Cerita ini aku angkat kembali dari kisah nyata yang di tulis oleh seorang istri dari akun "teh_kotak" yang diposting di forum bluefame.
Aku menunjuk Itachi Uchiha dan Sakura Haruno sebagai pemeran pasangan utama setelah melalui proses casting sebelumnya.
Disclaimer Naruto, Yang terhormat. Mashashi Kishimoto.
Sakura Meretas Kuncup di Hati Itachi, Yang tersayang. Uwi
~Enjoy Reading for Review~
*Sakura Meretas Kuncup di Hati Itachi*
(SAKURA POV)
Tepat saat perayaan hanami tiba, aku bahagia menjadi sakura yang meretas kuncup di hati Itachi Uchiha, pria tampan bermata sipit yang sudah lama aku kenal. Aku dan Itachi memutuskan untuk berkomitmen membina cinta kami dalam suatu jenjang pernikahan. Aku menjadi perempuan yg paling bahagia dan Itachi menjadi pria yang sangat romantis dan menawan dengan tuxedonya pada waktu itu. Aku bersyukur menikah dengan seorang pria yang, pintar, tampan, serta mapan di usia mudanya. Ketika kami berpacaran ia sudah sukses dalam karirnya menjadi seorang Hokage. Aku sangat bahagia menikah dengannya, terlebih saat Itachi memanjakan aku. Penduduk Konoha, kota dimana aku dan Itachi tinggal bersama mengatakan bahwa aku dan Itachi adalah pasangan yang serasi. Dan aku bahagia menikah dengannya.
xxx
Enam tahun berlalu aku resmi diperistri Itachi, sangat tak terasa waktu begitu cepat berjalan walaupun kami hanya hidup berdua saja karena sampai saat ini aku belum bisa memberikan suamiku seorang Itachi junior di tengah keharmonisan rumah tangga kami. Sebenarnya dulu aku pernah mengalami fase kehamilan, buah cintaku bersama Itachi. Tetapi pada usia kandunganku berjalan lima bulan aku mengalami keguguran. Dan hingga saat ini belum ada tanda - tanda kehamilan lagi pada diriku. Bersyukur Itachi selalu mendukungku. Ia menganggap Kami sama belum mempercayai aku dan Itachi untuk menjaga titipan-Nya. Tetapi berbeda sekali dengan adik kandung Itachi, Sasuke Uchiha terus mendesakku dengan menanyaiku kapan aku memberinya seorang keponakan. Aku tahu itu hanya sebuah alasannya saja karena memang sejak dari awal aku dan Itachi berpacaran, Sasuke sepertinya tidak menyukai hubunganku dengan kakaknya.
Hingga akhirnya setelah menikah, terkadang aku mendapatkan perlakuan tidak mengenakan dari adik iparku. Memang usiaku dengan Sasuke hanya terpaut beberapa bulan, karena kami lahir pada tahun yang sama. Tetapi setidaknya ia bisa menghormati aku sebagai istri dari kakaknya. Aku terus menutupi perlakuan Sasuke yang buruk terhadapku dari Itachi, karena aku tidak ingin merusak hubungan kakak beradik mereka.
xxx
Pernah suatu ketika satu tahun usia pernikahanku, Itachi mengalami kecelakaan, mobilnya hancur. Syukurlah Itachi selamat dari maut yang hampir membuatku menjadi seorang janda itu. Ia dirawat di rumah sakit terbesar di negara api, Konoha's Medical Center (KMC) dengan luka yang cukup parah. Pada saat Itachi berjuang melewati masa kritisnya, aku dan Sasuke selalu bergantian menjaganya siang dan malam. Sasuke yang notabane-nya merupakan garis keturunan klan Uchiha dengan segala yang terhormat, tidak memanfaatkan belasan pengawalnya untuk menjaga kakaknya, ia teramat menyayangi Itachi dan memutuskan agar ia yang menjaganya sendiri bergantian denganku. Karena yang aku juga harus bolak - balik mengurus pekerjaanku sebagai medic nin di kota Otogakure.
Suatu ketika aku kembali ke KMC setelah mengambil beberapa keperluan Itachi di rumah, aku melihat di dalam kamar dimana Itachi dan Sasuke berada, ada seorang wanita yang tengah duduk mencoba mengajak Itachi berbincang - bincang. Hari itu Sasuke sepi dari pengawalan, yang biasanya berjaga di depan pintu kamar. Puji syukur suamiku, Itachi ternyata sudah siuman, aku terharu melihat suamiku yang sudah bisa membuka mata sipitnya kembali. Kubuka pintu yang tertutup rapat, aku berdiam sejenak di depan pintu dengan mataku yang berkaca - kaca dan mereka semua melihatku. Itachi menatapku penuh manja, mungkin ia rindu padaku karena sudah lima hari matanya selalu tertutup. Tangannya melambai, mengisyaratkan aku untuk segera menghampirinya. Aku langkahkan kakiku, tepat berada di dekat sisi Itachi, kucium keningnya sambil berkata, "Aishiteru Itachi san" dengan berderai air mata.
"Aishiteru Sakura chan" dengan suara Itachi yang lirih namun penuh dengan cinta.
Namun tiba - tiba kudengar adik iparku memanggil namaku "Sakura san, kenalkan ini Konan chan, teman lama niisan dulu" Sasuke mengenalkan seorang wanita yang sedari tadi berada di tengah - tengah kami. Cantik dan anggun dengan aksesosi bunga kertas yang menghiasi rambut birunya. Setelah aku ingat - ingat, sepertinya Itachi pernah menceritakan wanita yang bernama Konan itu kepadaku. Itachi menceritakan bahwa dulu semasa ia mengikuti ujian chuunin pernah ada seorang gadis yang menyatakan cinta padanya. Dan gadis itu adalah KONAN. Aku tidak menyangka, aku akan bertemu Konan disini dan lebih tidak menyangka ketika menyaksikan kedekatan wanita anggun itu dengan Sasuke, adik iparku yang selalu sinis padaku. Aku pun langsung berjabat tangan dengan Konan, tak banyak aku bicara di dalam ruangan tersebut, aku tak mengerti apa yang Itachi, Sasuke dan Konan bicarakan. Aku hanya sibuk membantu seorang perawat, mengganti perban yang melingkari kening suamiku. Setelah selesai, aku pun berbincang - bincang dengan suamiku. Tetapi baru sebentar aku berbincang tiba-tiba Sasuke memintaku untuk pergi ke kantin membelikannya sesuatu. Dan Itachi pun mengijinkannya.
Anehnya, sekembalinya aku dari kantin, aku tak diperbolehkan masuk keruangan dimana ada Itachi yang menungguku. Sasuke yang berada di luar melarangku untuk masuk, ia berdalih Itachi butuh banyak istirahat dan tidak boleh di ganggu. Padahal aku yang berprofesi sebagai medic nin, aku lebih mengetahui kondisi sebenarnya Itachi. Kemudian dapat terdengar olehku suara Konan sedang berbincang - bincang di dalam bersama suamiku. Astaga, apa maksud dari Sasuke dengan semua ini? Dan hingga akhirnya adik iparku itu memintaku agar aku pulang saja dan ia yang akan mencari alasan bilamana Itachi menanyai keberadaanku. Ya, pasti Itachi akan percaya, baik salah ataupun benar, Itachi akan selalu mempercayai dan membela adik tersayangnya, satu - satunya keluarga yang Itachi miliki.
Aku pun pergi meninggalkan rumah sakit dengan linangan air mata. Sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan menjenguk Itachi sampai ia kembali dari rumah sakit. Dan aku hanya bisa menangis dalam kesendirianku. Menangis mengapa Sasuke sangat membenciku. Hari itu, aku menangis tanpa sebab, yang ada di benakku, aku takut kehilangan Itachi, aku takut cintanya padaku akan terbagi atau bahkan hilang, tidak tersisa sama sekali untuk wanita lain.
xxx
Pagi itu, pada saat aku sedang menyiram bunga matahari, tanaman yang sengaja aku dan Itachi rawat dari bibit - bibit kecil di pekarangan rumah, Itachi memanggilku ke taman belakang, ia baru aja selesai sarapan. Itachi mengajakku duduk di ayunan favorit kami sambil melihat ikan-ikan yang bertaburan di kolam air mancur. Aku bertanya, "Ada apa sayang?"...
"Besok aku akan pergi mengunjungi kediaman klan Uchiha" Itachi mulai memberhentikan ayunan yang mengayun tubuhnya.
"Iya sayang, aku sudah tahu, aku sudah mengemasi barang -barangmu di travel bag" aku masih terus mengayunkan tubuhku.
"Ya tetapi ada sedikit perubahan rencana sayang, aku disana selama tiga minggu bukan seminggu, Sasuke memintaku untuk mengajarkan beberapa jutsu klan Uchiha. Sekarang aku ingin seharian dengan sakuraku" lanjut Itachi yang berdiri meninggalkan ayunannya dan menghampiriku kemudian memelukku dari belakang dan kami berciuman.
Sebenarnya hatiku sedih dengan keputusannya untuk pergi selama itu tanpa aku, tetapi tak boleh aku tunjukkan padanya. Aku hanya bisa tersenyum saja, padahal aku ingin bersama Itachi, namun aku ingat bahwa adik iparku tidak menyukai keberadaanku, hanya karena ia cemburu padaku, karena Itachi kakak satu - satunya yang ia miliki sangat menyayangiku. Kemudian aku memutuskan untuk tidak ikut saja.
Malam sebelum kepergiannya, aku menangis sambil membereskan keperluan yang akan dibawa Itachi. Itachi menatapku dan menghapus airmata yang jatuh dipipiku, lalu aku peluk erat dirinya. Hati ini bergumam tak merelakan ia pergi seakan ingin terjadi sesuatu, tetapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku hanya bisa menangis karena akan ditinggal pergi olehnya. Aku tidak pernah ditinggal pergi selama ini, karena kami selalu bersama-sama kemana pun Itachi pergi. Apa mungkin aku sedih karena aku sendirian dan tidak memiliki teman. Hati ini sedih akan di tinggal pergi olehnya. Hingga keesokan harinya, aku terus menangis, menangisi kepergiannya. Aku tak tahu mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku tak boleh berburuk sangka. Aku harus percaya apada suamiku, Itachi. Ia pasti akan selalu menelponku.
xxx
Berjauhan dengan Itachi, membuatku merasa sangat tidak nyaman, aku merasa sendiri. Untunglah aku mempunyai kesibukan sebagai seorang medic nin, sehingga aku tak terlalu merasa kesepian ditinggal olehnya. Saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami memburuk dan aku pun jatuh sakit. Rahimku terasa sakit sekali seperti di lilit oleh tali. Tak tahan aku menahan rasa sakit dirahimku ini, hingga akhirnya aku mengalami pendarahan hebat. Aku dilarikan ke rumah sakit oleh Kakashi, mantan kekasihku yang kebetulan datang berkunjung ke rumahku untuk mengantarkan undangan pernikahan dirinya dengan Anko, seniorku dulu di akademi.
Setelah di USG dan di diagnosa lebih lanjut, dokter memvonis aku terkena kanker mulut rahim stadium tiga. "Oh Kami sama" aku menangis sejadi - jadinya, apa yang bisa aku banggakan lagi dari diriku. Aku menyesali kondisiku, bukan karena aku takut mati tergerogoti penyakitku ini, melainkan ketika aku mengingat Itachiku yang malang, yang selalu berharap akan punya keturunan dari rahimku, namun aku tak bisa memberikannya. Dan kemudian aku hanya bisa menangis dibahu Kakashi.
xxx
Aku rindu pada Itachi, aku selalu menunggu ia pulang dan bertanya-tanya, "Kapankah ia segera pulang?"
Sementara Itachi berada disana, aku tidak tahu mengapa ia selalu marah - marah jika menelponku. Bagaimana aku akan menceritakan kondisiku jika ia selalu marah - marah terhadapku. Lebih baik aku tutupi dulu tetang hal ini dan aku juga tak mau membuatnya khawatir selama ia melatih adiknya, Sasuke yang baru saja dinobatkan menjadi ketua ANBU. Lebih baik nanti saja ketika ia sudah pulang, aku akan bercerita padanya. Setiap hari aku menanti suamiku pulang, hari demi hari aku hitung. Sudah tiga minggu lebih suamiku pergi, dan malam itu ketika aku sedang melihat foto - foto pernikahanku, ponselku berbunyi menandakan ada sms yang masuk. Kubuka di inbox ponselku.
Message from my Itachi
"Sakura aku pulang besok, untuk jam berapanya aku akan mengabarimu lagi" Hanya itu saja yang di-sms-nya padaku, tanpa menanyai aku sedang apa, bahkan menanyai kabarku yang sebenarnya sedang sakit ini saja tidak. Aku ingin marah, tapi aku pendam saja ego yang tidak baik ini.
Hari yang aku tunggu pun tiba, aku menantinya di rumah. Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yang cantik dan memakai parfum kesukaannya untuk menyambut Itachi, suamiku pulang. Dan nantinya aku juga akan menyelesaikan masalah komunikasi kami yg buruk akhir - akhir ini. Bel pun berbunyi, kubukakan pintu untuknya. Sebelum masuk, aku peluk dirinya, tetapi ia tidak berbalik memelukku. Aku membungkuk untuk melepaskan sepatu, dan kaos kaki yang ia kenakan. Setelah itu akupun berdiri dan membawakan travel bag yang ada disampingnya. "Kami sama, Itachi tidak mencium keningku, seperti yang biasa ia lakukan" batinku. Itachi hanya diam dan langsung naik keruangan atas, kemudian mandi dan tidur tanpa bertanya kabarku. Aku hanya berpikir, mungkin ia lelah. Aku pun segera merapikan bawaannya hingga aku pun tak sengaja tertidur di ruang tengah.
Sepertiga malam aku terbangun karena merasakan sakit luar biasa pada rahimku, aku pun beranjak menuju kamar tidur untuk mengambil obat penghilang rasa sakit. Dengan terus menahan sakit, kubuka pintu kamar perlahan, aku tak ingin membangunkan Itachi yang tengah tertidur, namun betapa terkejutnya aku ketika ternyata aku tak mendapati Itachi di kamar kami. "Itachi san kamu dimana?"...
Tiba - tiba aku mendengar suara mesin mobil dari arah garasi rumah, aku langkahkan kaki menuju balkon kamar. Aku melihat suamiku dengan pijamanya keluar dari mobil dan membuka pagar rumah kami. Dengan terus menahan rasa sakit, lalu aku mencoba memanggilnya dari balkon tetapi ia tak mendengar. Kemudian aku berlari menuruni tangga tanpa memperdulikan rahimku yang terus meradang, tanpa memperdulikan kondisiku hingga akhirnya rahimku mengalami pendarahan lagi. Namun aku tetap mengejarnya tetapi ia begitu cepat pergi. Aku merasa ada yang aneh dengan Itachi. Ada apa dengan dirinya? Mengapa ia bersikap tidak biasa terhadapku? Aku tidak bisa diam begitu saja, firasatku mengatakan ada sesuatu. Saat itu juga aku langsung menelpon Sasuke, aku bercerita dan aku bertanya apa yang sedang terjadi dengan suamiku. Dengan ringan adik iparku menjawab, "Kau pikir saja sendiri!" Telpon pun langsung terputus. Ada apa ini? Tanya hatiku penuh dalam kecemasan.
Mengapa Itachi berubah setelah ia kembali dari kediaman klan Uchiha? Mengapa ia tak mau berbicara padaku, apalagi memanjakan aku?
(To be Continue ahh~)
semoga ini benar - benar 'to be continue' huhuhu banyak fictionku yang TBC terbengkalai tanpa kelanjutan.
Review! Review! Reviewmu, semangatku...
Cupcup ~emuaaahh...
