Author : Choi Di Jee
Title : Ms. Different
Pairing : ChanBaek
Main cast : Park Chanyeol x Byun Baekhyun
Support cast : EXO's member. OT12
Genre : GS (Gender Switch). Romance. Action. Hurt.
Rated : T
Summary : Dia yang selalu ceria disekolah. Dia yang selalu tersenyum. Dia yang cerdas. Tapi DIA juga seolah orang lain. Dia selalu pulang sendirian. Dia yang pendiam. Dia yang dingin. Dia yang tak pernah tersenyum. Dia tampak asing.
WARNING: This is GS area!
A.N :/ allways Park Chanyeol POV /
.
.
.
.
HAPPY READING
.
.
.
.
Dia yang berada paling ujung. Dia yang selalu ceria bersama teman sekelasnya. Dia yang hiperaktif. Dia yang tertawa. Dia yang selalu tersenyum. Dia yang cerdas. Dia yang selalu jadi kebanggaan kelas. Dia yang paling berbeda. Dia yang paling jail. Dialah sang mood maker kelas itu.
Tapi dia juga seolah orang lain.
Dia yang selalu sendiri dijalanan. Dia yang terlihat asing diluar sekolah. Dia yang pendiam. Dia yang tak kenal siapapun. Dia yang dingin. Dia yang hampir tak pernah tersenyum. Dia selalu sendiri tanpa memandang sekelilingnya yang mungkin masih ada makhluk bernapas sama sepertinya. Dia tak pernah pedulikan itu dan dia hanya akan terus berjalan tanpa memandang kebelakang.
Dia yang ini maupun yang itu tetaplah yeoja yang sama. Dia yang manis. Dia yang berambut panjang. Dia yang sedikit tomboy. Dia yang akan selalu bersikap dingin terhadap semua namja disekolah. Dia juga yang memberiku minum saat tes lari berkilometer untuk masuk ke tim futsal sekolah dan saat itu juga pertama kalinya aku bertemu dengannya.
.
.
.
.
.
Flashback
Hari ini jadwalnya untuk tes lari untuk pemain baru futsal dari murid tingkat satu. Tes lari yang diadakan ternyata dilakukan bersamaan dengan kegiatan ekstrakulikuler sport lainnya. Beda namja beda yeoja. Namja 5km Yeoja 3km dilakukan selama 2 putaran dengan waktu yang sudah ditentukan.
Aku telah melewati satu putaran dan itu berhasil membuat dadaku mulai sesak namun kesungguhanku untuk bisa lulus tes lari ini untuk bisa masuk tim futsal harus tetap kuat menjalaninya. Hingga baru diperempatan jalan aku mulai berlari perlahan-lahan sambil menarik ulur napasku. Tak lama aku baru saja bisa bernapas lega justru pesaing lainnya mulai berlari menyusul dari arah belakangku.
"Shit."
Sekilas aku mendengar suara yeoja terkikik pelan dibelakangku namun aku berusaha tak menghiraukannya.
Geezz
Yeoja bermata sipit itu menyodorkan air mineral dingin kepipiku dan hanya tertawa melihat ekspresi terkejutku. Setelahnya ia memberi isyarat padaku seolah segera meminumnya dan ia sempat melambaikan tangannya padaku tanda ia pergi duluan ' '
"Tunggu. Aku Chanyeol. Park Chanyeol. Siapa namamu?"
Dia hanya berbalik memandangku sebentar lalu tersenyum lagi lalu segera melanjutkan berlarinya.
.
.
.
.
.
"Perhatian. Catatan waktu kalian cukup memuaskan untuk angkatan baru kali ini. Untuk yeoja yang termasuk 5 besar mencetak waktu tercepat adalah Hyeri dari kelas klub tenis. Suho dari klub renang. Baekhyun dari klub volli. Bla...bla..."
'Baekhyun'. Aku akan selalu menghapalnya dan kuukir dengan permanen dihatiku. Saat itu juga aku menyadari bahwa ia sangat mempesona. Teman2nya riuh menyambut high five bersama juga tertawa lepas. Manis. Cantik. Sempurna.
Sejak mengetahui sedikit tentang dirinya hingga aku rela menjadi stalker untuk bisa memastikan bahwa ia baik2 saja.
End
.
.
.
.
.
Dua tahun lebih aku memendam perasaanku padanya. Ternyata ia tak semudah untuk didapatkam terlebih didekati. Dia melakukannya bukan hanya terhadapku tapi pada semua namja yang memang berniat menjadikannya seorang yang lebih 'spesial'. Bukan sengaja menghindari lebih tepatnya(?)/mungkin lesbi(?)/
Tidak. Tidak mungkin Baekhyun lesbi. Dia bahkan fans berat Super Junior. Konyol jika dia seperti itu. Bahkan aku pernah memergokinya dipaksa menonton video yadong dipojok kelas dan dia sangat histeris melihat pergumulan beberapa namja yang sibuk menikmati tubuh manis seorang yeoja dengan begitu brutal. Aku sempat mengira mungkin ia menikmati tontonannya hingga jeritan indahnya terdengar sampai depan kelas tepat aku mengawasinya tapi justru sebaliknya ia segera lari keluar kelas dengan penampilan acak2an hasil pemaksaan teman2nya agar Baekhyun berani menonton video 18++ itu.
Aigoo bahkan dia tetap terlihat imut saat sedang kesal ataupun marah.
.
.
.
.
.
.
Tepat pukul 6 petang saatnya aku menjadi stalkernya. Lagi. Selama bersekolah disini fakta yang kutahu dari Baekhyun yaitu ia selalu keluar gerbang sekolah tepat pada jam seperti ini. Kupikir ia sengaja melakukannya karena setiap hari aku menunggunya dibalik dinding dekat gerbang.
Baekhyun keluar gerbang dengan menggunakan hoodie hitam bercorak putih. Ia berjalan sedikit menunduk seolah sengaja menyembunyikan wajah manisnya. Topi hoodienya sukses membuatnya terlihat seperti seorang namja dari belakang namun jika menyadari rok seragam sekolah itu pasti mereka akan berpikir dua kali.
Berjalan sendirian. Sedikit terlihat angkuh. Kedua tangannya terselip rapi dikedua saku hoodie nya. Itulah Baekhyun yang saat ini setelah keluar dari kawasan sekolah. Aku sering penasaran apa yang membuatnya memiliki dua kepribadian yang berbeda.
Aku mengikutinya hingga Baekhyun memasuki minimarket dan tak lama ia keluar sambil berhenti sebentar didepan pintu lalu memandang sekitar. Aku spontan bersembunyi sebentar.
Mencurigakan. Apa ada yang kau sembunyikan Baekki..?
Entah perasaaanku saja atau kau memang tengah menyembunyikan sesuatu Baekki? kenapa kau berjalan terburu-buru?
.
.
.
.
.
Sebenarnya apa yang mau dilakukannya digang gelap itu eoh?
Apa dia tak sadar jika itu tempat berbahaya?
Sekian lama aku menjadi stalker nya. Jujur ini yang pertama kalinya bagiku melihatnya seberani ini untuk berada ditempat yang seharusnya tak didatangi seorang yeoja. Justru biasanya yeoja2 itu akan berteriak takut akan gelap tapi kenapa Baekhyun ?
Baekhyun memang berbeda jika diluar sekolah. Aku tahu itu. Tapi selama yang kuperhatikan, se-menyebalkan-nya seorang Byun itu melakukan tindakan kurang baik terhadap sekitarnya tapi justru yang seperti ini aku mulai tak bisa tinggal diam. Dia mulai keterlaluan.
Seorang Byun itu tengah duduk dengan angkuhnya disalah satu balok kayu dan dengan penuh nikmatnya menikmati seputung rokok ditangannya. Keadaan remang2 seperti itu menjadi keuntungan baginya karna ia tak terlalu begitu terlihat juga warna hoodie hitamnya yang membuatnya tampak seorang berandalan penjaga gang kecil juga gelap didaerah itu.
Aku menggeram tak tertahankan melihat kelakuannya yang hampir terbilang 180° berbeda dari yang biasanya ia tunjukkan disekolah.
Cukup aku mengetahui kepribadianmu yang berbeda ini Baekki. Tapi aku tak sanggup jika melihatmu akan berakhir merusak dirimu sendiri seperti ini.
.
.
.
.
.
.
Aku baru akan keluar dari persembunyianku sebelum suara dering ponsel berbunyi menghentikan gerakanku. Aku segera mengambil ponselku.
Nihil.
"APA." suara manis itu segera menyadarkanku dan langsung beralih memperhatikannya lagi dibalik tong besar ini.
Dari cara menjawabnya kuyakin jika Baekhyun tak mengharapkan telpon itu. Dengan angkuh nya ia menghisap rokok nya cepat seolah ia sangat depresi dan segera menyelesaikan pembicaraan tak penting diponselnya.
"Aku akan pulang."
...
"Aku sudah makan."
...
"Aku hampir sampai."
...
"Apa pedulimu."
...
"Sudahlah. Aku tak akan kabur. Berhenti menelponku"
Aku terus memperhatikannya yang terus bergumam hal yang tak jelas kudengar tapi aku sempat terkejut melihatnya membanting ponsel nya. Ia tampak menyedihkan sekarang. Aku ingin sekali berlari kearahnya dan merengkuhnya tak peduli bahwa ia dan aku tak pernah dekat.
Aku menyukainya. Aku mencintainya. Aku ingin memilikinya. Tapi aku bisa apa? Melihatnya terlihat rapuh bersandar didinding itu sambil berteriak hal tak jelas dan menangis pilu. Ia mengacak rambutnya tak karuan. Tangisannya membuat hatiku perih sambil melihatnya hancur seperti itu. Aku tak pernah melihatnya hingga semenderita ini. Serapuh ini. Selemah ini.
"AAAAAAAAAAAAAAAaaaaaaaaaaaaaaaa...hiks. hiks"
"AAAAAAAARRRRRRRggggggghhhhh... when i die. God."
DEG
Chanyeol memegang dadanya yang berdenyut sakit mendengar penuturan itu.
Sebegitu ter-siksanya-kah kau Baekki... Aku ingin sekali melindungimu. Tapi kau tak pernah melihatku... Kumohon biarkan aku menyelamatkanmu.
Aku mencintaimu Baekki~
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
SHS tingkat akhir tengah menjalani masa ujian percobaan hari pertama. Sekolah itu tampak hening selama beberapa jam hingga terdengar bel berbunyi tanda selesai dan langsung terdengar suara derapan kaki keluar bersamaan dari segala penjuru kelas tempat ujian tsb.
Dan kantin adalah surga bagi para siswa jika setelah ujian.
.
.
.
.
.
.
Aku, Kai, Sehun dan Kris selalu menghabiskan waktu bermain basket apapun yang terjadi. Entah baru saja gempa bumi sekalipun yang jelas setelahnya harus bermain basket walaupun hanya sebentar. Tak apalah daripada tak bermain hal menyenangkan itu setiap hari.
Kini kami menuju kantin yang terletak tak jauh dari lapangan basket. Aku mengedarkan pandanganku mencari sosok manis yang selalu menghantui pikiranku 2 tahun terakhir.
"Ah. Itu Soo baby-ku. Kajja kesana."
"Dasar. Kalo Kyungsoo aja langsung dapet." cibir Sehun
"Bilang aja iri. Aku tau sebenarnya kau juga senang karena Rusa-mu itu juga disana kan? Hm."
"Haish. Berhentilah meributkan hal yang tak penting. Pesankan aku makanan cepat. Aku lapar"
"Kris kau meyebalkan. Kenapa tidak Chanyeol saja. Aku m-mau.." seketika Kai meneguk ludahnya susah juga masih dengan mendapat tatapan tajam dari Kris.
"B-BAIKLAH. BAIKK. AKU PESANKAN. Dasar naga china menyebalkan"
Aku menatap Kai pergi dengan mulut yang tak berhenti berdumal hal aneh. Aku mengikuti Kris yang telah berada duduk dimeja tak jauh tempat yeojachingu Kai itu berada.
Aku juga beruntung karna Baekhyun salah teman dekat yeojachingu Kai itu. Dengan begini aku tak perlu mengintipnya jauh2. Aku tau Kris sedari tadi memperhatikan gerak-gerik ku. Terserah aku tak peduli. Yang kutahu bahwa Kris sudah tahu jika aku menyukai Baekhyun sejak tingkat satu.
"Bisakah kau tidak tersenyum terlalu lebar. Gigimu bisa rontok. Eyyw.. membuat napsu makanku hilang saja." Kris sambil mengibaskan tangannya didepan mukaku.
"Pergilah temui dia. Ajak makan bersama. Bukan hanya memandanginya seperti itu. Idiot." Katanya lagi
"Percuma saja... Dia lebih asik bersama temannya"
"Usaha dulu bodoh. Makanya hubunganmu tak pernah ada perkembangan jika kau hanya diam dan menontonnya. Memang dia wayang berjalan apa?"
"Hahhh..." desahku frustasi dengan apa yang harus kuperbuat agar Baekhyun tertarik padaku atau paling tidak menatapku, menganggapku ada, mengingatku, dan tidak menganggapku seperti angin lalu saja seperti sebelum2nya.
"DIA. Siapa yang kalian bicarakan? Kenapa Chanyeol mukanya seperti itu?"
Kai datang tiba2 sambil membawa nampan berisi banyak makanan untuk mereka.
"Bukan urusanmu Kkamjjong. Duduk dan makan dengan manis." sahut Kris sambil men-deathglare-i Kai lagi.
"Arra.. Lalu bagaimana bisa ceritanya kita bisa dimeja ini. Aku kan sudah bilang ingin satu m-mej-ja d-dengann... AHH! LUPAKAN!"
Cuma mata tajam Kris saja yang ampuh buat Kai bungkam tak berkutik. Tentu saja karna Kyungsoo adalah sepupu Kris sendiri. Jadi melawan Kris sama saja menghapus 'jatah wajib' dari Kyungsoo untuknya.
"Sial ! " umpat Kai
.
.
.
.
.
.
Jam kelas ku sedang kosong jadi keuntungan ini kugunakan untuk menjadi stalker Baekhyun lagi. Dia terlihat manis duduk dibangku paling belakang. Kulihat dia seperti grusak grusuk seperti melakukan sesuatu dengan Luhan disampingnya. Kuyakin itu pasti kerjaan usil mereka lagi. Percayalah.
BRAKK
Seketika kelas yang tadi hening terdengar gaduh dari arah belakang dan menatap pada bangku paling ujung. Tepat dimeja Baekhyun dan Luhan.
"Luhan. Apa yang kau lakukan dibawah situ eoh?" interupsi Jung Saem
"Baekhyun menendang kursiku Saem-nim. Bokongku terluka. Eottokhae ?" adu Luhan
"Kalian berdua jika masih bermain-main pada jam kelasku. Maka kupastikan bokong kalian sendiri yang akan aku tendang sampai tengah lapangan. Mau ?" Geram Jung saem.
"A-ah. Ne. Jeongsohamnida Songsaengnim~"
"Perhatikan jika Saem sedang menjelaskan. Cepat kembali kedudukmu"
Luhan mengangguk dan langsung kembali pada kursinya. Sedangkan teman satu kelasnya menahan tawa akan kebodohannya.
"Pabbo." desis Baekhyun pada Luhan
Kulihat Baekhyun tak henti2nya diam. Selalu saja ada bahan jail yang dilakukannya. Entah mengirim surat2 aneh pada temannya. Melemparkan bulatan kertas kecil2 pada yang lain sengaja mengganggu. Berbisik-bisik dengan teman bangku didepannya.
Yang jelas selalu ada aja kerjaan yang tak hentinya membuat dia bisa diam sehari saja.
Kecuali.
Ketika ia sedang sakit atau marah maka ia akan lebih sering menjauh dari temannya dan ia akan berubah jadi dingin dengan sendirinya.
Aku memperhatikannya segalanya selama 2 tahun. Jadi sudah hal biasa jika aku mengetahui hampir sisi detail-nya. Ketika ia senang secara tulus atau palsu aku tahu. Ketika ia murung, sedih, sakit, marah hampir semua ekspresinya selalu berbeda-beda. Aku jadi bisa membedakannya. Walaupun aku tak pernah benar2 berada didekatnya atau didepan matanya. Percayalah jika sebenarnya aku selalu berada tepat dibelakangnya. Aku selalu ingin melindungi dari belakang walaupun ia tak akan pernah memandangku. Setidaknya aku senang melihatnya bahagia bersama teman2nya.
.
.
.
.
.
.
.
Hal seperti ini terulang lagi. Baekhyun berakhir ditempat seperti kemarin. Gang kecil juga gelap pinggiran kota. Ia menghisap putung rokoknya dengan badan bersandar pada dinding juga kepala mendongak keatas. Kepulan asap rokoknya mengudara. Baekhyun terkekeh pelan. Aku terheran apa yang ada dibenaknya saat ini. Ia menarik tas sekolahnya sambil menghimpit rokoknya dimulutnya.
Sebuah benda kecil tapi berkilau ketika terkena cahaya lampu sekilas. Aku menyipitkan mataku mencoba melihatnya lebih detail.
Cringg
Benda itu terjatuh atau mungkin sengaja dilemparkannya tak begitu jauh dari tempatnya. Aku membelalakan mataku menyadari itu sebuah pisau kecil tapi cukup mematikan jika sampai Baekhyun menggunakannya dalam keadaan cukup terbilang tak stabil seperti keadaannya saat ini. Baekhyun memandangi benda itu cukup lama kemudian kekehan pelan keluar dari bibir manisnya.
Aku mengernyit tak suka melihat keadaan Baekhyun yang seperti ini. Sungguh aku ingin sekali menyeretnya keluar dari sana dan membawanya ketempat yang jauh dari hal yang bisa merusak dirinya.
"Ada apa denganku ?"
"Haha... ini menyedihkan sekali. Sebegitu ber-harganya-kah aku ini ? Haha... Sepenting itukah AKU INI !"
"Haha... hiks. Aku benci sekali dengan kalian bodoh. Aku benci kalian mengertilah... hiks. Kumohon mengerti-LAHHH !"
"BERHENTI MENJAGAKU. BERHENTI MENGKHAWATIRKANKU. BERHENTI MENJADIKANKU SEOLAH BARANG YANG MUDAH PECAH. BERHENTILAHH... KUMOHON BERHENTILAHH... aku lelaahhhh Tuhan "
"Tak bisakah mereka membiarkanku pergi dengan tenang. Mereka tak pernah melepaskanku. Mereka selalu mengurungku. Aku bukan seorang budak... hiks.. AKU BUKAN BUDAK KALIAN !"
"Kumohon seseorang bawa aku pergi.. hiks.. Kumohon aku lelah dengan semua ini.. hiks.. Aku hanya ingin hidup bebas tanpa ada pengawasan.. hiks.. Aku ingin hidup sendiri.. Aku bukan anak kecil lagi.. hiks.. hiks.."
Aku diam mendengarkan semua curahan hatinya. Seorang Baekhyun yang kulihat sekarang sangatlah rapuh. Betapa memilukannya keadaannya sekarang terlebih ia yang sekarang duduk meringkuk memeluk tubuhnya sambil bergumam "sakit.. sakit.. sakitt..." Aku tak kuasa melihatnya menderita seperti ini. Tak terasa air mataku juga ikut menetes melihat kondisinya yang seperti ini. Aku menangis melihatnya yang rapuh seperti itu.
Tiba-tiba rintikan air dari atas mulai berjatuhan. Perlahan makin deras. Baekhyun seolah tak memperdulikan sama sekali justru suara tangisannya menyatu dengan suara guyuran hujan deras ini. Dia menjambak rambutnya penuh frustasi dan sesekali menjedukkan kepalanya kebelakang mengenai dinding.
"AAAAAAAARRRRRRRggggggghhhhh..."
teriakannya melengking hingga memekik telingaku. Napasku ikut memburu melihatnya tampak mengenaskan seperti ini.
SRETT
Dengan bodohnya ia akan melakukan hal yang akan amat sangat menyakiti dirinya. Ia meraih pisau kecil dengan cepat dan menggoreskannya dilengannya tanpa pikir panjang.
Aku kalut melihatnya bertindak bodoh seperti itu. Persetan Baekhyun yang terus mengacuhkanku. Aku tak bisa menahannya lagi melihatnya yang terus menyakiti dirinya sendiri.
Aku segera berlari menghampirinya yang terus menangis juga menatap tangannya yang mulai mengucurkan cairan merah pekat tepat dipergelangan tangannya. Aku menggendongnya segera dan berlari menghentikan taksi yang kebetulan lewat dan mengatakan "Rumah sakit. Cepat !"
Aku memandang Baekhyun yang masih sesenggukkan. Tangannya kulilit dengan dasi sekolahku yang kini juga mulai berwarna merah terkena darahnya. Air matanya menyadarkanku satu hal "hampa" itulah yang saat ini berada pada benakku.
Aku memeluknya. Membenamkan kepalanya didadaku. Membiarkannya menangis dipelukkanku.
"Bertahanlah Baekkie.. Kumohon jangan pergi. Aku masih ingin melihatmu."
"Nng."
.
.
.
.
.
.
Aku menunggu didepan ruang ICU dengan cemas. Pasalnya Baekhyun pingsan ketika perjalanan menuju RS tadi. Aku sangat cemas melihat wajah pucatnya. Sedari tadi aku menggenggam tangannya yang dingin. Aku berdoa agar ia masih dapat terselamatkan. Aku tak ingin kehilangannya.
Aku berjanji.
Setelah ini aku tak akan pernah membiarkanmu melakukan tindakan bodoh itu lagi. Aku akan tetap berada disampingmu walau kau tetap tak akan menerima kehadiranku. Aku tak peduli. Aku hanya terlalu menyayangimu dan tak ingin kehilanganmu. Sungguh jangan pernah tinggalkan aku.
Aku mencintaimu Byun Baekhyun.
Tuhan dengarkan doa ku kumohon. Selamatkan dia. Berilah ia kesempatan satu kali lagi. Aku berjanji akan menjaganya setelah itu. Bila perlu tukarkan nyawaku untuknya. Jangan biarkan ia menderita. Aku ingin ia bahagia bersama teman2nya. Kumohon jangan cabut nyawanya untuk saat ini. Ijinkan aku merasakan indahnya kebersamaan bersamanya walau sebentar saja.
Aku ingin tertawa bersamanya. Menghabiskan waktu dengannya. Membuatnya tersenyum karenaku. Segala hal yang ingin kulakukan berdua dengannya.
.
.
.
.
.
.
Baekhyun tergeletak lemas diranjang pasien. Wajah pucat, tubuhnya terasa panas, napas terdengar tak begitu beraturan. Aku terus menggenggam tangan kurusnya. Aku memandangnya matanya terlihat tergerak-gerak seperti terusik sesuatu. Kumencoba untuk mengelus lembut pipinya lalu kesurai rambutnya mencoba memberi kenyamanan. Napasnya tiba2 memburu juga kerutan dikeningnya menandakan mungkin jika ia mimpi buruk.
"HAHH.. hahh.. "
Baekhyun membuka matanya dan otomatis genggaman tangannya lebih erat. Matanya mengedarkan keseliling dan berhenti tepat menatap kemanik mataku.
"Dimana.. ini ?" lirihnya hampir menyerupai bisikan.
"Kau ada dirumah sakit. Istirahatlah lagi."
"Pergi." katanya
...
"Aku pergi." katanya lagi sambil berusaha duduk. "A-ah... " desisnya pelan.
"Tetaplah disini. Istirahatlah. Aku akan menjagamu Baekhyun."
"Berhenti memperlakukanku seolah aku lemah."
"Aku tak melakukannya. Karena kutahu kau memang tak lemah."
Seketika Baekhyun menghentikan pergerakkannya dan menatapku dalam. Jujur inilah pertama kalinya ia memandangku. Maksudku benar2 menatapku seolah aku ini ada. Aku senang ia akhirnya menatapku. Tidakkah aku terlihat berlebihan. Tapi aku sungguh berharap ia bisa memandang keberadaanku seperti ini. Bukan seperti sebelumnya yang hanya menatapku sekilas lalu berlalu begitu saja dan melupakanku seperti sebuah hembusan angin.
"Apa yang kau inginkan dariku ?hm." tanyanya masih dengan menatapku.
"A-aku.. Entahlah.. melihatmu masih hidup. Aku lega."
"Tidak ada maksud lain ?"
Tentu saja aku ingin memilikimu Baekki.
"Memang apa yang kau harapkan ?" tanyaku balik.
...
...
"Aku harus pergi." katanya lagi berusaha untuk bangkit dari berbaringnya.
"Jangan keras kepala. Kau baru saja kehilangan banyak darah."
"Apa pedulimu. Biarkan aku pergi."
"Baiklah. Silakan pergi jika kau sanggup." kataku sambil meminggirkan tubuhku seolah mempersilahkan ia boleh pergi tanpa kucegah sedikitpun.
Kulihat ia mendengus kesal lalu tetap berusaha untuk turun dari ranjang. Ia berusaha untuk turun dari ranjang sambil meremas erat sprei putih itu dan sebelah tangannya memegang kepalanya seolah itu terasa pening cukup berat.
Bodoh jika aku tak tega melihatnya terus memaksakan dirinya seperti ini. Ingin sekali aku segera meraih bahunya dan menopang tubuhnya padaku. Tapi aku berusaha menahan tubuhku agar tak membantunya, aku menunggu seberapa kuatnya Baekhyun melawan rasa sakit ditubuhnya itu. Hingga sesuatu terjadi pada dirinya ketika akan beranjak baru beberapa langkah.
BRUKK
Baekhyun tak sadarkan diri lagi. Tubuhnya lemas tak berdaya. Aku menggendongnya lagi dan meletakkan di ranjang seperti semula. Memandangi wajah pucat itu lagi membuatku tersenyum miris melihat wajah damainya saat ini.
"Pabbo." gumamku sambil mengusap pipinya.
Aku segera memanggil dokter lagi.
.
.
.
.
.
.
SRETT
Aku membuka korden apartemenku. Ini pagi hari pertama kalinya untukku merasa sangat hidup. Sekilas aku mengedarkan pandangan keluar jendela dan melihat pemandangan kota Seoul lewat sini. Aku menghirup udara segarnya dan tersenyum lebar seperti biasanya.
"Nngh.. "
Lengusan kecil itu menyadarkanku. Aku melihat sosok gadis yang bergelung di balik selimutku itu. Wajahnya terlihat lucu ketiba baru bangun. Aku terkekeh pelan melihatnya yang justru mengeratkan selimutnya lagi dan mencoba kembali kealam mimpi. Sungguh ingin sekali aku mengecup bibirnya ketika mengerucut lucu sadar cahaya silau menerpa wajah manisnya.
Mengingat wajahnya yang semalam terlihat lusuh dan berbanding terbalik dengan wajahnya yang sekarang.
Tentang semalam aku berbicara keras dengan dokter berusaha untuk membawa Baekhyun pulang. Walau tidak kerumah Baekhyun tapi setidaknya membiarkan yeoja manis itu menenangkan pikirannya diapartemenku. Dengan segala jenis obat yang kubawa pulang untuk kesembuhan Baekhyun.
.
.
.
.
.
.
"Baek~ irreona~ waktunya kau sarapan dan minum obat."
"Nng.."
"Baekki~ irreonayo~" kataku sambil mengusap rambutnya.
Baekhyun menggeliat pelan dan merentangkan kedua tangannya keatas dan mengerang ala orang baru bangun tidur.
"Nng.. Siapa kau ? hm.. dimana ini ?" Tanyanya saat menyadari ini bukanlah kamarnya.
"Kau benar2 melupakanku yaa.. " kataku sambil terkekeh pelan. "Ini apartemenku. Jangan khawatir aku tidak berbahaya. Sekarang waktunya sarapan dan minum obat Baek~ " sambil menyodorkan sesendok bubur kemulutnya.
Baekhyun menggelengkan kepalanya menjauhkan dari suapan yang kuberikan.
"Nng.. Aku tidak lapar. Kau makan saja sendiri." katanya sambil menyimpulkan kedua tangannya didepan dada.
"Tapi kau harus makan Baek~ demi kesembuhanmu. Jja.. buka mulutmu."
"Sudah kubilang aku tidak MA-aa... hhmpt."
"Begini kan lebih baik. Anak pintar."
Baekhyun merenggut kesal ketika aku langsung memasukkan sesendok bubur kemulutnya tiba2. Mulutnya sibuk menguyah makanan tapi bibirnya juga tak berhenti berdumal kesal.
Aku terkekeh pelan melihatnya yang terlihat lucu dan menggemaskan dengan pipi menggembung penuh bubur.
Kau manis sekali Baek~
.
.
.
.
.
"Kau mau kemana ehm-m... ?"
"Chanyeol. Aku Park Chanyeol, Baek~ Kau sungguh tak mengingatku eoh ?" aku terkekeh lagi sambil membenahi jaketku ,"Aku pergi sebentar. Kulkasku sudah kering waktunya untuk isi ulang. Aku tak akan lama. Jadilah anak baik selama aku pergi Baek~"
Aku sudah akan meraih knop pintu tapi ia memanggilku.
"C-chanyeol bolehkah aku pinjam ponselmu ?"
Aku memandangnya sebentar.
"K-kalau tak boleh sudahlahh.. "
"Ini. Pakai sepuasmu. Tapi ingat jangan mencoba kabur jika keadaanmu masih tak memungkinkan. Arraseo ?" kataku sambil menyodorkan ponselku padanya.
"Hmm. Ne." jawabnya pelan sambil mengangguk lucu.
Aku tersenyum melihatnya yang mulai tak keras kepala lagi dan mulai menuruti perkataanku. Aku mengacak surai rambutnya sebelum pamit untuk segera pergi.
"Gomawo.." ucapnya ketika aku hampir menutup pintu apartemenku.
.
.
.
.
.
.
Baekhyun POV
"Yeobsoyo ?" Suara dari seberang sana.
"Ini aku."
"Baekhyun ? Benar ini kau ? dimana kau sekarang ? kau membuat kita khawatir Baek~ Eomma tak bisa tidur karna memikirkanmu. Perasaan eomma tak enak sedari kemarin karenamu Baek~ Sekarang kau ada dimana Baek ? apa kau baik2 saja ? Pulanglah Baekkie sayang~ Jangan kabur seperti anak kecil seperti ini Baek~ Eomma mohon pulanglah.. "
"Cihh... Aku tak sudi pulang. Aku nyaman disini. Dan jangan cemaskan aku lagi. Aku bisa menjaga diriku sendiri."
"Baek~ Jangan bicara seperti itu lagi... Eomma tak ingin kehilanganmu lagi sayang.. Kumohon pulanglah Baek."
"Biarkan aku sendiri. Maka akan baik2 saja."
"Tidak Baek.. Kumohon jangan pergi dari rumah lagi.. Eomma tak bisa tenang jika kau tak berada dirumah ini sayang.. hiks.."
...
"Baek.. ? ?"
...
"Baekkie sayang.. ? Kau masih disana kan nak ?"
...
"Mianhae Eomma. Aku harus pergi."
"Tidak. Tidak. Baek ? BAEKHYUN ? BAEK-... "
TUUTTTT... TTUUUTTTT
Baekhyun POV end
.
.
.
.
.
.
Hari ini SHS tempat ku dan Baekhyun belajar terlihat sangat antusias menyambut kami yang baru saja datang bersama menggunakan mobilku. Bagaimana tidak ? Pasalnya Aku dan Baekhyun tak pernah saling bersama kecuali sahabat2ku yang memang yeojachingu nya teman dekat Baekhyun.
Semua siswa menatap kaarah kami penuh tanda tanya besar. Namun aku berusaha menetralkan ekspresiku seperti biasanya. Aku memandang Baekhyun sekilas ia tampak menutupi perban di pergelangan tangan kirinya juga berjalan sambil menunduk entah malu karena tengah diperhatikam hampir seluruh siswa atau memang gugup jika ada yang menyadari luka ditangannya.
Aku berjalan menghampirinya dan menggandeng tangan kanannya sudah dipastikan otomatis semua pandangan para siswa akan teralihkan pada pertautan genggaman tangan kami dan tak akan fokus melihat perban ditangan kiri Baekhyun yang mungkin memang membebani pikiran Baekhyun sejak turun dari mobil.
Aku mendekatkan kepalaku kearah wajahnya lalu memiringkan kepalaku dan berbisik tepat ditelingnya ."Semua akan baik-baik saja. Tersenyumlah seperti biasanya." Setelahnya aku menegakkan tubuhku kembali dan berjalan lurus kedepan menuju kelas Baekhyun. Aku tersenyum melihat rona merah dipipinya yang sempat kulihat saat aku berada sangat dekat dengannya.
Baekki~ kau manis sekali. Andai kau juga merasakan apa yang selama ini aku rasakan.
Aku akan selalu menunggumu Baekki~
Saranghaeyo
.
.
.
.
.
.
Sampai didepan kelas Baekhyun, aku baru melepas genggaman tanganku dengannya. Lalu aku melepas jam tangan rolex hitamku lalu meraih tangan kirinya yang diperban dan memakaikannya disana. Terlihat kebesaran memang ditangan kecilnya tapi paling tidak jam itu cukup lebar sehingga menutupi perbannya.
Baekhyun hanya diam dan sesekali menatap polos ketika aku memasangkan jam itu ditangannya. Aku yang terlalu gemas tanpa sadar langsung mencubit pipinya. Baekhyun menggerutu kesal dan memukul dadaku pelan. Aku tersenyum melihatnya yang mulai bersikap lunak terhadapku.
Akhirnya aku mengacak pucuk rambutnya sebentar sebelum pergi meninggalkannya.
"Jadilah anak yang rajin Baekkie~ Aku pergi dulu~ Jangan merindukanku yaa~"
"Dasar Park menyebalkan." katanya sambil membenahi rambutnya jangan lupakan bibirnya yang mengerucut lucu membuatku tak tahan ingin memgecupnya.
Oh ! Dan juga semburat merah dipipinya itu menambah kesan manis diwajahnya.
Ingatkan aku jika ini sekolahan. Andai ini masih di Apartemen atau masih didalam mobil kupastikan aku akan lepas kontrol dan akan meraup bibir cherry pink menggodanya.
.
.
.
.
.
Suasana kantin mendadak terasa beda dari biasanya. Tepatnya dimeja yang berada dipinggir sebelah kanan menghadap langsung kearah taman belakang sekolah. Sekumpulan yeoja yang terbiasa akan berbuat gaduh hingga membuat seisi kantin tergelak tawa kini tampak terlihat canggung karena mereka duduk dikelilingi namjachingu masing2. Kecuali aku.. Lebih tepatnya belum.
"Sejak kapan kalian jadi seakrab ini ? Setahuku kalian tak pernah terlihat bersama. Ya.. walaupun fakta si Peri Gigi ini tak henti2nya mengejarmu Baek. Tapi seriously Baek dalam hitungan detik kau langsung membuat Sekolah gempar akan kedekatan kalian sejak pagi tadi." tanya Luhan sambil menatap Baekhyun serius.
"Apa yang membuatmu langsung takluk sama makhluk ini dalam waktu sehari.. Terakhir kali aku melihatmu kemarin lusa sepertinya kau pulang sekolah sendirian. Tapi kenapa pagi ini tiba2 saja.. kau.. dan.. dia.. " tanya Kyungsoo sambil menunjuk Baekhyun dan Aku bergantian.
"Oke. Dengar. Aku dan Chanyeol tidak ada apa2. Seperti yang kalian lihat saat ini. Ayolah kalian membuat seisi kantin mendadak terasa horror kalian sadar. Aku pergi saja.. " kata Baekhyun seolah sengaja menghindari pertanyaan teman2nya yang menyinggung kedekatanku dengannya.
Belum sempat Baekhyun keluar kanti aku segera menginterupsinya.
"Tunggu Baek~ Aku ikut denganmu." kataku sambil akan beranjak tapi tanganku tertarik dan pantatku terduduk lagi dikursi kantin.
"Yak ! Sebenarnya apa hubungan kalian hingga menjadi sedekat itu eoh ? Jawab aku Chanyeol.. "
Kulihat semua teman2ku memang penasaran sekali akan hubunganku dengan Baekhyun sekarang. Fakta juga kalau teman2nya juga mengetahui perasaanku terhadap Baekhyun sejak tingkat satu terlihat sekali memang dari segala cara yang kulakukan agar dia memandangku terlebih mengingatku.
Aku menggelengkan kepalaku sejenak lalu memandang tanganku yang masih dipegang erat seolah tak membiarkan aku pergi begitu saja sebelum memberi jawaban yang pasti.
Plak
"Yak ! tidak harus memakai kekerasan juga. Kau ingin mati Hah ?" Sergah Kris yang melihat tangan pujaan hatinya Suho yang baru saja kutampik.
Salah sendiri menghalangi jalanku
Aku tak menghiraukannya dan langsung lari begitu saja.
"Mianhae~ " kataku yang sudah berada dipintu masuk kantin dan memberi V-sign kearah teman2ku setelahnya aku langsung pergi mencari Baekhyun.
.
.
.
.
.
Tap
Tap
Tapp
DEG
Beberapa orang berjas hitam formal tengah menarik tangan Baekhyun secara paksa hingga ke gerbang. Aku melihat Baekhyun yang tak hentinya meronta untuk dilepaskan. Kulihat sekeliling kenapa baru sadar tak ada yang menolongnya karena memang tak ada satupun siswa atau guru yang lewat sekalipun. Satpam ? Kulihat sekilas pos satpam.
Kosong ? Sebenarnya dimana Gentong berjalan itu ? Bahkan keadaan darurat seperti ini bisa sampai kelalaian. Dasar !
"LEPASS ! ARGHH... sakittt.. "
DEG
Kata2 itu lagi. Saat itu juga dia bilang , "sakit.. sakit.. sakitt...". Ini tak bisa dibiarkan lagi. Aku akan melindungimu Baekhyun. Apapun yang terjadi kau harus tetap hidup. Aku tak ingin kehilanganmu.
BUG. BRUKK
"Lepaskan dia. Kau tidak lihat dia sangat kesakitan HAH ?!"
BUG. BRUKK
"Ayo lari. Tunggu. Apa kau masih sanggup ?" tanyaku memandang wajahnya seperti masih menahan rasa sakit itu lagi. Tanpa pikir panjang lagi aku segera berjongkok membelakanginya dan menarik kedua tangannya agar melingkar dileherku.
"Cepat naik. Tidak ada waktu lagi Baekhyun."
Baekhyun menggeleng pelan namun seketika mendengar suara geraman bodyguard suruhan keluarga Byun itu mulai sanggup berdiri, ia langsung menaiki punggungku dengan tubuh yang terasa bergetar hingga aku dapat merasakannya dengan jelas.
Aku terus berlari karena sedari tadi aku mendengar suara teriakan dibelakangku itu juga terlihat tak ingin melepaskanku sama sekali. Napasku bahkan sudah tersenggal-senggal. Sungguh ini rasanya sangat sesak tapi demi Baekhyun aku harus bisa bertahan.
Aku melihat ada sebuah perempatan didepan sebelah kiri. Aku berlari sekencangnya dan mulai tak terdengar suara derap kaki lagi dari belakang.
BRMM
BRUKK
"argh.. hah.. " tubuhku terhempas kebelakang yang otomatis melepaskan tautan Baekhyun dileherku putus dan ikut terguling kebelakang.
Kakiku rasanya seperti ada engsel yang tergeser sehingga sulit menahan sakit juga ngilu bersamaan ketika aku berusaha berdiri. Aku mengedarkan pandanganku mencari Baekhyun namun rasanya dadaku rasanya ingin meledak melihat bodyguard itu menyeret tangan Baekhyun dengan paksa seperti tadi. Jangan lupakan tangan kirinya yang masih diperban itu terlihat ada bercak darah disana karena terlalu erat mencengkramnya. Aku tak kuasa melihat Baekhyun yang kesakitan.
Aku memaksakan kakiku untuk berdiri dan akan menghampiri Baekhyun.
BUG
"Kau pikir kau ini pahlawan hm ?!" katanya sambil meludah disebelahku.
BUG
"Dasar bocah tengik tak tau diri. Rasakan itu. Haha... "
BUG
BRAK
BRUK
Tubuhku tersungkur sempurna ditanah. Darah mulai menghiasi disetiap sisi wajahku. Ingin sekali rasanya berteriak karena sakit dikaki sungguh membuat kepala ku ikut terasa pening. Aku berusaha tak ingin lebih mendramatisir lebih dari ini. Aku muak melihat mereka yang masih berusaha memaksa Baekhyun untuk masuk dimobil jip hitam itu. Aku berusaha berdiri dan menatap nyalang kearah seorang bodyguard yang sedari tadi ikut andil menghabisiku.
"Oho ! lihatlah bocah ini. " Katanya sambil merenggangkan otot2nya seolah siap tanding denganku. "Mari bertarung secara Pria bocah tengik. Jangan pernah berpikir untuk berani menjadi pahlawan jika kau hanya akan berakhir menjilat darahmu sendiri."
Aku berhasil berdiri sempurna walau harus dengan menahan sakit luar biasa dikaki kananku. Aku menatapnya tajam begitupun juga dengannya.
"Mari kita selesaikan ini bocah. Kuharap kau tidak akan merengek pada Eomma mu setelahnya."
Aku geram mendengar semua ocehannya. Emosiku mendukung untuk situasi ini lagipula tanganku sudah gatal sedari tadi.
BUG. BUG. BUG.
SRET. BRAKK
"YAK ! KAU AKAN MATI DITANGANKU BOCAH TENGIK !" katanya penuh marah karena aku berhasil menghabisinya dan mendorongnya hingga terbentur tong2 besar berkarat digang kecil tak jauh dari tempat jalan raya tempat kubertarung dengan mereka.
Aku tersenyum meremehkan kearahnya lalu sambil menirukan meludah tepat didepan matanya. Aku baru akan beranjak menghampirinya namun..
"AAAAAARRGGHHHHHHHHH... Chanyeol.. "
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
FF baru untuk ChanBaek or BaekYeol shipper.
Masih bimbang mau dikasih sad end or happy end ?
Hanya 2 chapter dan masih dalam pembuatan next chapter nya tergantung review pengen dibuat sad end yang Mungkin bisa buat kalian nangis Atau pengen yang happy end Aja ...
RnR please ^^
Salam Choi Di Jee imnida
Annyeong..
