The Sixth Person

Disclaimer :

Naruto © Masashi Kishimoto

The Sixth Person © Akacchi KurossuZeria

Inspiration from :

BanG Dream! Garupa's Event Story : The Sixth Afterglow

Genre(s) :

Friendship/Adventure/Mystery

Rate :

K+

Warning :

Typo(s), AU, OOC, error language, abal, etc.

Summary :

Harusnya mereka berlima menyelesaikan tugas-tugas mereka malam ini di rumah Neji. Tapi mereka malah terjebak di sekolah dengan isu tujuh keanehan sekolah.

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x

~ Chapter 1 : Shukudai wa...? ~

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x

Sore yang indah di penghujung musim panas. Di sinilah kelima remaja seumuran dari tim basket Konoha Gakuen ini tampak berjalan beriringan keluar dari ruang ganti klub basket. Suasana sekolah sudah sepi, hanya tersisa beberapa orang siswa saja yang sedang bersiap untuk pulang ke rumah masing-masing setelah mengikuti kegiatan klub.

"Uwaah! Akhirnya kegiatan sekolah hari ini selesai juga! Hari ini melelahkan sekali~" Naruto meregangkan otot-ototnya yang pegal setelah melewati serangkaian kegiatan hari ini. Dia bersama keempat temannya rupanya juga kelelahan setelah berlatih basket hari ini.

"Otsukare~ Bagaimana dengan kuis fisika dadakan di kelasmu, Sasuke? Tadi benar-benar ada kuis dadakan, kan?" Kiba menyahut perkataan Naruto sembari merangkul pundaknya dengan lengan kirinya. Kemudian ia balik bertanya pada seorang lelaki berambut raven dan merangkul pundaknya dengan lengan kanannya.

"Biasa saja. Tidak ada yang sulit," jawab Sasuke dengan wajah datarnya yang sudah terkenal di seantero Konoha Gakuen. Dia memang tidak sekelas dengan Kiba dan yang lainnya. Menjadikan hanya Sasuke sendiri yang berbeda kelas dengan empat temannya itu.

"Sasuke, kau ini memang dingin, ya. Padahal cuaca sedang panas begini. Uh, aku bisa meleleh..." timpal pemuda lain dengan ekspresi malas yang sangat kentara di wajahnya. Sesekali ia mengelap peluh yang membasahi pelipisnya dengan handuk yang terkalung di lehernya.

"Haha! Maa, bagus dong kalau tidak sulit!" Kiba menanggapi perkataan Sasuke tadi. Cengiran lebar terpampang di wajah lelaki berambut spike cokelat itu.

"Sebentar lagi liburan musim panas, kan? Aaah, aku ingin menghabiskan waktuku dengan tidur sepuasnya. Hoahm~" sahut lelaki berekspresi malas tadi. Tak lupa sebuah kuapan lebar keluar dari mulutnya.

"Shikamaru, memangnya kau sudah menyelesaikan semua tugasmu?" Sasuke mendelik pada lelaki dengan rambut bak nanas itu—Shikamaru. Shikamaru yang awalnya memasang wajah malas, langsung mengubah mimiknya menjadi mimik penuh keangkuhan.

"Hehhen~ Tentu saja sudah! Tugas-tugas seperti itu, sih, gampang~" ujarnya sambil menjentikkan jari. Tak lupa sebuah seringaian meremehkan terpampang di wajahnya. Membuat keempat temannya cemberut bersamaan. Meskipun yang kelihatan jelas hanyalah milik Naruto, Kiba, dan Sasuke.

"Kalau mendengar Shikamaru yang berbicara seperti itu rasanya..." Kiba melipat kedua tangannya jengkel. Sasuke berkacak pinggang, kemudian ikut menimpali Kiba. "Nanka, mukatsuku!"

"Tugas, ya... Aku masih belum mengerjakan beberapa soal," teman mereka yang sedari tadi hanya diam saja akhirnya ikut ke dalam pembicaraan. Lelaki dengan mata sebening rembulan dan rambut cokelat panjang terurai itu pun memagut dagunya.

"A ha ha... Aku juga, sih..." ujar Kiba. Kemudian ia menghela napas pelan, yang ditanggapi dengan gedikan bahu dari temannya tadi, Neji.

"Aku juga," ujar Sasuke pelan, nyaris seperti sebuah gumaman untuk dirinya sendiri.

"Wogh! Kau juga, Sasuke? Rupanya kita semua belum mengerjakan tugas!" seru Kiba semangat. Dia memang tidak terlalu pintar dalam urusan akademik dan kurang termotivasi untuk mengerjakan tugas. Tapi kalau ada teman begini, kan, dia jadi tidak terlalu khawatir karena belum mengerjakan tugas sendirian.

"Kau sendiri bagaimana, Naruto?" Kiba balik bertanya pada Naruto. Tampak perubahan pada wajah Naruto. Mata saphire-nya meredup. Ia sama sekali tak merespon ucapan Kiba.

"..."

"Naruto?" panggil Kiba khawatir.

"...belum selesai..." tutur Naruto tiba-tiba. Dengan wajah bak orang yang penuh derita dan dibuat slow motion, ia menatap keempat temannya secara bergantian.

"He?" Neji auto memundurkan badannya, seperti orang terkejut.

"Aku, sama sekali belum menyelesaikan tugasku! Bagaimana ini!? Aku tidak yakin aku bisa menyelesaikan semuanya tepat waktu!" akhirnya teriakan frustasi Naruto pun pecah. Lelaki yang dikenal dengan seribu satu ekspresinya—atau drama king ini langsung mencengkram lengan Sasuke dan Kiba bergantian.

"Aaahk! Doushiyou! Ah, bantu aku, dong! Ini permintaan sekali seumur hidupku! Teman-teman, bantu aku!" pinta—yang tampak seperti sebuah paksaan dari Naruto kepada teman-temannya. Kini tangannya beralih mencengkram lengan Neji dan Shikamaru.

"Permintaan sekali seumur hidup, katamu...?" Sasuke mengernyitkan dahinya. Tak lupa sebuah helaan napas keluar dari mulut lelaki bermarga Uchiha ini.

"Naruto, kau menggunakan perumpamaan itu hanya untuk masalah seperti ini?" tanya Shikamaru. Wajahnya terlihat sedikit mengejek. Yah, Naruto tidak peduli dengan hal itu. Yang penting mereka mau membantunya.

"Bodo, ah! Pokoknya bantu aku! Onegaaaaiii!" pinta Naruto sambil memohon-mohon pada keempat temannya.

"Iya, iya! Makanya tenang dulu, bodoh!" balas Kiba sambil menjitak kepala Naruto. Naruto meringis sambil memegang kepalanya. "Uh... Kiba..."

"Iya, akan kami bantu. Kami juga masih punya soal yang belum selesai," ujar Kiba. Kiba meskipun sering terlihat sama seperti Naruto, namun kadang ia bisa bersikap dewasa. Contohnya di saat-saat seperti ini.

"Arigatou, minna!" seru Naruto dengan lebaynya.

"Tte iu ka, Naruto... Kau ini memang suka menunda-nunda pekerjaan, ya?" Sasuke berkacak pinggang. Terlihat sedikit guratan kekesalan di wajahnya yang terkesan dingin itu.

"Hmm... Padahal, saat SMP dulu, Naruto selalu menyelesaikan tugasnya lebih cepat dibanding kita semua. Dulu kita semua keasyikan bermain basket sampai lupa dengan tugas. Tapi hanya Naruto sendiri yang sudah selesai saat itu," gumam Neji, mengingat-ingat masa-masa SMP mereka yang hanya terpaut satu tahun dari sekarang.

"Ugh, aku juga sudah mengerjakan tugasku dengan sungguh-sungguh! Tapi, aku benar-benar tidak bisa mengerjakan tugas matematika," kilah Naruto sambil mengacak-acak rambutnya. "Sejak masuk SMA, aku merasa makin bodoh dalam pelajaran itu!"

"Benar katamu, Naruto! Matematika di SMA itu makin sulit saja!" Kiba mengiyakan sembari mengangkat telunjuknya.

"Iya, Kiba! Semakin aku memikirkannya, wajah menyeramkan Asuma-sensei terlihat semakin mendekat ke wajahku! Uuugh..." sahut Naruto mendramatisir keadaan. Kedua tangannya ia katupkan ke pipi, seperti tingkah orang yang sedang ketakutan.

"Seperti ingin mencengkrammu...begitu?" ujar Shikamaru lengkap dengan wajah yang tak kalah menyeramkan, membuat Naruto bergidik ngeri dan bersembunyi di balik punggung Kiba. Memang salah membicarakan tentang keseraman guru matematika yang satu ini di depan murid kesayangan sang guru.

"Moou~ Lihat siapa yang dulu bersemangat mengajak ke pantai saat liburan. Eh, dianya malah belum menyelesaikan tugas," ujar Shikamaru lagi, yang kini sudah dalam mode maklumnya(?).

"Iya, iya. Maaf..." balas Naruto sembari merengut.

"Makanya, kalau tidak bisa, bilang dari awal, dong! Mana tugasnya banyak pula! Ah, sekarang bukan saatnya mengeluh," Kiba kembali membuka mulutnya. "Minna, setelah ini kalian sibuk? Ayo kita selesaikan tugas kita hari ini!"

"Hn," Sasuke memberi anggukan.

"Aku sudah selesai, sih. Tapi, daripada mendengar ceramah ibuku saat makan malam, lebih baik aku temani kalian saja," ujar Shikamaru.

"Aku juga tidak keberatan," respon Neji sembari mengangguk pelan.

"Yosh, sudah diputuskan! Setelah ini, kita akan mengerjakan tugas! Di rumah Neji saja, bagaimana?" tanya Kiba lagi, yang dibalas dengan anggukan Neji. "Hn, boleh saja."

"Semuanya... terima kasih! Seumur hidupku, aku takkan pernah melupakan bantuan kalian!" sahut Naruto kegirangan sambil memeluk satu-satu temannya.

"Muncul lagi kata itu, 'seumur hidup'..." gumam Sasuke disela-sela pelukan Naruto padanya.

"Kalau tidak salah, puding dari Hinata masih tersisa beberapa cup di kulkas. Kalian bisa memakannya nanti," ujar Neji setelah Naruto selesai dengan acara peluk-peluknya. Meskipun tak disadari siapapun, tampak sebuah senyum simpul mengembang di sudut bibir lelaki keturunan Hyuuga ini.

"Yeay! Puding Hinata! Puding Hinata!" seru Naruto sambil mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi. Dia memang suka puding buat gadis yang adalah sepupu Neji sekaligus adik tingkatnya di Konoha Gakuen ini. Yah, mereka semua tahu kalau Hinata menyukai Naruto dan sering memberi olahan ringan padanya.

"Na~ruto... Sampai tugasmu selesai, pudingnya jangan disentuh dulu, ya!" ucap Shikamaru, memperingati Naruto. Telunjuk kanannya tepat teracung di hidung Naruto kala ia mengucapkan itu. Naruto meneguk ludah dengan berat. "Ha-hai."

Shikamaru itu, kalau sudah bawel, jadi seperti ibu-ibu saja.

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x

~ To Be Continued ~

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x