Author : Randomly Speechless

Rating : M

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Warnings : AU, a bit of OOC, shonen-ai, cross dressing, Yaoi (?)

Pairing : Pairing utama SasuNaru

Summary : Naruto merasakan firasat buruk saat akan memenuhi permintaan Sakura, ternyata sumber dari firasat buruk itu adalah Sasuke si murid pindahan, bagaimana Naruto menghadapi hari-harinya setelah bertemu dengan Sasuke? Check it out~

Tell Me Your Wish !

Chapter 1

"Hey, Naruto. Waktu itu kamu pernah janji akan melakukan apapun yang ku minta kan?", ucapnya manis sambil melihat ke arahku dengan mata emerald nya yang dihiasi dengan senyuman malaikat. Aku tak bisa menolaknya jika dia sudah menatapku seperti itu. "Iya, Sakura-chan… apapun yang kamu minta, aku akan berusaha mengabulkannya demi kamu My Princess.". Mendengar jawabanku senyuman polos di wajahnya langsung tergantikan dengan seringai yang sudah biasa ku lihat sejak kecil, seringai balas dendam.

Sakura mempertahankan seringainya lebih dari 10 detik, mata emerald dari teman sejak kecil ku itu kini menatap ke bawah seakan sedang menimbang rencana yang ada di kepalanya. Sebenarnya ini bukan kali pertama dia bertingkah seperti ini, tapi entah mengapa aku merasakan hawa jahat yang tidak enak kali ini.

'Oh men, kenapa kali ini aku mendadak merasakan firasat super duper ultra buruk dengan extra topping hawa jahat yang sangat pekat.', walau pikiranku panik, aku tetap mempertahankan senyum manisku pada Sakura.

"Baiklah kalau begitu, nanti pas istirahat kamu tunggu aku di kelasmu ya! Jangan pergi ke mana-mana. Aku akan datang sambil membawa ramen cup kesukaanmu.", pintanya kepadaku. Mendengar kata ramen cup saja sudah cukup untuk meyakinkanku langsung mengiyakan permintaannya. "Oke, Sakura-chan. Aku, Kamu, Ramen Cup, istirahat, di kelasku! Got it!", Sakura segera pergi menuju kelasnya setelah mendengar jawabanku.

'Tapi perasaan apa ini… firasat burukku tadi masih belum hilang juga…', aku berusaha menenangkan pikiranku.

'Sakura-chan tak mungkin menyuruhku untuk lompat dari atap gedung sekolah ini kan…', kedua bola mataku yang berwarna biru sapphire menatap ke atap gedung sekolah konoha-gakuen dengan lima lantai ini. Tak terbayangkan rasanya melompat dari atas sana…

/ JAM ISTIRAHAT /

Waktu istirahat pun tiba. Sesuai dengan janjiku, aku menunggu sakura di dalam kelas. 5 menit berlalu kemudian aku mencium wangi parfum yang sudah sangat kukenal diiringi suara manisnya "Na-ru-to, cepat kamu makan ramen ini, setelah itu ikuti aku.", tanpa ba-bi-bu Sakura langsung menyodorkanku ramen cup yang sudah matang dari tangannya. Tanpa banyak bertanya aku langsung menyantap mie yang tak berdosa itu hingga habis kurang dari 5 menit. "Kenyang-ttebayo", ucapku setelah menyeruput tetes terakhir kuah mie itu.

"Good. Sekarang , ayo, ikut aku sini", Sakura langsung menarik tanganku agar segera bangun dari dudukku, kemudian dia melanjutkan tarikannya hingga kami sampai ke ruang kelas kosong sebelah kelasku.

"Err, ano.. Sakura-chan… menurutku kita tak seharusnya berduaan di kelas kosong begini. Walaupun kita sudah kenal dari kecil. Aku menganggapmu sudah seperti saudaraku", ucapku sambil menggaruk belakang kepalaku yang tidak gatal.

PLAK!

Tinju Sakura sukses mendarat di atas kepalaku, "Baka-Naru, Cepat kamu pakai ini!", perintahnya sambil memberikanku baju. Tanpa pikir panjang aku langsung membuka baju dan celana sekolahku (aku sudah memakai kaos dan boxer rumah di dalam nya, Sakura sudah terbiasa melihatku seperti ini, jadi kami sudah tidak canggung lagi). Kemudian memakai kemeja sekolah (?) yang ia berikan kepadaku, setelah kemeja itu terpasang rapih di badanku, aku melanjutkan memakai bagian bawah sebelum akhirnya menyadari sesuatu yang mengganjal.

"Sakura-chan.. sepertinya kamu salah memberikanku seragam… ini kan rok, bukan celana", tanyaku penuh harap(?) kepadanya setelah sadar kalau pasangan kemeja tadi adalah sebuah rok.

"He? Itu benar ko, Naruto, kamu memang akan memakai rok itu", jawabnya tanpa dosa.

….

….

"EH? KENAPA AKU HARUS PAKAI ROK INI SAKURA-CHAN, KAMU LUPA KALAU AKU SEORANG ANAK LAKI-LAKI KAH?", aku sedikit berteriak karena kekagetanku.

"Hiks,,, tadi kamu bilang akan melakukan apa saja untukku Naruto… hiks", Sakura menutup mata dengan kedua telapak tanga nya dan mulai merengek

"Eh, jangan nangis Sakura-Chan, iya, aku pakai ko ini, nih nih, aku pakai", ucapku menunjukkan senyuman terbaik yang bisa kukeluarkan saat ini sambil berusaha memakai rok yang panjangnya hanya sampai di bawah lutut itu

Sakura pun membuka tangannya dan menunjukkan senyuman malaikatnya (yang bagiku saat ini terlihat seperti senyuman iblis).

'Mungkin melompat dari atap sekolah lebih baik daripada harus memakai rok seperti ini, emak, bapak, maapkan anakmu sebentar lagi bakal diubah jadi banci', kini giliran hati kecilkuyang menangis.

Setelah selesai berganti baju, Aku melihat sakura membuka sebuah barang yang terlihat seperti tempat pensil. Dari dalamnya ia mengambil sebuah benda yang terlihat agak lonjong dan wadah bulat berwarna cokelat.

….

….

Glek

'Sepertinya itu lipstick… dan wadah bulat itu adalah bedak.', Pikirku sedikit merinding setelah sadar apa yang dipegang oleh Sakura.

"Err.. Sakura-chan… untuk apa kau mengeluarkan lipstick (?) dan bedak (?)", tanyaku kepadanya walau sebenarnya jauh di dalam hati aku sudah tahu jawaban dari pertanyaan bodohku ini.

Sakura hanya tersenyum dan mulai memoleskan bedak pada muka ku, "Ternyata kau tahu juga soal make up ya Naruto? Sepertinya tidak sia-sia kita sudah berteman sejak kecil, te-he", ucapnya,

Aku hanya bisa pasrah sambil memejamkan mata menunggu wajahku selesai diolah(?) olehnya.

=5 menit kemudian=

"Selesai", Ucap Sakura sambil menghela napas tanda dia puas dengan hasil prakarya nya, "Terakhir, kita tambahkan ini…"

Mataku masi terpejam dan merasakan tangan Sakura menarik rambutku yang agak panjang dan menambahkan sesuatu yang agak berat di belakang kepalaku.

"Yap, dengan ini kamu sempurna Naruto", Mendengar ucapannya aku pun membuka mataku disambut dengan cermin kecil yang memperlihatkan wajahku.

Seorang gadis manis dengan bibir merona sedikit merah-orange terlihat di cermin itu, jepitan simple berwarna 'teal' pun menempel manis di belakang kepala menjepit rapih rambutku yang awalnya agak berantakan karena sedikit panjang.

'Super Kawaii', pikirku yang membuatku langsung memunculkan rona merah dipipiku.

'Ini bukan saatnya mengagumi dirimu sendiri Naruto, Sadar atuh, aduh gusti', aku kembali realistis.

"Setelah kamu mengoperasi wajahku ini, apakah sekarang aku boleh tahu apa yang sebenarnya akan kita lakukan, ne Sakura-chan?", Tanyaku sambil berusaha tetap tenang.

"Te-he, kamu cukup ikuti aku dan mengiyakan apapun yang akan kukatakan nanti ya, Naruto", ia kembali menarik tanganku

'Oh men, apakah ini maksud dari firasat buruk yang aku rasakan tadi?', aku hanya bisa menerima nasib karena tak bisa menolak permintaan Sakura yang notabane adalah teman kesayangan sepertumbuhan(?) ku ini.

Sakura terus menarikku menuju arah kelasnya. Sesampainya didepan kelas, aku bisa merasakan suasana kelasnya tidak seperti biasanya. Terlihat banyak anak perempuan kelas lain berkumpul di jendela-jendela depan kelas itu. "Sasuke-kun~ aku bawa temanku yang kemarin kuceritakan kepadamu~", ucap sakura sambil tetap menarikku ke dalam kelas.

Sakura melanjutkan acara tarik-menariknya sampai ke belakang kelas, di sana terlihat beberapa anak laki-laki yang sudah kukenal, Shikamaru, Neji, Gaara, Lee, dan seorang pria lagi yang terlihat asing.

"Bagaimana? Sesuai dengan ucapanku kemarin kan? Sa-su-ke-kun", Sakura mendorongku tepat ke depan pria bernama Sasuke itu. Aku bisa melihat ekspresi kaget terpancar dari Shikamaru, Neji, Gaara, dan Lee saat mereka sadar kalau aku adalah Naruto. "Hey, Sakura-chan. Apa yang sebenarnya…", bisikku yang langsung terpotong oleh kata-kata Sakura dengan aura iblisnya "Kau diam saja dan iyakan semua kata-kataku, mengerti kan Na-Ru-To", aku menelan ludah mendengar namaku disebutkan dengan penekanan seperti itu.

Aku kembali memfokuskan pandanganku ke pria bernama Sasuke. Saat mata kami bertemu, mata hitam onyx itu seakan menghisap kehangatan disekelilingku. Aku kembali menelan ludah, kemudian menyadari betapa kontrasnya warna mata dan rambut hitamnya dengan kulit putih mulusnya itu.

'Jadi INI sumber firasat buruk dan hawa jahat yang dari tadi kurasakan tanpa henti itu…', pikirku.

'Sepertinya aku akan menyesal sudah mengiyakan permintaan Sakura-Chan hari ini…'.

Aku melihat ke arah Sakura yang masih memakai senyum malaikatnya, kemudian melihat Lee yang membuka mulut pertanda kaget, Neji sedikit mengernyitkan dahinya, Shikamaru melempar pandangan penuh tanda Tanya, dan Gaara yang wajahn ya tetap tak berubah walau sedang kaget sekalipun. Lalu aku kembali menatap mata hitam Sasuke, aku lihat matanya menatapku dari atas ke bawah, dari ujung rambutku hingga ujung kaki. Aku merinding.

Sesaat aku melihat ekspresi wajah Sasuke yang dingin mendadak berubah menjadi mesum… ya, MESUM…. Tapi hanya sesaat sepersekian detik, kemudian wajahnya kembali dingin. Sepertinya hanya aku yang sadar perubahan ekspresi wajahnya tadi…

'KENAPA AKU MENDADAK MERINDING GAENAK GINI', aku hanya bisa bedoa untuk nasibku di hari esok….

"Hn", gumam Sasuke.

"Siapa nama dia, Sakura?" Tanya nya kepada Sakura yang sekarang ada di sebelahku.

"Naruto, sana kenalan sama Sasuke", Sakura menyenggol pinggangku dengan siku nya dengan cukup keras.

"Aw, kenapa aku harus kenalan dengan…", protesku terpotong oleh suara berat Sasuke, "Naruto?"

"Iya?", tanpa sadar aku menyahut (aku dan kebodohan refleksku)

"Sasuke". Ucap Sasuke memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan nya kepadaku.

Aku tercengang dan menatap tangan yang dia ulurkan, sebelum akhirnya menyambut jabatan tangan nya sambil memperkenalkan diri "Naruto…"

"Hn. Sepertinya kamu lemot ya, jangan lupakan namaku selemot apapun kamu, hai, dobe, karena mulai sekarang kita akan sering bertemu", Ucapnya sambil menatapku dengan seringai kecil yang sangat menyebalkan.

-Bersambung-

Authot notes :

YAP, chapter satu selesai sudah~

Karena ini pertama kali aku membuat fanfic, bakal di updet kalo ada yang berminat buat nerusin baca ya, hehe~

Maapkan kalo ada banyak typo dan ketidakbakuan didalamnya~

Sampai bejodoh lagi~

Eh, sampai berjumpa lagi maksudnya~