Kenapa Kau Tidak Menelponku

Genre : Drama, Yaoi, Hurt/Comfort, AU

Rate : T

Length : 1.169 Words

Warning : OOC, GaJe, Alur cepat (siapa tahu =_=), Only Kuroko's POV, Sho Ai, EBI tak sesuai, dll

Pairing : AkaKuro (Akashi Seijuurou x Kuroko Tetsuya)

Disclaimer : Characternya tetap milik Tadatoshi Fujimaki-san. Saya hanya pinjam karakternya Cuma buat kesenangan baik pribadi maupun readers.

Summary : Aku kangen kamu tapi aku takut untuk menelponmu. Only Kuroko's POV.

"aaaaaaaa" (Percakapan biasa)

("aaaaaaa") (Berkata dalam hati)

"aaaaaaa" (Flashback)

"aaaaaaa" (Bicara lewat telepon/SMS)

Bacotan : Hai, Shinju Hatsune is back. Silahkan baca fanfic tentang AkaKuro dan ane ingatkan ini Yaoi. Udah itu aja. Langsung saja ke TKP.


Aku sedang kencan dengan Akashi-kun dan dia memakai jaket baru miliknya kemudian dia pergi menghilang begitu saja di tempat seramai ini. Padahal ini kesempatan bagus untuk menghabiskan waktuku dengan Akashi-kun semenjak kita LDR karena sekolah yang berbeda. Yep, Aku dan Akashi-kun berpacaran semenjak winter cup. Aku masih mencarinya di tengah keramaian tapi tidak kunjung ketemu juga.

Aku benar-benar tidak tahu kau pergi kemana aku terus mencarimu, tapi tidak ketemu juga. Kau juga pernah bilang padaku bahwa 'Aku sungguh mencintaimu...' dan aku merasa kalau aku tidak percaya padamu akankah aku bisa merasakan lega? Aku menatap fotomu lewat ponselku dan berpikir aku ingin menelponmu.

Aku ingin bilang bahwa 'Aku kangen kamu, Akashi-kun... Kamu tidak kangen padaku?' dan aku tidak berani menelponmu malah aku menunggu telepon darimu. Aku menantikannya saat itu. Malah benar-benar menantikannya.

Tapi, aku takut kamu berkata 'Ini siapa ya?' saat aku yang duluan menelponmu dan karena itulah aku tidak berani untuk menelponmu saat itu. Ada saatnya Tuhan berlaku adil padaku. Karena Akashi-kun tiba-tiba muncul di hadapanku.

"Maaf membuatmu menunggu, Tetsuya." Kata Akashi-kun minta maaf padaku. Aku mulai merengut di hadapan Akashi-kun.

"Aku takkan memaafkanmu karena sudah membuatku khawatir dan menunggu disini, Bakashi-kun." Kataku merengut.

"Maaf, tadi ada keperluan mendadak dan antrian di Majiba lebih lama daripada biasanya. Nih, kubawakan kau vanilla milkshake." Kata Akashi-kun tersenyum di hadapanku dan langsung saja aku menerimanya kemudian aku minum hingga tandas. Meski begitu, aku tahu Akashi-kun mungkin akan begitu lagi kepadaku.

Aku benar-benar menghabiskan waktu dengan Akashi-kun saat itu dan dia benar-benar menikmati kencannya. Begitu juga denganku dan dia bilang dia akan menemuiku lagi sekaligus menunggu di tempat biasa.


Keesokkan Harinya...

Tuh kan, benar apa kataku. Akashi-kun membuatku menunggu lagi. Rasanya ingin kutinju perutnya dengan Ignite Pass milikku dan entah kenapa aku menangis karena Akashi-kun tidak ada disini. Untunglah, aku memiliki hawa tipis. Jadi, aku tidak malu buat menangis di tempat umum seperti ini.

Hei, Bakashi-kun aku kangen kamu kamu tidak kangen denganku? Aku mengecek ponselku yang ke 500 kalinya dan kau tidak menelponku. Padahal aku selalu menunggu telepon darimu. Kalau kau memang membenciku, setidaknya jujur padaku.

"Misalkan saja apa karena aku memiliki hawa terlalu tipis? Apa karena aku tidak menuruti perintahmu? Apa karena aku terlalu diam? Apa karena aku terlalu emotionless? Apa karena aku terlalu membosankan? Apa karena aku selalu menyakiti hatimu dengan kata-kata pedasku? Apa karena aku cemburuan? Apa karena aku tidak pandai dalam berkata-kata? Apa karena aku terlalu lemah? Apa karena aku terlalu menggoda di hadapan laki-laki lain? Apa karena warna rambutku terlihat menyedihkan? Ah, aku tahu, karena aku gampang tidak sabaran? Hei, Akashi-kun... Aku akan berubah... Aku akan berubah demi dirimu..." Kataku kemudian aku menangis lagi seakan tidak sanggup mengeluarkan kata-kataku lebih dari ini.

Aku kangen Akashi-kun. Sungguh aku kangen kamu. Kamu tidak kangen padaku karena kau terlalu sibuk? Aku selalu menunggu telepon darimu dan terus menunggu hingga kau menelponku. Aku takut kamu bilang 'Ini siapa, ya?' kalau aku yang menelponmu duluan dan karena itulah aku tidak berani untuk menelponmu.

Nigiyakana machi no naka he

Narenai jaketto de kakete sono mama kieta

Iki bashou mo shiranai kara

Sagasu koto sae dekinai de iru

Ponselku berbunyi dan aku melihat ada nama Akashi-kun di nama ponselku. Tanpa berpikiran cing cong lagi aku pun mengangkat telpon darinya.

"Halo, Akashi-kun." Kataku sambil menghapus air mataku.

"Halo, Tetsuya. Kamu dimana?" Tanya Akashi-kun di balik telepon.

"Aku ada di tempat biasa dimana aku diminta untuk menunggu olehmu." Kataku.

"Oh, begitu. Aku akan kesana. Tapi, jangan putuskan sambungannya, ya." Kata Akashi-kun.

"Baiklah." Kataku tersenyum lembut.

"Tetsuya, kau habis menangis, ya?" Tanya Akashi-kun.

"Tidak, siapa bilang aku menangis?" Tanyaku balik.

"Jangan bohong padaku, Tetsuya." Kata Akashi-kun. "Lihatlah ke depan." Kata Akashi-kun lagi aku menuruti perintah Akashi-kun kemudian aku menoleh ke depan sesuai yang dikatakan oleh Akashi-kun. Aku kaget karena Akashi-kun sudah ada di depanku dan aku memutuskan telepon begitu juga dengan Akashi-kun. Kemudian, dia memelukku dengan erat.

"Akashi-kun sejak kapan kau disini?" Tanyaku.

"Sejak aku menelponmu." Kata Akashi-kun. "Aku tidak membencimu kecuali kau memang begitu tergoda di hadapan laki-laki lain termasuk aku sekalipun. Aku mencintaimu karena kau adalah Tetsuya yang memiliki keberadaan tipis tapi aku selalu bisa menemukanmu melalui Emperor eye milikku, selalu menentang perintahku tapi itu yang kusukai darimu, emotionless tapi aku memiliki cara agar ekspresimu yang sesungguhnya bakal muncul dari wajahmu, Kau memang suka menyakiti hatiku dengan kata-kata pedasku tapi itu ciri khas dari Tetsuya, kau memang memiliki fisik lemah tapi kau memiliki mental kuat, warna rambutmu tidaklah menyedihkan bahkan warna rambutmu begitu indah, Tetsuya memang selalu tidak sabaran tapi itu tidak benar." Kata Akashi-kun menarik napasnya kemudian dia mulai berbisik ke telingaku.

"Buktinya, kau bersabar berhadapan denganku dan semua keabsolutanku. Kau tidak perlu berubah. Tetaplah seperti ini demi diriku." Kata Akashi-kun kemudian dia mencium bibirku dengan lembut dan aku membalasnya.

Ah, sudah berapa lama aku tidak merasakan bibirnya. Mungkin karena semenjak aku menunggu Akashi-kun terlalu lama dari kemarin hingga hari ini bahkan aku takut menelpon Akashi-kun karena bakal ditanya 'Ini siapa, ya?'. Setelah itu, kami berdua melepaskan pagutan bibir kami dan Akashi-kun memelukku lagi.

"Akashi-kun, aku kangen padamu. Kamu tidak kangen padaku?" Tanyaku kemudian dia tersenyum kecil sambil mencium keningku dengan lembut.

"Tentu saja, Tetsuya. Aku kangen padamu bahkan aku memikirkanmu terus." Aku begitu senang hingga aku menangis diam di dalam pelukannya untuk melimpahkan rasa kesal, kecewa, marah, senang, sedih, rindu secara bersamaan dan Akashi-kun membalasnya dengan mengelus rambutku dengan lembut bahkan aku bisa melihat senyum lembutnya yang dia lontarkan padaku. Aku benar-benar mencintainya. Tidak peduli, dunia memusuhi kita, aku tetap akan bersama Akashi-kun selamanya.


THE END (おわり)

Kembali lagi dengan Shinju Hatsune. Ini terinspirasi dari lagu Renraku Mada yang dinyanyikan oleh Wotamin dan situasinya benar-benar cocok denganku saat ini. Ane benar-benar bertanya dalam diri ane. Misalkan saja apa ane terlalu labil? Apa ane tidak jelas? Apa alur fanfic ane terlalu cepat? Apa ane terlalu wibu? Apa fic ane kebanyakan gaje? Apa fic ane masih ada kekurangan? Ah, ane tahu apa ane harus berhenti jadi author? Tolong utarakan lewat review yak. Kalau misalkan ane memang berhenti maka ane akan berhenti dan menghapus fic ane. Sudah dulu.

Sign Of Love

Shinju Hatsune