Warning : OOC, Nggak ada batasan EYD, nggak ada batasan typo, Garing dan Ega nggak nerima Flamer dalam bentuk apapun :3 oh yeah~~
Summery : Takdir menyedihkan yang membelenggu Naruto, membuatnya harus rela berjibaku diatas siksaan dunia yang kejam. Hidup sebatang kara membuatnya tumbuh menjadi remaja yang kuat. Namun tak selamanya takdir menyedihkan itu menyelimutinya, dibalik semuanya itu terselip sebuah takdir besar di masa depannya yang akan mengubah total hidupnya yang sengsara!
"Kau cucuku, ahli waris sah dari seluruh perusahaan prostitusi milik Kakekmu ini.. dan hanya kau yang pantas menyandang marga Senju dibelakang namamu..!!"
"Naruto, kau berhak mendapatkan kebahagian yang hakiki di dunia ini!!.."
Disclaimer : Masashi Kishimoto
NAIK DERAJAT
--
--
--
Naruto POV
Pernahkah terlintas dipikiran kalian jika, suatu saat kalian akan ditempatkan pada situasi yang sangat sulit?
Yah, di situasi yang Aku jalani ini.
Setiap hari tanpa henti selama 16 tahun. Apa benar sudah 16 tahun ya? Aku tidak ingat sudah menginjak usia berapa Aku sekarang, apa mungkin 16 atau 17 tahun..
Yah usiaku disekitaran dua angka itulah, Aku masih sangat muda dan juga Aku masih bersekolah kok.
Menurutku dunia ini tidak adil!
Kenapa?
Karena Aku merasakan penderitaan tiada henti, setiap hari Aku selalu sibuk berkutat dengan berbagai jenis pekerjaan. Mulai dari pagi hingga malam Aku hanya sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupku sehari-hari. Sampai jatah tidurku saja terpotong 5 jam perharinya, alhasil hal itu membuatku mengalami insomnia. Dan perlahan-lahan merubahku menjadi makhluk yang nokturnal.
Aku memang hidup seorang diri, apa kalian tau penyebab aku hidup sendiri?
Itu karena aku anak yatim piatu, menurut orang-orang yang tinggal di pulau Gitzu ini. Aku adalah salah satu anak yang menjadi korban bencana alam waktu masih bayi.
Pada tahun kelahiranku, sebuah bencana alam yang maha dasyat membuat tempat tinggal orang tuaku di pulau Gitzu ini hancur dan rata dengan tanah, begitu juga dengan kedua orangtuaku yang meninggal ditempat akibat tersapu oleh gelombang ganas Tsunami dari bibir pantai Gitzu.
Dulu para relawan menjulukiku sebagai Lucy baby. Karena usai bencana Tsunami para relawan menemukanku tersangkut di sebuah batang pohon yang tumbang akibat kuatnya seretan arus Tsunami yang melanda pulau kelahiranku ini dan waktu itu Aku hanya mengalami luka lecet di bagian kepala. Sungguh bayi yang sangat beruntung! dan itu Aku!!
Pemerintah pusat memerlukan waktu selama 5 Tahun untuk perbaikan seluruh fasilitas yang hancur karena Tsunami yang terjadi di Pulau Gitzu. Otomatis kalian tau nasibku yang dibesarkan di dalam lingkungan pengungsian.
5 Tahun mengungsi membuatku sangat dekat dengan para relawan yang setiap hari mengurusku, memberikanku makan, dan mengajak Aku bermain. Saat usiaku empat setengah tahun, Aku bahkan sempat mengira jika salah satu dari relawan yang baik hati itu merupakan ayah dan ibu kandungku. Yaampun aku masih seorang bocah yang polos saat itu.
Untungnya salah satu dari relawan pemerintah itu tak mempermasalahkan jika Aku mengklaim mereka secara sepihak sebagai orang tua angkatku untuk sementara.
Namum kebahagiaan yang Aku rasakan saat di pengungsian seketika menguap ketika para relawan ditarik mundur oleh pemerintah. Alasan pemerintah menarik semua relawan baik hati itu karena, pemerintah pusat telah membangunkan fasilitas perumahan, pasar, dermaga, kebun pertanian yang baru dan fasilitas umum lainnya, jadi mulai saat itu para pengungsi (penduduk asli pulau Gitzu) di persilahkan untuk memulai hidup baru mereka di pulau Gitzu yang penuh akan pembaharuan.
Termasuk aku, anak yang hidup sebatang kara juga harus memulai hidup barunya di pulau Gitzu seorang diri.
Menyedihkan!
Aku pernah tinggal dipanti asuhan selama 7 tahun, disaat teman-temanku diadobsi oleh keluarga-keluarga kaya dari daratan utama. Aku hanya bisa menangis, karena satu-persatu temanku menghilang dan tidak pernah kembali.
Aku tumbuh menjadi anak laki-laki normal dan sehat tetapi kebanyak keluarga dari daratan utama pulau Ginza menginginkan anak perempuan untuk diadopsi. Otomatis Aku menjadi anak penghuni panti asuhan terlama yang pernah tercatat di buku tahun panti, sebab Aku sendiri tidak pernah masuk ke dalam daftar pilihan anak dari para orang tua pengadopsi.
Setelah Aku berusia 12 tahun, panti asuhan merekomendasikanku untuk tinggal di sebuah flat rumah susun, karena panti asuhan sendiri telah menerima banyak anak baru yang merupakan korban dari kasus sindikat penjualan anak internasional.
Ahh.. rasanya diusir saat masih belia membuatku sedih. Untungnya pihak panti asuhan memberikanku rumah flat yang nyaman dan setiap 1 bulan sekali mereka menjengukku untuk memeriksa keadaan kesehatan dan finansial yang Aku hadapi.
Berselang 1 tahun kemudian, semua perlakuan istimewa yang Aku dapat dari pihak panti asuhan terputus begitu saja dan tidak ada kabar sama sekali. Hal itu membuatku panik, seorang pria paruh baya yang tinggal satu deret dengan flat rumahku memberitauku jika Aku harus hidup mandiri, ia banyak berjasa karena selalu membantuku untuk menemukan pekerjaan yang mudah dilakukan untuk anak usia 13 tahun saat itu.
Terimakasih paman Umino Iruka...
Ok berlanjut mulai saat itu, Aku kian akrab dengan berbagai pekerjaan kelas buruh. Tetapi hasil baiknya Aku semakin punya banyak uang tabungan di buku rekeningku.
Hebat ya... Aku sudah punya buku rekening saat usiaku baru 13 tahun, itu karena nasihat dari paman Iruka, beliau mengatakan jika uangku tidak segera ditabung di sebuah bank. Maka besar kemungkinannya uang hasil kerjaku hilang atau tercuri, lingkungan tempat tinggalku yang padat membuat kasus kehilangan barang sangat tinggi di sana. Alhasil Aku harus rela tidak memegang uang cash demi keamanan bersama.
Ok Aku rasa sudah cukup cerita mengenai perjalanan menyedihkan hidupku beberapa tahun lalu. Sekarang Aku Naruto Kiriki (nama yang diberikan oleh para relawan), akan berusaha lebih giat agar kehidupanku bisa lebih mapan dan memiliki masa depan yang cerah nantinya.
Semoga saja..
Tolong kabulkan ya Kami-sama..
POV END.
Pulau Gitzu merupakan pulau dengan total luas 5.636.66 kilometer persegi, yang letaknya sangat dekat dengan daratan utama pulau Ginza yang menjadi pusat pemerintahan kota Tokyo.
Dulu sekali, pulau Gitzu dikenal sebagai markas raksasa para penjajah eropa yang membuka pusat pemerintahan mereka disana. Dikarenakan potensi jumlah emas dan rempah-rempah yang tinggi milik pulau Gitzu dan Ginza.
Membuat para penduduk asli pulau Gitzu dan Ginza menjadi bulan-bulanan para penjajah eropa selama ratusan tahun. Eksploitasi manusia dan sumber daya alam terjadi dengan skala besar-besaran saat zaman kolonial itu berlangsung.
Karena sebuah revolusi dan keadaan lelah selalu dijajah, akhirnya seluruh penduduk pulau Gitzu dan Ginza bergabung menjadi satu dan menyatakan perang kepada penjajah. Pertempuran antara penjajah dan penduduk pulau Gitzu dan Ginza terjadi selama 2 bulan penuh.
Setelah pihak Gitzu dan Ginza yang memenangkan peperangan lama tersebut, akhirnya kaum kolonial eropa memilih untuk meninggalkan dua pulau yang mansyur itu. Banyak korban yang jatuh dari kedua belah pihak selama perang 2 bulan tergelar. Tetapi kerugian sangat kentara dirasakan oleh kaum penjajah karena jumlah persenjataan yang minim dan tidak adanya bala bantuan yang datang ketika perang berlangsung, akibatnya setengah dari pasukan penjajah mati ditempat dan sisanya pulang dengan keadaan luka parah dan sekarat.
Setelah satu tahun bebas dari belenggu penjajahan, sistem pemerintahan pun mulai terbentuk dan semakin berkembang, sejalan dengan membaiknya keadaan kacau yang sempat terjadi seusai perang.
Puluhan tahun telah merdeka, pulau Gitzu dan Ginza tergabung dalam satu unit sistem kenegaraan, dan pemerintah sepakat untuk meletakkan pusat pemerintahan mereka di daratan utama pulau Ginza yang notabena memiliki luas 10 kali lipat dari pulau Gitzu. Dan ibu kota dari negara tersebut diberinama Tokyo.
"Oaaahhhmmmm..." Suara uapan yang lebar tak terlalu terdengar oleh Sensei botak yang sibuk menonton film sejarah kelam masa-masa penjajahan di pulau Gitzu dan Ginza.
Siswa yang duduk tideretan paling belakang, sudah beberapa kali menguap lebar. Matanya yang berwarna biru sejernih air lautan sesekali terkatup erat.
Coba kalian bayangkan, kira-kira siapa orang kuat jika disuruh menonton film kuno, dengan durasi 2 jam yang mempertontonkan sejarah kelam masa penjajahan. Yang benar saja!.
Jika anak berambut pirang pucat itu sih emoh, disuruh menonton film jadul itu berulang kali saat jam pelajaran sejarah berlangsung.
Kepala pirangnya jatuh diatas meja. Rasanya mengantuk sekali, anak lelaki bernama lengkap Kiriki Naruto resmi tertidur setelah dongeng panjang dari film jadul tersebut berkumandang.
"Ok anak-anak, pelajaran sejarah hari ini bapak cukupkan.. jangan lupa buat review dari film tadi dan kumpulkan minggu depan.." Sensei botak dengan tubuh kurus itu mencabut leptopnya. Tak berselang lama sahutan kompak dari seluruh muridnya terdengar memenuhi ruangan.
"HAIK SENSEI.."
Berlalunya Sensei yang mengajar mata pelajaran sejarah itu keluar dari kelas, langsung disambut sorak gembira dari seluruh siswa penghuni kelas.
Naruto langsung terkaget dari tidurnya. Terlihat dari shappirenya teman-teman kelasnya saling jingkrak-jingkrak saking senangnya terbebas dari pelajaran membosankan tadi.
"Aduhh... senangnya, hari ini hanya diputarkan film oleh Mizaki Sensei.. kau tau Aku bahkan sempat tidur tadi dan untungnya Aku tidak ketahuan..." Seorang menepuk pundak Naruto begitu keras. Sontak anak lelaki berwajah tampan dengan goresan halus tiga kumis kucing di kedua pipinya itu mendongkak malas kepada sang pelaku.
"Iya.. iya aku tau kau ketiduran, dengkuranmu kerasss sekali Shikamaru... sayang Mizaki Sensei tidak melihatmu ketiduran, jika saja dia melihatmu maka tamatlah riwatmu.." Balas Naruto, dengan seringai menyeramkan.
Teman sebangkunya itu melotot tak terima, tetapi setelahnya garis senyuman tergurat di wajahnya. Shikamaru terlalu asik bercanda jika sudah bersama Naruto.
"Pstt... lucu sekali, lucu sekali.. kau selalu mendoakan temanmu agar segera mendapat karma buruk ya.."
Naruto tak membalas, ia memilih untuk mengeluarkan bekal makanan yang ia buat sendiri sebelum berangkat ke sekolah tadi pagi. "Kau bawa apa, hari ini?" Shikamaru mencondongkan wajahnya guna melihat bekal makanan milik Naruto.
Melihat wajah Shikamaru yang begitu dekat dengan wajahnya langsung membuat Naruto jijik, jika saja cewek cantik yang merapatkan wajahnya pada Naruto sih tidak apa-apa, nah ini anak tetangga baru di flat rumahnya yang meringsek!
Naruto sih jadi enek liatnya.
"Duh menyingkirlah dariku.. Dasar Homo!"
"Dasar pelit, awas saja kalau kau minta bekal dari Kaa-sanku nanti.. aku tidak akan membaginya padamu!!.."
Naruto berbafas lelah, jika ancaman Shikamaru sudah menjurus pada bekal buatan Kaa-sanya maka Naruto akan jinak seketika.
Usut punya-usut, keluarga Shikamaru baru 3 bulan pindah ke flat perumahan tempat tinggal Naruto. Dan kabarnya mereka bertetangga, jadi selama 3 bulan ini, Naruto sering mendapat hadiah makanan gratis dari ibunya Shikamaru yang dermawan itu.
Dan kebiasaan comot-mencomot bekal makan siang sudah biasa terjadi pada dua anak manusia yang masing-masing memiliki warna rambut hitam dan pirang itu.
"Ok ok.. kau bisa lihatnya.. hari ini aku masak telur gulung.." Naruto menyodorkan kotak bekal makanannya, Shikamaru merapatkan sumpitnya dan dengan tampang polos ia mencomot satu telur gulung berukuran besar milik Naruto.
"Ahm.. rasanyua.. lumayuan..." Ucap Shikamaru sambil mengunyah.
"Kaa-sanmu masak kari ya.. Aku minta daging ayamnya ya.." Naruto mematuk satu iris daging ayam yang berlumur saus kari dengan sumpitnya. Satu bukaan lebar pada mulutnya sukses membuat daging ayam itu terkunyah sempurna dan tertelan dengan halus.
"Masakan Kaa-sanmu enak sekali..." Komentar Naruto.
"Itu pasti!.." Balas Shikamaru begitu bangga.
TEEEEETTTTT...
Bel istirahat berkumandang nyaring, Naruto yang sudah kenyang hanya berdiam diri saja didalam kelas, wajarlah ia membatasi aktivitasnya disekolah karena remaja tampan ini terlalu sering bergadang jadi waktu istirahat di sekolah ia manfaatkan untuk jam tambahan tidur malamnya.
Kerja keras Naruto sebagai tukang antar koran, pelayan rumah makan, pegawai toko buku dan buruh laundry membuat hari-harinya terasa berat, belum lagi tugas sekolah yang membebaninya hingga lupa waktu untuk tidur gara-gara mengerjakan tugas secara SkS jaman now.
Yah walaupun perjuangan hidupnya keras tapi Naruto percaya masa depannya akan berbalik 180 derajat dengan apa yang ia alami saat ini. Itu pasti dan ia selalu percaya!
"PERHATIAN KEPADA SELURUH SISWA AGAR BERKUMPUL DI AULA... KARENA AKAN ADA ACARA PEMERIKSAAN KESEHATAN DARI DINAS KESEHATAN PUSAT!!... SEKALI LAGI... bla bla bla..."
Keriuhan lagi-lagi mendera kelas yang Naruto huni, yaampun kenapa taman-temannya ini tidak ada yang bisa diam sih?
Dengan malas-malasan akhirnya Naruto menyeret kakinya untuk melangkah menuju aula sekolahnya. Shikamaru senantiasa berada dekat dengannya. Sebab suatu alasan Shikamaru lebih memilih berbaur dengan Naruto ketimbang orang lain.
"Hei Naruto? apa di sekolah ini sering ada pemeriksaan kesehatan macam ini?" Shikamaru berjalan sambil memegangi tengkuknya dengan kedua tangan. Naruto mengkerutkan alisnya, selama ia bersekolah di Hatsuma School ini. Naruto tidak ingat kalau tahun lalu juga ada pemeriksaan kesehatan dari dinas pemerintahan pusat.
"Seingatku sih tidak.. ini sangat aneh, tapi mungkin ini adalah program kesehatan dari Perdana Mentri Ginza yang baru.." Jawab Naruto dengan kalem.
Syukur sekali anak yatim seperti Naruto bisa bersekolah dengan membayar setengah dari uang spp bulanan. Karena pada dasarnya pemberian beasiswa itu tidak ada di semua sekolah swasta dan negeri. Baik di daratan utama pulau Ginzu dan pulau kecil Gitsu. Pemerintah mewajibkan biaya sekolah ditanggung seluruhnya oleh masing-masing siswa. Sebagai gantinya pemerintah justru meniadakan pemungutan pajak dalam bentuk apapun, baik itu pajak bangunan, kendaraan ataupun pajak toko dan hotel.
Sungguh sistem pemerintahan yang antimenstim!
Lalu sekolah Naruto adalah sekolah Swasta yang bernama Hatsuma School. Sekolah ini terletak didekat wilayah dermaga pulau Gitsu.
Karena wilayah sekolah Hatsuma School yang sedikit terpinggirkan, walaupun sebenarnya sekolah ini cukup populer. Siswa disana hanya mengenakan satu jenis seragam sekolah yaitu baju kemeja lengan pendek berwarna biru muda dan untuk laki-laki mereka mengenakan celana panjang berwarna biru tua kehitaman sedangkan murid perempuan mengenakan rok 5 cm diatas lutut dengan warna senada.
Kembali lagi ke tempat Naruto, Aula sekolahnya begitu sesak dijejali oleh seluruh murid dari 3 tingkatan. Yang mana para Kohai, atau yang mana para Sempai Naruto sama sekali tidak bisa membedakannya.
SKIP...
Pulang sekolah Naruto cepat-cepat berlari ke flat rumah susun yang ia tinggali. Ok untuk hari ini Naruto pantas dihukum karena lupa membawa seragam pelayannya.
Alhasil karena tidak mau terlambat bekerja, Naruto harus rela lari maraton ke rumahnya untuk mengambil baju gantinya yang ketinggalan.
"Oh fuck shit!.." Umpatnya penuh kata sayang.
SKIP..
Malam hari telah tiba, jam sudah menunjukan pukul 10 malam dan Naruto baru saja pulang dari tempat ia bekerja menjadi buruh cuci disebuah toko laundry terkenal. Gaji yang lumayan membuat Naruto tergiur untuk mengambil shif malam jika bekerja disana. Walaupun tugasnya jelas lumayan menumpuk jika di malam hari.
Saat ini remaja dengan rambut pirang pucat bergaya krimis itu masih menapaki wilayah dermaga. Rumahnya yang dekat dengan bibir pantai membuat Naruto hampir setiap hari melalui jalan dermaga ini saat ia mau pergi ke sekolah atau pulang dari bekerja.
Pantulan sinar terang dari sebuah Mercusuar yang berputar akhirnya mengenai tubuh Naruto yang diam membisu. Ia mengawasi puluhan jenis kapal mewah yang terparkir di dermaga pulau Gitzu.
Yaampun dibalik kesusahan yang Naruto derita di pulau Gitzu. Rupanya banyak orang kaya yang bersenang-senang dan menghabiskan waktunya di pulau Gitzu ini.
Perlu diketahui jika di jaman modern ini, pulau Gitzu telah banyak berubah. Beberapa tempat-tempat stategis dan berpotensi sebagai objek wisata telah dieksploitasi masal sebagai tempat berdirinya hotel bintang lima, club malam yang terkenal dan mall-mall besar. Intinya setengah dari wilayah Gitzu telah dikuasai oknum ber-Uang dan terbentuklah mini Lasvegas di Gitzu bagian tengah dan barat.
Sedangkan wilayah Gitzu timur terlihat seperti perkampungan kumuh. Penduduk asli Gitzu seolah terpinggirkan, terisolir dan mereka menetap secara terpisah dari gemerlap dunia mini Lasvegas di Gitzu barat.
Sungguh ironi, yang menyedihkan dan Naruto adalah satu dari ribuan penduduk Gitzu timur yang mengadu nasib dengan kerasnya dunia.
Gitzu timur tempat bagi para pecundang dan beban pemerintah, Naruto pernah membaca sebuah artikel di koran jika suatu saat nanti pemerintah akan memindahkan penduduk Gitzu timur ke sebuah pulau buatan dan tempat mereka tinggal sekarang akan diubah menjadi tempat hiburan malam sebagai cabang perluasan dari wilayah modern Gitzu tengah.
Naruto tidak habis pikir, mau jadi apa nanti penduduk Gitzu timur yang hidupnya pas-pasan seperti dirinya?
Apa mungkin hidupnya akan bergantung pada hasil laut saja? mengingat penduduk Gitzu timur akan di deportasi ke tempat terpencil seperti pulau buatan..
Hah.. memikirkannya jadi membuat Naruto meringis didalam hatinya.
SKIPP...
Pagi hari Naruto berjalan dengan normal. Dari pukul 5 pagi remaja enerjik itu telah siap dengan seragam sekolahnya. Hidup seorang diri rupanya mempermudah Naruto dalam segala urusan, ia tidak perlu merasa terbebani oleh apapun.
Setelah memanasi sedikit makanan sisa kemarin malam, akhirnya Naruto sarapan dengan kusyuk. Menghabiskan waktu 20 menit, setelahnya Naruto berangkat ke tempat percetakan untuk mengambil jatah sebaran koran yang harus ia kerjakan.
Ok sinar matahari yang menyembul dari laut timur pulau Gitzu memantul hingga ke kulit pucat remaja bemata shappire ini. Dengan semangat akhirnya koran terakhirnya telah Naruto antarkan ke rumah langganan.
Karena terbiasa pergi ke sekolah dengan berjalan kaki, Naruto jadi menghemat banyak uang sakunya sebab tidak menghabiskan uang untuk biaya naik kereta ekspres atau bus kilat agar sampai di Hatsuma School.
Didepan mata, gerbang besar Hatsuma School terbuka lebar. Naruto melangkahkan kakinya dengan kalem, sedikit senyumnya mengembang saat puluhan siswa sepertinya berlalu lalang di wilayah sekolah.
"Ohayoo Naruto-kun..."
Naruto menoleh ke belakang begitu mendapati seorang gadis menyapanya pagi-pagi. Senyum awetnya begitu membuat Naruto sejuk jika memandangnya.
"Ohayoo.. Shizuka.." Gadis dengan rambut hitam legam itu balik tersenyum. Deretan gigi depan yang rapi seolah terpamerkan dengan begitu sempurna.
Shizuka adalah putri kedua dari pak tua Umino Iruka, paman paruh baya yang dulu selalu membantu Naruto. Jadi Shizuka memang sudah kenal akrab dengan Naruto, rumornya sih Shizuka ini naksir berat sama Naruto.
Tapi siapa yang percaya? Karena Naruto sendiri belum tau kebenarannya.
"Hehe mau bareng ke kelas?"
"Boleh saja..." Singkat Naruto, didalam hatinya Shizuka bersorak gembira. Kapan lagi bisa jalan berduaan dengan gebetan disepanjang koridor sekolah. Rasanya cenat-cenut tak karuan.
Naruto merupakan sosok yang ramah, jadi banyak orang yang kenal akan sosoknya terutama Naruto sangat digilai oleh kaum ibu-ibu komplek yang memiliki anak gadis. Jatuhnya Naruto Kikiri adalah calon menantu idaman ibu-ibu komplek perumahan tempat Naruto tinggal.
Tak terasa jam pulang sekolah terdengar begitu lantang, seperti biasa Naruto buru-buru meningalkan kelas karena harus segera sampai di tempat kerjanya yang di restoran cepat saji.
Shikamaru yang terbiasa dengan kesibukan sobat karibnya itu hanya bisa memandang dalam maklum saja. sebegitu kerasnya remaja itu berjuang untuk hidupnya di dunia yang kejam ini.
Naruto menuruni tangga Hatsuma Schoool, dan sampailah ia pada pintu loby utama. Namun gerombolan anak-anak perempuan menutupi jalannya untuk bisa keluar. "Ada apa ini? kenapa ramai sekali!.."
"Huahh.. keren sekali deretan mobil itu begitu bersinar diterpa cahaya matahari..."
"Kira-kira mobil itu milik siapa ya.."
"Kyaaa.. jadi ingin punya satu dirumah.."
Curhatan manja dari barisan anak perempuan membuat Naruto mendengus dongkol. Ayolah pemuda kita ini sudah terlambat ke tempat kerjanya.
Karena kesabarannya sudah habis terpaksa Naruto menyerobot barisan siswi-siswi kurang kerjaan tersebut.
"Hei permisi dong.. aku mau lewat!.. aku harus keluar dari sekolah sekarang!!.."
"Permisi-permisi..!"
Naruto terjepit diantara gundukan depan-belakang bagian yang menojol dari tubuh siswi-siswi itu. Yaampun tubuhnya yang polos tertempeli oppai milik anak perempuan disana.
"Hei apaan sih..!!"
"Kyaaa...!!"
Teriakan gadis tadi membuat Naruto merinding. Itu salahnya karena mendesak masuk ke celah sempit gadis itu berdiri. "PERMISI AKU MAU LEWAT!!" Teriak Naruto kemudian.
SYUUTT..
Tatapan tajam terarah pada Naruto. Oh ok sepertinya ia harus kabur sekarang!
"Permisi ya.. aku mau lewat.." Kalem Naruto kemudian, rupanya siswi-siswi itu wajahnya cukup menyeramkan bila mereka marah.
"Kalau lewat, lewat saja! nggak usah pegang-pegang dasar MODUS!!.. dasar MESUM..!!"
Naruto cango ditempat setelah dua ponis image buruk jatuh padanya.
"Hei kalian!! bersikaplah yang sopan pada cucuku!!"
Suara sangat berat dan tertahan mengalun lantang dari seorang pria tinggi yang turun dari sebuah limosin hitam yang terparkir tepat didepan pintu loby utama Hatsuma School.
Naruto semakin membeku ditempat. Alisnya terangkat sebelah saat melihat pria berambut putih dengan potongan jabrik berdiri gagah dengan kaca mata hitam menutupi matanya.
"Hei, nak.. kau yang disana! kemarilah cucuku.." Pria bersetelan Tuksedo berwarna silver menunjuk Naruto dengan kaca mata hitamnya. Kini manik merah dari pria itu menatap haru wajah Naruto yang kebingungan.
"Apa maksudmu, A-a..aku!?"
Naruto menunjuk wajahnya sendiri, keadaan tiba-tiba hening disana.
"Tcih.. iya KAU! CEPAT KEMARI!.."
Kebiasaan marah-marah pria tua itu langsung muncul, lemotnya respon Naruto membuatnya mulai geram.
Naruto turun dari anak tangga dan kini ia berdiri tepat didepan pria berambut putih itu. "Apa kabar cucuku, maafkan kakek yang baru bisa menjemputmu sekarang.."
Naruto membulatkan matanya tak percaya, pada pria yang memeluknya dengan erat. Setelah pelukan itu terlepas para bodyguard yang mendampingi setiap sisi limosin itu langsung mengambil tindakan pengamanan.
"Aku tidak percaya! sebenarnya kau siapa? dengar ya Kek, Aku bukan cucumu!.. kau pasti salah orang!.. karena semua keluargaku sudah meninggal saat tragedi Tsunami 16 tahun lalu!!.." Naruto memberi penekanan disetiap kata-katanya. Tatapan shappirenya yang tajam membuat pria tua itu menyeringai lebar.
"Wajah ini percis seperti yang aku harapkan... kau memang benar anak dari garis keturunan Senju yang masih hidup..." Lelaki berjas silver itu masih saja bicara ngawur. Semakin lama Naruto tertahan disini maka dirinya akan semakin terlambat ke tempat kerjanya.
"Dengar ya Pak Tua! anda orang!.. saya harus segera pulang.. PERMISI!"
Tobirama Senju, mengisaratkan semua bodyguard nya untuk menahan Naruto dan memasukannya secara paksa ke dalam limosin pribadinya.
"HEI APA-APAAN INI LEPASKAN AKU!"
"Diam Tuan muda.. anda harus bersama Tuan Besar sekarang!!"
BLAMMM...
Pintu limosin tertutup
Tobirama membenarkan letak tuksedonya serta memasang kembali kaca mata hitamnya. "Cucuku ternyata seorang pembangkang.." Ucapnya lemah dan akhirnya Tobirama pun masuk ke dalam limosin dan membawa Naruto pergi bersama.
TBC
Ega nggak pernah niat buat oneshoot wkwkwk.. biarin aja ya :v
and last.. ega merasa bosen jika kuarga Naruto dari namikaze dan uzumaki mulu.. so kita cobak pakek Senju sekarang ya wkwk..
see you :3
