapat dipercaya.

.

.

Saat ini Hinata sudah berada disebuah salon, mereka dilayani dengan cukup mewah membuat semua orang merasa iri. Tiba-tiba salah satu dari pengujung disana merasa jengkel terhadap Hinata sambil berkata

"Mengapa kalian melayani wanita rendahan seperti mereka begitu?" Semua orang melihat Hinata dan Ino mengangguk tanda setuju dengan ucapan wanita berambut pink itu.

Hinata dan Ino hanya diam tidak memperdulikan wanita itu duduk sambil meraih salah satu pelayan yang mereka kenali.

Pelayan disana pada umumnya semua mengenali Hinata saat ia mashi belum bangkrut seperti ini.

Pelayan itu berkata jengkel melihat wanita berambut pink sedang mengatakan wanita itu

"Sudah jangan perdulikan dia.. Kalian lakukanlah aktivitas masing-masing. Dan kau Ten-ten tolong aku" ujar Hinata kemudian. Wanita berambut pink itu kesal meliat Hinata yang tidak memperdulikan ucapannya begitu juga dengan pelayan disini tidak memperdulikannya .

"Ten-ten tolong rubah gaya ku., aku ingin membuang sial ku.." ujar Hinata sambil tersenyum. Ten-ten yang mendengar kemudian mulai melakukan permintaan dari Hinata.

Ino yang mendengar ucapan Hinata terkejut lalu berkata "Hinata-san apa yang kau lakukan?" terlambat rambut panjang Hinata sudah dipotong oleh Ten-ten.

Ten-ten sambil melakukan pekerjaannya menceritakan wanita berambut pink tersebut

"Wanita itu bernama Sakura. Dia baru-baru ini menjadi pelanggan tetap kami. 2 minggu sekali pasti ia datang kemari sedangkan sebulan sekali pasti akan memanjakan tubuhnya. Sebenarnya dia tidak sekaya anda., hanya saja pacarnya itu yang kaya. Dia memperalat kekasihnya untuk mencicipi kemewahan yang ada" ujar Ten-ten kemudian.

Ino dan Hinata mengangguk tanda mengerti dengan ucapan Ten-ten. Sedikit mereka merasa jengkel melihat Sakura. Dan ingin tau seperti apa kekasihnya yang sudah ia peralatkan .

"Wah,. Nona Hinatniisan manis sekali!" ujar semua pelayan disana semua orang kemudian melihat Hinata yang rambutnya sudah sepanjang bahu dengan diblou dan spiral sedikit membuat dia tampak anggun dan manis. Hinata hanya tersenyum pipinya sudah berubah menjadi merah malu dengan tatapan semuanya kecuali tatapan gadis berambut pink yang kesal dengan Hinata lebih cantik dibandingnya. Hinata mengulurkan senyumannya kepada Sakura.

.

.

Ino dan Hinata sudah berada diluar sambil tertawa terbahak-bahak melihat perubahan dari mimik muka Sakura.

"Apa kau sudah makan siang Ino-san? Aku akan menraktirmu dan merayakan kemenangan kita terhadap wanita menjengkelkan itu" ujar Hinata kemudian. Mereka saling memandang berasamaan dan tertawa mengingat kembali kejadian yang baru saja terjadi.

Tampa mereka ketahui dan sadari sekarang Hinata sudah terjatuh dan cofe sudah mengotori bajunya. Tapi ia tetap meminta maaf karena itu semua kesalahannya yang tidak melihat jalan

"Hei apa kau punya mata?" bentak seorang pria muda berkulit putih dengan mata onyx yang tajam membuat Hinata dan Ino terpesona sekaligus terkejut.

Sejenak pemuda itu diam, lalu berkata

"Kau.., menjengkelkan..." ujarnya kemudian. Hinata meminta maaf lalu pergi membeli minuman cofe baru untuk pemuda itu .

Pemuda itu terus memandang Hinata. Sekejap ia berfikir mengenalinya tapi ntah dimana? Rasanya detak jantungnya berhenti sejenak. Tapi ia tidak perduli.

Hinata sudah berada didepannya untuk menggantikan cofe yang tumpah akibatnya.

"Maaf.. ini cofe barumu" ujar HInata kemudian.

Pemuda itu mengambil paksa cofe yang dibelinya lalu berkata

"Hn.. Lain kali gunakna matamu itu" gerutunya kemudian. Membuat Ino merasa jengkel lalu mengutuk pemuda itu dalam hati. Hinata yang mengetahui apa yang akan dilakukan Ino, mencoba menghentikan Ino dan membiarkannya pergi.

Pemuda itu tampa melihat kebelakang terus berjalan lurus layak seperti orang yang kaya raya.

Mereka saat ini masih berada didekat salon tempat langganan mereka. Terkejut melihat pemuda itu mengunjungi salon itu. Kecurigaan mereka akhirnya terbukti secara bersamaan Hinata dan Ino berpandangan melihat pemuda itu sudah digandengi seorang wanita berambut pink yang menjengkelkan. Saling bersamaan memandang dan berkata

"Pemuda itu kekasih-nya? " jerit mereka bersamaan tak percaya.

Ino yang masih tidak percaya dengan kenyataan ini terus melihat mereka berjalan di depan sana. Sedangkan Hinata sudah berada didepan meninggalkan Ino

"Hei kau Ino-chan sampai kapan mau melihat mereka?" Ino yang menyadari Hinata sudah tidak berada lagi didekatnya berlari mengejar Hinata. Tanpa mereka sadari bahwa seseorang sedang memperhatikan mereka dari belakang. Seseorang yang sudah membuat mereka jengkel pria yang membuat mereka naik darah. Ya pria itu bernama Sasuke.

.

.

.

Sasuke sudah memasuki kediamannya yang mewah dengan penuh lukisan-lukisan elit dan peralatan mewah lainnya. Merebahkan dirinya keatas kursi sofa yang empuk sambil melonggarkan dasi dan meletakkan jasnya disalah satu sofa, lalu melihat-lihat kelangit-langit dan tiba-tiba tampa sadar ia melihat bayangan seorang wanita yang baru ia temui,, yang ternyata wanita itu adalah calon istrinya setelah ia mengambil foto yang ada diatas meja.

Saseke mengambil ponsel disaku celananya yang parasut yang sejak tadi terus tak henti berhenti.

"Mosi-mosi.. Ya., ada apa Otousan? " ujarnya kemudian. Sasuke diam mendengarkan ayahnya terus bicara menjelaskan sesuatu.

"Baik.. Ya aku akan berusaha untuk tepat waktu bertemu dengannya besok" ujar Sasuke menuruti permintaan ayahnya.

Sasuke kemudian menutup ponselnya setelah sambungan sudah terputus dari seberang sana. Sasuke kemudian memejamkan kedua matanya seolah sedang memikirkan sesuatu. Berfikir apa yang akan terjadi esok hari. Apakah sebuah bencana atau sebuah keberuntungan baginya.

To Be Continue

Huuft . . Akhirnya selese juga fic keduaku .. Yang menurut aku udah sempurna mungkin . # Kemaren juga bilangnya sempurna, tapi g' taunya ancur sudah membuat aku jadi frustasi . ToT.

Buat

Kimidori hana

sampaijumpa

Ya buat yang udah review di fanfic aku sebelumnya yang udah di hapus.. Ne buat kalian ..

Kalau salah lagi mohon bantuannya . .

#sedih amat nadanya . . ToT.

Tapi buat Kimidori hana makasih, makasih banyak udah bantu saya dan menyemangati saya .

Makasih . ^^.

Buat semuanya . Selamat membaca . Jangan lupa REVIEW yah ! :P

Mohon kritik dan sarannya ya. Agar di Fic yang kedua sambungannya lebih baik lagi

# mang bisa apa ? ToT

Review in ya . . Yang banyak . . Biar ntar semangat mo nyambungin lagi chap 2 nya . . Hehehehe ^_^

GOMAWO !

R

E

V

I

E

W