Melty Married


Summary
Kisah cinta sepasang suami-istri yang bakal bikin kamu meleleh (Sekuel Reason to Love, multi chapter. Hard lemon inside, yang merasa belum cukup umur sana baca fanfic lain).
Buat adek-adek yang umurnya di bawah 18 tahun tolong tinggalkan fanfic ini. Ini peringatan keras!

Disclaemer : Type-moon/jamur terong


Chapter 1 : Pre Wedding
Happy Reading

Suara deritan kasur yang menoton, lalu desahan manisnya yang bergairah, ditambah lagi suara cairan yang beradu membuat suasana malam itu jadi tambah nikmat. Arthuria Pendragon dan Gilgamesh sebelum pernikahan, menginap di sebuah hotel dan melakukan hubungan intim yang seharusnya mereka lakukan 2 hari lagi.

Pagi itu, adalah acara pertunangan mereka di sebuah gedung hotel milik perusahaan Babylonia yang di telah di booking seminggu penuh. Acaranya sangat meriah karena mereka mengundang lebih dari 600 undangan ke pesta itu. Bagaimana tidak, yang mengadakan acara tersebut adalah sanga Direktur utama dan Wakilnya yang tak terduga akan menikah dengan tempo yang cepat.
Lalu di sini Arthuria, tengah di dandani oleh seorang tata busana dengan gaun berwarna putih yang indah dan beberapa pita bewarna biru kesukaannya, rambutnya yang biasanya di konde dengan jalinan kecil kini di gerai dan di beri jepit rambut kupu-kupu yang sangat indah. Walau penampilannya anggun dan elegan bak seorang Ratu, tapi hatinya tidak begitu. Pikiran sudah terbang kemana-mana, ia masih ragu untuk menikah dengan sang Direktur.
"Nona Arthuria, tugas saya telah selesai.. saya pamit dulu.." ujar sang tata rias lalu meninggalkan Arthuria sendirian, Arthuria pun menghela nafas panjang. Setidaknya ia masih punya waktu untuk merenungkan masa depannya. Ia pun menatap wajahnya di kaca dengan raut masam, ia ingin sekali mengulang waktu dan berpikir lebih jauh lagi soal pernikahan ini.
Tak lama pintu kamarnya terbuka, ia segera menoleh untuk melihat siapa yang datang dan itu adalah calon suaminya sang Direktur, Gilgamesh.
"Ada apa?! Kenapa wajahmu pucat begitu?! Apa kau sakit?!" Tanyanya dengan nada khawatir. Arthuria meliriknya dari ujung rambut hingga ujung kaki, penampilannya sangat rapi dan berwibawa dengan setelan jas putih lalu rambutnya disisir klimis seperti biasanya yang ia lihat di kantor. Arthuria pun lagi-lagi menghela nafas.
"Gil, apa kau tidak benar-benar yakin saat kau bilang ingin menikahiku?!" Tanyanya to the point. Gilgamesh sejenak terdiam, lalu ikut menghela nafas berat.
"Jadi itu yang kau pikirkan, kau ragu untuk menikahiku? Apa aku harus melakukan sesuatu untuk meyakinkanmu kalau aku benar-benar serius tentang mu?! Hahh aku ingin menunjukkannya sekarang tapi itu akan membuatmu penampilanmu yang sangat cantik ini jadi lusuh.." ujarnya lalu meraih rambut pirang Arthuria lalu mencium baunya yang harum.
"Apa maksudmu?!" Tanya Arthuria tidak mengerti akan ucapannya, lalu Gilgamesh tertawa akan tanggapan polosnya.
"Haha, nanti akan ku jelaskan.. mari kita ke luar untuk menyambut tamu-tamu kita.." Gilgamesh mengulurkan tangannya sambil tersenyum, Arthuria pun menerima uluran itu sambil menguatkan batin bahwa pilihan yang ia ambil sekarang adalah yang terbaik. Biarlah menyesal menikah dari pada menyesal tidak menikah.

Atmosfir yang dirasakannya saat melangkahkan kaki di altar bersama sang calon suami begitu berbinar-binar, semua hadirin memberikannya tepukan tangan yang meriah seakan mereka adalah pasangan paling serasi di dunia. Arthuria dapat merasakan pujian yang mereka berikan itu dengan baik hingga ia bisa menghilangkan sedikit rasa sesal yang ia rasakan.
"Baiklah hadirin sekalian, ku perkenalan seorang wanita luar biasa yang selama ini sudah membuatku merasakan berbagai macam hal yang sebelumnya belum kurasakan. Setiap hari aku merasakan rasa kesal saat dia mulai rewel akan masalah sehari-hari ku, rasa marah saat dia mencaci maki ku seolah aku ini serba salah, lalu rasa sepi saat dia tidak ada untuk melakukan debat tidak pentingnya. Walau dia adalah wanita yang sangat menyebalkan, tapi aku sadar kalau aku membutuhkannya, aku sangat kesepian jika dia tidak ada di kantor, aku sedih saat dia tidak mau bicara lagi denganku, dan itu membuatku sadar kalau rasa benci itu ternyata adalah perasaan cinta yang terpendam akibat kesal dan marah. Dan sekarang aku katakan padamu.. Arthuria Pendragon, aku sudah mencintaimu sejak pertama kali bertemu, dan aku merasa kaulah wanita yang pantas untuk menjadi istriku, karena itu.. terimalah cintaku.. wahai ratuku.." ujarnya lalu bersungkur dengan 1 lutut yang menyentuh tanah, dan tangannya meraih tangan Arthuria lalu menyematkan sebuah cincin emas putih yang sangat indah dan berkilau. Arthuria hanya terdiam, setiap kata-kata Gilgamesh barusan di cernanya matang-matang, rasanya sangat memalukan sekali bahwa tadi ia sempat meragukan keteguhan hatinya. Bulir demi bulir air mata menetes dari pelupuk matanya, membawasahi wajahnya dengan konyol.
Gilgamesh segera berdiri dan memeluknya erat, menepuk-nepuk punggungnya untuk menangkannya.
Sorak-sorai penonton pun membuat suasana haru itu di pecahkan, mereka yang awalnya juga sempat ragu akan motif pernikahan ini jadi yakin kalau pernikahan ini benar-benar di landaskan akan cinta, bukan atas paksaan atau nama baik perusahaan.

Begitulah siangnya, lalu malam itu yang mana seharusnya Arthuria tidur untuk esok hari malah di ganggu dengan Gilgamesh yang tiba-tiba datang ke kamarnya.
"Apa yang kau lakukan malam-malam begini ke kamarku?! Kita sudah mengobrol banyak sampai sore ini bukan?!." ujar Arthuria yang tadinya terbaring kini harus duduk dan menutupi tubuhnya yang hanya berbalut pakaian dalam dengan selimut. Gilgamesh pun tertawa kecil, ia menghampiri Arthuria lalu duduk di sebelahnya.
"Tadi siang aku bilang akan menunjukkan betapa seriusnya aku mencintaimu bukan?! karena acaranya sudah selesai makanya aku datang untuk memenuhi janji itu.."
Arthuria terdiam mencuba mengingat-ingat apa yang di janjikannya tadi siang, lalu tak lama ia ingat dan itu membuatnya langsung merah padam.
"Jangan katakan kalau itu.."
"Ya, kau sudah mengerti sekarang.. sebaiknya aku mengajarkan 'itu' padamu sebelum hari H agar kau lebih terlatih kan?! Apa sekarang kau lagi haid?!" Ujarnya dengan senyuman menggoda sambil menarik selimut yang menutupi Arthuria, tentu wanita itu tidak siap akan hal ini.
"Tidak! aku tidak mau sekarang... lagi pula aku pernah mempelajari caranya di internet jadi kau jangan khawatir kalau aku belum terlatih.." sanggahnya lalu mencari bantal lain untuk menutupi tubuhnya. Gilgamesh makin tidak sabaran ini melakukan nya, apalagi saat melihat tubuh seksinya tersebut.
"Tidak.. kau harus mempraktekkannya dulu baru latihanmu sempurna.. lagian kita juga akan melakukan nya kan?! Apa salahnya jika kita memulianya lebih awal?!.."
Arthuria terdiam lagi, Gilgamesh membuatnya benar-benar tidak bisa menolak permintaan naifnya itu.
"Baiklah, lakukan saja sesukamu!" Serunya lalu melemparkan bantal kepada calon suaminya. Gilgamesh terkekeh senang, ia pun mendekati Arthuria lalu melumat bibirnya. Ini adalah ciuman pertama mereka bahkan setelah keduanya memutuskan untuk menikah. Arthuria mulai larut akan ciuman itu.
"Arthuria, buka mulutmu sedikit.." pintanya. Arthuria pun sedikit membuka bibirnya sesuai permintaan dan Gilgamesh segera menelusuri bagian mulut terdalam dengan lidahnya, Arthuria sangat kaget akan perlakuannya. Baru kali ini ia merasakan lidahnya bermain dengan lidah yang lain dan rasanya... Nikmat sekali. Tak lama Gilgamesh pun melepaskan ciumannya hingga meninggalkan bekas liur di bibir merahnya.
"Sepertinya kau sangat menikmati nya.. bagaimana? Apa kau mau lagi?" Tanyanya sambil menindih Arthuria ke ranjang. Dengan wajah yang malu-malu, Arthuria mengangguk pelan. Gilgamesh mengulang ciuman panasnya, kali ini sambil membuka bra putih calon istrinya dan meremas payudara nya.
'Aaaahh, sensasi apa ini, sangat liar tapi menyenangkan.. Tangannya yang menyentuhku dengan liar sangat nikmat, lidahnya menari-nari di mulutku sangat panas dan enak.. aku tak kuasa ingin memintanya melakukan hal lebih..'
"Baiklah, kita akan lanjut ke bagian utamanya.. Arthuria.. kau tahu ini kan?!" Ujar Gilgamesh sambil membuka seluruh bajunya dan menunjukkan bagian tubuh yang sudah berdiri tegap. Arthuria terpaku melihat penis itu, jujur ia sangat menginginkan benda itu.
"Fufufu.. kalau begitu apa kau siap menerima nya?!" Gilgamesh bertanya lagi, Arthuria bergetar hebat saking menginginkan benda itu untuk menyatu dengannya. Pupil matanya sudah membentuk hati.
"Ya! Aku siap ❤" sahutnya sambil membuka akses ke dalamnya dengan mebuka penutup vaginanya. Gilgamesh pun menggesekkan kepala penisnya perlahan di bagian itu, Arthuria menggeliat geli sangat-sangat tak sabar menerima benda panjang dan besar itu memasuki vaginanya.
"Aku terkejut kau memiliki sikap agresif terhadap penisku.. aku suka itu.." Gilgamesh menancapkanya hingga darah pun mengalir dari Arthuria. Wanita itu terjerit akan sensasi sakit yang teramat hingga air mata pun ikut menetes. Gilgamesh menyatakan ruas-ruas jarinya dengan Arthuria lalu meraih wajah cantiknya dengan tangan lainnya dan mengusap air matanya.
"Sakit? Kalau kau meminta aku akan menghentikannya sekarang.. aku bersedia.." Gilgamesh memberinya pilihan, Arthuria terdiam. Ia merasakan sakit, tapi di lain sisi ia merasakan rasa nikmat akan sakitnya.
"Kubilang lakukan sesukamu kan?! Apa kau harus bertanya lagi?" Jawabnya sambil tersenyum lembut, membuat calon suaminya terkejut. Gilgamesh pun membalas senyuman itu dengan senyum terbaiknya.
"Kalau kau sudah bilang begitu.. kau harus menerima akibatnya.." Gilgamesh mulai menggerakkan pinggulnya dengan gerakan maju-mundur. Arthuria mendesah kencang akan sakitnya melakukan seks pertama kali. Gilgamesh mengeratkan genggaman tangannya seperti memberikan kekuatan kepadanya agar bertahan, lalu ia juga mencium bibirnya lembut.
'semakin lama aku semakin menikmati sensasi ini.. apakah perasaan nikmat yang ku rasakan ini adalah cinta nya? Aku mau menerimanya dan menikmatinya..'
Arthuria melingkar tangannya di leher Gilgamesh, juga dengan kakinya di pinggulnya sehingga Gilgamesh dapat lebih leluasa menuangkan nafsunya.
"Gilgamesh.. maaf terlambat tapi sepertinya aku sudah bisa mencintaimu.." ucapnya sambil meneteskan air mata, Gilgamesh sontak berdebar-debar dengan wajahnya yang merona. Ia pun menekukkan kepalanya yang sudah tak bisa menahan rasa bahagia itu. Kalau bisa ia ingin menangis.
"Kalau begitu.. katakan kalau kau mencintaiku.."
"Gil.. aku mencintaimu.."
"Lagi"
"Aku sangat mencintaimu Gil.."
"Aku mohon katakan lagi!"
"Aku sungguh mencintaimu- ahhhhnn!"
Gilgamesh melepaskan genggamannya beralih memegangi kedua pahanya, ia mulai serius menyelesaikannya dengan mempercepat gerakan pinggulnya. Arthuria terjerit dengan suara mesum yang tak kalah dari bunyi deritan kasur dan suara hentakan pinggul yang keras.
'Penisnya benar-benar sudah masuk semua! Kalau begini aku benar-benar tak kuasa menahan sensasi ini.. bahkan menahan suara ku untuk tak keluar saja sangat susah.."
"Arthuria! Aku juga sangat mencintaimu, kumohon terimalah cintaku.." Gilgamesh juga menggila, ia memegangi pinggulnya dengan erat saat cairan semennya keluar di dalam vagina Arthuria dan menembus ke dalam rahim.
"Aaaahhhhhnnnm~~!" Arthuria memeluk tubuh Gilgamesh saat tubuhnya bergetar hebat, ujung-ujung kakinya bahkan meronta-ronta akan sensasi sperma panas yang mengisi rahimnya.

Gilgamesh menyelipkan sebatang rokok di sela jari yang sudah di bakarnya, sesekali ia menghisap lalu membuang asapnya ke udara. Duduk di tepi ranjang tanpa busana sambil merokok setelah melakukan seks memang memiliki sensasi yang beda. Lalu diliriknya Arthuria yang menutupi tubuhnya dengan selimut, sepertinya dia telah kembali ke alam warasnya setelah tadi sangat menggila. Ia meracau tak jelas karena malu telah menunjukkan sisi mesumnya kepada calon suami. Gilgamesh pun tertawa kecil, lalu mengusap surai pirangnya lembut.
"Sekarang kau harus tidur walau sebentar.. besok masih ada acara kan?!" ucapnya lalu memasang kembali seluruh pakaiannya dan hendak meninggalkannya. Tapi Arthuria menghentikannya dengan menarik lengannya.
"Jangan pergi.. tidurlah bersamaku malam ini, lagi pula besok kita hanya akan jalan-jalan ke luar hotel bukan?! Temani aku tidur malam ini.." pintanya dengan wajah memerah, Gilgamesh pun mengendus kecil. Ia pun tak punya pilihan lain selain ikut berbaring bersamanya, memeluk Arthuria sambil tertidur. Arthuria tersenyum kecil lalu terlelap dalam pelukannya.


TBC


Hai hai minasan konbawa! Berjumpa lagi dengan saya Rim dalam fanfic rate M
To be honest sebenarnya enggan ngaploud nih fic karena lewdnya gak nahan apalagi temen ku di irl tau fanfic ini.
Masih permulaan ya jadi belum terlalu bikin kalian basah ahahaha.
Pertanyaan lazim yang keluar dari temen irl setelah baca fanfic saya.
(Apakah sekarang lu sudah cukup umur bikin ini fanfic?)
Sudah, saya bahkan merasa lebih karena baru masuk umur yang pantas!
(Elu udah nikah? Atau pernah ngewe?)
Belum, saya masih sayang masa muda dan saya masih suci, kalau soal nikah dan ew saya maunya sama bang 2D husbando saya *plakkk
(Referensi dari mana?)
Doujinshit pastinya.

Kalau ada pertanyaan atau saran atau dukungan lainnya tolong kirimkan lewat review ya! Mudah-mudahan bisa saya jawab satu-satu. Reviews anda sangat berharga buat saya ^^ apalagi di tambah follow dan favorite lengkap deh enaknya huehuehue.