SEMUSIM

Saat ini kita bertegur sapa,menjalin sebuah hubungan karena bertemunya satu rasa yang sama.

Tapi, jika semua hal itu terjadi pada satu musim saja, jika suatu hari berganti musim yang lain akankah tetap terpaut pada perasaan yang sama?

Disclaimer: A Naruto belong to Masashi Kishimoto

PERINGATAN!

AU, typo(s), OOC (bacaan hanya diperuntukkan usia diatas 17tahun)

Main Chara : Naruto X Hinata

oOo

Usai membaca sebuah buku, Uzumaki Naruto mengalihkan pandangannya pada jendela kamar yang kala itu diluar sedang turun hujan dengan derasnya.

Berbagai pikiran berkecamuk dalam benaknya membuatnya menjadi seseorang yang apatis.

Dirinya yang dulu bagai telah lapuk hanya oleh sebuah peristiwa. Sorotan mata yang dahulu penuh dengan semangat, kini redup seperti tidak ada gairah kehidupan lagi.

Naruto merasa miris pada dirinya sendiri, perang bathin yang kadang membuatnya semakin terpuruk mengakibatkan rasa hambar pada hari-harinya.

Berbagai saran dari kerabat bahkan keluarganya, tak pernah ditanggapi, ia selalu mengacuhkannya begitu saja.

Dirinya yang dulu, telah hilang bak sampan yang sedang mendayung ditengah laut lalu terdampar oleh ombak dan tenggelam.

Upaya melawan kenyataan yang telah terjadi hanya sia-sia, berharap pada satu hal yang kemungkinannya sangat tipis hanya menghabiskan waktu.

Benci dirinya jika ia harus mengakui bahwa saat ini hatinya sangat kesepian.

Menghela nafas, hanya itu yang dilakukannya. Sejenak memejamkan matanya membiarkan diri terlelap dalam kedamaian dan menghiraukan segalanya.

"Naruto.."

Sebuah suara yang memanggil namanya membuyarkan lamunannya dan dengan terpaksa ia membuka matanya.

"Kakek genit?" Mata saphire nya melirik pria paruh baya yang sedang berjalan kearahnya.

"Tidak sopan sekali kau memanggilku dengan sebutan seperti itu! Aku ini seorang produser" omel Jiraiya yang sangat mengerti kondisi Naruto dan coba menghiburnya.

"Hahaha kau kan memang genit,apalagi terhadap gadis-gadis muda. Wajar saja semua aktrismu perempuan"

"Tapi tidak perlu sampai harus bongkar aibku seperti itu, Naruto"

Jiraiya tidak menyangkal akan fakta yang Naruto ucapkan, akan tetapi perkataan itu justru memicu pikiran yang sangat sensitif.

"Ngomong-ngomong masalah aktris, apa tidak ada yang menarik perhatianmu,Naruto?"

"Kau kan hanya mengenalkanku pada beberapa ekor saja, Kakek genit"

"Memangnya kau pikir itu hewan berekor? Mereka yang kukenalkan padamu adalah aktrisku yang sudah berkelas"

"Sebenarnya, apa yang ingin kau katakan? Aku sedang malas berurusan dengan wanita" Naruto mencoba menerka arah perbincangan selanjutnya.

"Kapan kau akan kembali bekerja?" Pertanyaan Jiraiya membuat Naruto enggan menjawabnya sehingga hanya menggelengkan kepala menandakan 'aku tidak tahu'. "Kita sudah hampir dua tahun diKumogakure, apa kau tidak berniat pulang keapartemen lamamu, Naruto!?" Jiraiya mengalihkan pandangannya pada jendela ikut menatap tetesan air hujan yang sedang turun kian mereda.

"Entahlah... Tak ada harapan, sekalipun aku pulang hanya akan memperburuk dan itu tak ada jaminan akan baik-baik saja meskipun aku berusaha menyembunyikannya"

Hening sejenak.

"Lusa aku akan keKonohagakure , mungkin kurang lebih aku akan kembali dalam waktu satu bulan" Mata Jiaiya melirik tajam.

"Pergilah saja, kau tak perlu mengkhawatirkan aku, jangan lupa titip salam pada orang-orang disana ya.. He he he" Cengiran Naruto tak ubahnya dipaksakan membuat Jiraiya tidak tega meninggalkannya seorangdiri, akan tetepi tuntutan kerjaan juga sudah mengejarnya.

"O iya, aku hampir lupa. Nagato memberiku, ini..."Jiraiya mengulurkan tangannya memberikan sesuatu pada Naruto.

"Paspor?" Naruto mengangkat sebelah alisnya setelah menerimanya dari Jiraiya.

"Iya, Nagato sekarang ada diTetsugakure, dia sedang dalam tahap teraphy. Mungkin kau bisa membantunya daripada hanya diam disini? Sendirian pula!" Jiraiya segera berlalu membiarkan Naruto yang masih penuh dengan tanda tanya.

oOo

KRIET...

Bunyi sebuah pintu mengalihkan pandangan sepasang mata amethyst, perlahan tapi pasti mata itu semakin tajam seiring dengan pintu yang terbuka semakin lebar.

"Apa ada orang didalam? Hallo?!" Teriak seseorang dibalik pintu, lalu perlahan sosok itu masuk dan menutup pintu. Mata biru itu menatap sekeliling ruangan tersebut dengan seksama sehingga pada detik berikutnya pandangan mata mereka, Saphire bertemu dengan Amethyst.

"Hinata?" Sosok itu menyebutkan nama sipemilik manik mata yang bersemu ungu.

"Naruto?" Perempuan yang dipanggil Hinata pun memanggil nama laki-laki itu

"Kau kah itu Hyuuga Hinata?" Keterkejutan diantara keduanya setelah kurang lebih 3 tahun lamanya mereka tak saling sapa. "Sedang... Apa yang kau lakukan disini?" Naruto berjalan kearah Hinata yang sedang terpaku.

"Naruto! Apa kabar?" Tiba-tiba seorang pria berambut merah panjang menepuk pundaknya.

"Kak Nagato! Kau sudah sehat?"

"Memangnya aku kenapa?"

"Bukannya kau sedang sakit?"

"Yah begitulah, seperti yang kau lihat sekarang" Nagato melirik tongkat yang berada disamping kirinya. "Kukira kau masih betah diKumo heh!"

"He he he, Kakek-genit itu pulang ke Konoha jadi ya terpaksa aku kesini"

"Begitukah? Apa kau sudah membawa pakaian yang cukup? Sepertinya besok akan ada badai salju"

"Baru juga sampai dan belum sempat jalan-jalan sudah mau disambut badai, keterlaluan sekali"

"Jangan cerewet, cepat bereskan barang-barangmu. Kita akan segera makan malam" Nagato berjalan kearah dapur "Hinata, Bisakah tolong antarkan Naruto kekamarnya?"

"Ah kau tidak perlu repot-repot. Tunjukkan saja jalannya agar aku tidak tersesat" Dengan tampang bodohnya Naruto percaya diri berjalan menaiki anak tangga dan membuka sebuah sebuah pintu.

"Kau akan tidur disana?" Nagato melirik Naruto "Itu perpustakaan sekaligus ruang kerjaku, disana ada anjing peliharaanku, kalau kau siap dicakar dan menambah coreng pipimu tak masalah tuh"

"Hihihi.." Hinata tertawa kecil melihat Naruto yang tidak berubah seperti yang dikenalnya semasa kuliah dulu.

"Apanya yang lucu?" Menahan malu hingga terpaksa membuang muka.

"Ehem.."Hinata berusaha untuk tidak pecah lagi tawanya didepan Naruto "Mari..."Ucapnya dengan lemah lembut.

oOo

"Hinata.. Maaf merepotkan, tapi terimakasih telah membantuku" Naruto masih setengah hati malu atas kecerobohannya tadi.

"Tak apa Naruto.." Hinata tersenyum maklum "Sudah tugasku menggantikan Kak Nagato selama beliau sakit"

"Hehehe kalau begitu besok-besok aku akan membantumu deh" Naruto nyengir dengan lebarnya, dan itu membuahkan sesuatu yang ganjil pada hati Hinata.

oOo

Bersambung...

Terimakasih telah menyempatkan membaca FanFict pertama saya :)

Silakan tinggalkan jejak anda (bagi yang bersedia)

*saya menulisnya+mempublishnya via handphone jadi diharap maklum karena paragrafnya

Salam damai..

Keep calm and keep stay cool,

We are family :D

NaruHina Lovers