Kisah Kasih YunJae
.
.
YunJae Fanfiction
.
Jung Yunho, Kim Jaejoong
.
YAOI, Boy x Boy, typo (s)
.
.
A/N: Mungkin reader yang mampir kesini ada yang merasa familiar dengan ff ini, ya ini ff dari author yang bernama Jung S.A. Fujoyer, dan itu sebenarnya akun milik aku sendiri. Dikarenakan akun itu tidak bisa kubuka dan ingin meneruskan ff ini jadi ff ini akan aku pindahkan kesini dan seterusnya akan kupublish disini. Bagi yang sudah pernah membaca chapter 1 dan 2 ff ini aku beritahukan kalau tidak ada perubahan jadi yang sudah pernah membaca ceritanya tidak perlu repot membaca ulang. Cukup sekian pengumuman dariku, dan silahkan menikmati cerita ff ini ^^
.
.
Chapter 1: The Power of Love
"Kim Jaejoong, mulai detik ini kau harus jadi kekasihku!"
"Mwo? Kenapa bisa begitu? Kau tidak bisa seenak—"
"Tidak ada penolakan. Apa yang diinginkan Jung Yunho adalah mutlak."
Dan kelas yang cukup luas itu menjadi hening sesaat, seakan ikut menghayati proses pernyataan cinta tidak romantis dari sang ice prince sekolah ternama itu. Langkah sepatu Yunho semakin menjauh, diikuti dengan gerutuan halus dari kekasih barunya, Kim Jaejoong.
~####~
Jaejoong's POV
"Haahh…"
Sore yang melelahkan, dan sekarang ditambah dengan padatnya jalan raya kota Seoul yang membuat penderitaanku hari ini semakin lengkap. Eumm… tapi setelah dipikir-pikir lagi, saat ini bukan situasi yang membuatku sangat menderita sebenarnya. Yah alasannya adalah karena si tampan yang saat ini resmi menjadi kekasihku sedang duduk tepat di samping kananku, menatap datar jalanan di hadapannya yang dipenuhi mobil-mobil yang aku yakin tujuannya adalah rumah masing-masing.
Ah, apa aku lupa memperkenalkan diri? Baiklah, kalau begitu perkenalkan, namaku Kim Jaejoong, seorang namja tampan asal Chungnam. Aku biasa dipanggil Joongie oleh keluargaku atau teman-teman terdekatku. Aku salah satu siswa kelas dua di TOHO high school, sekolah ternama yang murid-muridnya adalah orang-orang berkantong tebal, alias kaya raya. Apa kalian berpikir aku adalah anak orang kaya? Kalau begitu kalian salah besar. Aku adalah anak appa dan umma yang hidup dalam perekonomian yang bisa dibilang menengah kebawah. Aku bisa bersekolah disana karena beasiswa pendidikan dari pemerintah setelah mengetahui seberapa cerdasnya otakku. Aku bukan bermaksud sombong, tapi nyatanya aku memang siswa tercerdas di TOHO high school, hohoho.
Dan sekarang kalian harus berkenalan dengan seorang namja yang sekarang sedang sibuk menyetir. Dia adalah Jung Yunho. Aahhh… dari namanya saja kedengarannya dia adalah orang yang keren, dan dia memang orang paling keren dan tampan di sekolah, atau mungkin di Korea Selatan, atau mungkin di dunia? Eheheh sepertinya aku berlebihan untuk yang terakhir. Dia adalah seorang namja yang terkenal sangat dingin dan cuek, sering berbuat onar dan jarang sekali berbicara, temannya saja mungkin hanya beberapa orang, tidak lebih dari lima orang kurasa. Tapi walau bagaimanapun sifatnya, dia adalah orang paling diidolakan di sekolah. Dengan modal wajah kelewat tampan, tubuh layaknya model-model majalah ternama, dan harta keluarganya yang begitu melimpah, siapa juga yang tidak mengidolakannya walau dengan serentet sifat-sifat buruknya. Dan sejujurnya aku juga termasuk salah satu fanboynya sejak lama.
Ya, aku bertemu Jung Yunho semenjak masuk SMA. Dia yang begitu bersinar dengan segala kelebihannya dengan mudah mengalihkan perhatianku semenjak kali pertama melihatnya. Awal mula aku hanya berpikir sekedar mengagumi Yunho karena tertarik dengan fisiknya. Tapi semakin lama aku memperhatikan namja itu, rasa itu semakin kuat. Jantungku yang akan berdebar tidak karuan jika tidak sengaja bertatapan dengan mata tajamnya, atau sekedar menatapnya saja dari kejauhan saja sudah mampu membuat wajahku merona begitu merah.
Dan saat istirahat makan siang tadi adalah momen yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Tentu saja, bagaimana bisa pangeran sekolah sekaligus tukang buat onar seperti Yunho tiba-tiba mendatangi kelasku lalu memutuskan seenaknya bahwa aku harus menjadi kekasihnya saat itu juga. Walau ketidakromantisan caranya mengajakku berpacaran itu sangat wajar, tapi yang menjadi tidak wajar adalah kenapa Yunho memilihku? Bahkan selama ini aku pikir Yunho tidak pernah tau ada makhluk sepertiku bernaung di sekolah ini. Dia selalu dikelilingi siswi-siswi cantik, seksi dan sama kayanya dengan Yunho, jadi kenapa tidak memilih mereka? Tapi sejujurnya aku sangat senang dia malah memilihku, apalagi setauku dia tidak pernah berpacaran dengan siapapun sebelumnya.
"Sudah sampai."
Lamunanku buyar seketika mendengar suara berat yang maskulin itu tiba-tiba berucap singkat. Apa katanya? Sudah sampai? Dan benar saja ternyata, mobil mewahnya sekarang memang telah berhenti tepat di depan pagar rumahku. Hei, bagaimana dia bisa tau alamatku?
"Jangan memasang tampang begitu. Tentu saja aku tau dimana kekasihku tinggal."
Aku hanya terbengong heran. Apa Yunho punya kemampuan membaca pikiran? Ahh masih banyak yang belum aku tau sepertinya dari makhluk tampan satu ini.
"N-ne, terimakasih sudah mengantarku Yunho-ssi." aku menatap Yunho sekilas lalu kembali menunduk menyembunyikan wajahku. Bagaimana mungkin aku sanggup bertingkah wajar jika menatap Yunho dengan jarak sedekat ini dan tanpa penghalang. Terdengar gumaman tidak jelas dari Yunho yang sebenarnya tidak jelas artinya apa, tapi kurasa maksudnya adalah mengiyakan ucapan terimakasihku.
"Eumm ka-kalu begitu aku.. masuk dulu ya. Sekali lagi terimakasih dan hati-hati di jalan." ucapku kembali setelah tidak mendengar suara apapun yang dikeluarkan Yunho dari mulutnya. Baru aku akan membuka pintu mobil tapi tiba-tiba tangan besarnya menarik tanganku pelan, membuat kepalaku refleks mengarah kepadanya, menatap mata musangnya yang tajam.
"Aku akan menjemput dan mengantarmu mulai besok."
"Tidak perlu Yunho-ssi, aku tidak ingin merepotkanmu."
"Aku tidak merasa direpotkan karena kau memang wajib terus bersamaku."
Kembali aku cengo mendengarnya. Seenaknya saja orang ini memutuskan. Yah walau aku juga senang sih kalau harus terus bersamanya setiap waktu. Tapi kan tidak begitu juga bicaranya, tidak ada romantisnya sama sekali.
"Baiklah, terserah kau saja. Aku pulang dulu." tanganku kembali terulur untuk membuka pintu mobil. Belum sampai pintu itu terbuka, kembali tangan Yunho menarikku, dan lagi-lagi aku harus menatapnya. Hahh tidak taukah kau Jung Yunho, aku sudah sangat bersusah payah tidak menampilkan pipiku yang merona dan berusaha menahan debaran jantungku agar tidak lepas dari tempatnya.
"Yang tadi siang… aku serius mengatakannya. Aku tidak akan berdekatan dengan siapapun jadi.. kau juga harus melakukannya."
Aku menatapnya sebentar. Matanya tidak mengarah kepadaku, tapi dari sudut matanya bisa aku lihat keseriusan disana, bukan pandangan cuek dan dingin yang sering ia layangkan jika mengucapkan kata-kata perintah seperti tadi.
"Aku mengerti dan akan berusaha melakukannya." balasku dengan senyuman tulus, walau kekasihku itu tidak melihatnya. Tentu saja aku akan melakukannya, aku sudah lama mencintai Yunho, dan saat diberi kesempatan untuk menggenggam hatinya, tentu aku tidak akan menyia-nyiakannya, dia harus tau seberapa seriusnya aku menjalin hubungan dengannya.
Hanya gumaman kecil yang lagi-lagi dikeluarkan Yunho. Sepertinya namja ini senang sekali bergumam tidak jelas. Beberapa menit berlalu kami hanya terdiam di tempat. Sebenarnya aku ingin keluar dari tadi, tidak kuat juga jika terlalu lama berdekatan dengan Yunho, apalagi sedari tadi genggamannya tidak mau melepaskan tanganku, memaksa jantungku terus memompa darah lebih cepat.
"Eumm a-apa ada yang ingin kau bicarakan lagi?"
"Tidak ada."
"Kalau begitu bisa kau.. lepaskan genggamanmu? Kurasa eomma sudah menungguku di dalam." tegurku halus dengan sedikit alasan yang cukup masuk akal. Dengan cepat Yunho menarik tangannya lalu memandang ke arah lain. Entahlah kenapa, dia jadi terlihat seperti orang salah tingkah.
"Masuklah."
"Um, sampai jumpa besok Yunho-ssi."
Akhirnya berhasil juga aku membuka pintu mobil dan keluar dari kendaraan mewah itu. Berdiri di samping mobil Yunho, menunggu hingga kendaraan itu menghilang di tikungan jalan. Aku berjalan riang memasuki rumah. Hatiku begitu berbunga-bunga saat ini. Walau semua terasa mengejutkan dan terkesan aneh menurutku, tapi setidaknya semua yang terjadi adalah keinginan terbesarku yang bahkan tidak pernah aku bayangkan. Ahh sepertinya kisah bahagia ini harus aku bagi pada Hyunjoong hyungie nanti malam.
End of Jaejoong's POV
~####~
"Yunho-ah, kau sudah pulang?"
"Ne eomma."
"Yoochun tadi menelpon, katanya dia mencarimu, dari tadi dia mencoba menghubungi handphonemu tapi tidak kau angkat."
"Handphoneku kehabisan baterai. Aku naik dulu eomma."
Yunho segera berjalan menuju lantai dua rumahnya, tempat dimana kamarnya berada. Pintu bertuliskan Yunho's room dengan cepat ia buka. Tasnya ia lempar ke sembarang arah lalu menjatuhkan diri dengan nyaman di atas ranjang. Tangannya merogoh saku celana sekolah, mengambil handphone yang sengaja ia nonaktifkan sejak pulang sekolah tadi.
Namja itu tiba-tiba tersenyum sendiri mengingat alasan yang akan terdengar konyol di telinga orang-orang yang tidak begitu mengenalnya. Tentu saja, ice prince satu itu sengaja melakukannya agar moment berdua bersama sang kekasih baru tidak diganggu oleh siapapun, dan apa yang dilakukannya adalah pilihan tepat. Bisa-bisa sepanjang perjalanan pulang sekolah menuju rumah Jaejoong akan terus diinterupsi dengan ocehan dan pertanyaan beruntun dari sang sahabat berdahi lebar, Park Yoochun si playboy berwajah mesum.
Benda canggih segi empat itu sekarang telah tertempel di telinga Yunho, menunggu orang di seberang sana mengangkat panggilannya.
"Yeob—"
"Yah! Yunho-ah, kenapa telponku tidak kau angkat dari tadi? Kau tau, aku sangat penasaran menunggu ceritamu. Kau sengaja mematikan ponselmu ya?"
"Memang."
"Ck, kau ini memang menyebalkan. Jadi bagaimana acara pulang bareng dengan kekasih cantikmu tadi?"
Yunho memasang tampang sebal mendengar kekehan halus dari Yoochun. Pasti namja satu itu hanya penasaran bagaimana kakunya suasana pulang sekolah Yunho dan Jaejoong tadi, makanya ia jadi bersemangat seperti ini mendengar ceritanya layaknya ibu-ibu penggosip.
"Aku tidak mau bercerita jika kau hanya akan mengejekku nantinya."
"Oohh kalau begitu jadi secara tidak langsung kau sedang mengaku kalau acara pulang sekolah bersamamu tadi sangat tidak romantis eoh? Puahahah…." tawa Yoochun membahana dengan nistanya melalui sambungan telepon kedua makhluk tampan itu.
"Ck, aku tutup telponnya."
"Hei hei, kau ini mudah sekali emosinya, santai saja denganku kawan. Jadi… bagaimana tadi?"
"Kau pasti sudah bisa menebak bagaimana yang kau maksud itu."
"Haahh kau ini. Makanya kan sudah kubilang, kau harus belajar denganku untuk menjadi pria romantis. Kau sendiri kan tau Jaejoong itu anak yang ceria dan menyukai hal-hal yang romantis."
"Kau sendiri juga tau aku tidak akan bisa menjadi pria romantis walau sudah kau ajari ribuan kali. Lagipula ajaranmu selalu menyesatkan."
"Yah! Enak saja kau bicara. Jadi apa kau berhasil membujuknya pulang pergi sekolah bersamamu?"
"Tentu saja."
"Pasti kau paksa kan?"
"Begitulah."
Terdengar helaan napas dari seberang sana. Yunho tau sahabatnya itu pasti tidak habis pikir dengan semua cara ajaibnya untuk menjadi kekasih yang –menurutnya- baik untuk Jaejoong. Tentu saja, Yunho memang terlahir menjadi seorang yang dingin dan kaku, bagaimana bisa menjadi seorang pria romantis seperti harapan Yoochun.
"Bisa-bisa Jaejoong jadi takut bersamamu lalu meninggalkanmu kalau kau terus-terusan mengajaknya ini itu dengan kalimat paksaan Yunho-ah."
Berganti helaan napas kini keluar dari mulut Yunho. Ia sangat tau jika terus-terusan bersikap seperti ini, Jaejoong malah akan takut padanya. Dan tentu ia tidak ingin suatu saat nanti Jaejoong pergi meninggalkannya.
"Jadi aku harus bagaimana?"
"Mulailah mengerti apa yang Jaejoong inginkan. Kau harus mencoba bersikap hangat padanya. Ini semua demi Jaejoong agar terus bersamamu kan? Jadi ubah sikapmu terhadap Jaejoong mulai dari sekarang."
Keduanya terdiam sesaat. Yunho mencoba mencerna dengan baik semua nasehat yang Yoochun berikan. Memang benar apa kata sahabatnya itu, Jaejoong tidak akan suka jika dirinya terus bersikap dingin. Dan mulai sekarang, namja tampan itu bertekad akan merubah semua sifat buruknya demi Jaejoong.
"Baiklah, aku mengerti. Akan kucoba."
"Good boy. Kalau kau butuh bantuan, kau bisa hubungi aku. Dan kalau Jaejoong mulai bosan padamu, kau juga bisa hubungi aku."
"Dan jika kau berani, aku juga akan menghubungimu untuk memintamu menggali kuburanmu sendiri."
"Kau kejam sekali Yunho-yaa~…"
Yunho merasakan bulu kuduknya berdiri seketika mendengar ucapan sok imut dari Yoochun. Bisa-bisanya sahabatnya itu berucap menggelikan seperti itu.
"Kau menggelikan Yoochun-ah. Aku tutup telponnya."
"Baiklah. Sampai jumpa besok Yunho-yaa~ muachh~…"
Buru-buru Yunho memutuskan sambungan telponnya sebelum ia muntah detik itu juga. Yoochun memang senang sekali menggoda dirinya yang paling tidak bisa diajak bercanda itu dengan gombalan-gombalan menyebalkan. Tapi entah mengapa ia juga sangat betah berada di dekat Yoochun dan menjalin hubungan sahabat sejak kecil.
Yunho bangkit dari acara berbaringnya setelah meletakkan ponsel pintarnya sembarangan di atas ranjang. Jari-jarinya bergerak melepas kancing baju seragamnya dan mulai menanggalkan seluruh pakaian yang ia kenakan. Ia butuh mandi sekarang juga.
~####~
"Hai Joongie chagi cutie sweetie adik Hyunjoong hyungie yang paling manis. Ada apa dengan dirimu hari ini? Hyung lihat kau sering sekali tersenyum saat makan malam tadi. Kau tidak kesurupan setan yang suka tersenyum kan cantik?"
"Isshh jangan sebut Joongie cantik. Joongie namja tampan, hyung." ucap namja berparas barbie itu dengan kesal, diikuti dengan bibir cherrynya yang terpout imut.
Sang hyung yang tadi tiba-tiba masuk dalam kamarnya hanya terkikik geli melihat kelakuan Jaejoong. Tangan namja itu terulur menjepit hidung bangir Jaejoong yang kembali melayangkan gerutuan kesal pada hyungnya.
"Baiklah namja tampan Kim Jaejoong, jadi apa yang membuatmu sebahagia ini hum? Ingin berbagi cerita dengan hyungmu ini?"
"Ne hyung. Hyung tau Jung Yunho?"
"Humm dia itu anak penyumbang dana terbesar TOHO high school kan? Yang anaknya tidak pernah senyum itu. Ada apa dengannya? Kau cari gara-gara dengan anak orang kaya itu ya?" ucap Hyunjoong sambil mengingat-ingat nama yang sering ia dengar saat masih di SMA dulu. Hyunjoong yang terpaut 2 tahun dengan Jaejoong saat ini meneruskan pendidikannya di perguruan tinggi ternama di Korea Selatan. Tentu dengan biaya beasiswa dari pemerintah. Kedua Kim bersaudara itu memang terkenal memiliki otak yang cerdas.
"Tidak, Joongie tidak pernah cari masalah dengan siapapun kok di sekolah."
"Lalu? Apa dia yang mencari masalah padamu? Katakan biar hyung akan membalasnya nanti." ucap namja itu yang tiba-tiba semangatnya berkobar-kobar. Jaejoong hanya menepuk jidatnya melihat kelakuan Hyunjoong yang sangat overprotective.
"Bukan hyung, tidak ada yang mencari masalah."
"Lalu?"
"Eumm… itu, Joongie mulai hari ini akan menjadi kekasihnya Jung Yunho." kata Jaejoong sambil tersenyum malu-malu. Bahkan hanya dengan mengucap nama namja tampan itu saja sudah sanggup membuat pipi bulatnya menjadi merah merona.
"Ohh hanya it— MWO? Menjadi kekasih si es berwajah jutek itu? Kau serius Joongie-ah? Bagaimana bisa kau mau menjadi kekasih si pembuat onar seperti Jung Yunho? Aigoo… kau tidak takut dia akan berbuat jahat padamu nantinya?"
"Dia namja yang baik hyung."
"Baik dari mananya? Siswa langganan skorsing itu bukan ciri namja baik-baik Joongie-ah. Dia itu berandalan sekolah, suka berkelahi, suka membolos, bahkan punya teman saja mungkin tidak, kenapa kau mau saja menjadi kekasihnya huh?"
Jaejoong hanya menundukkan kepala mendengar serentet sifat-sifat buruk Yunho yang Hyunjoong sebutkan. Dia memang membenarkan semuanya, tapi menurutnya Yunho tidak seburuk yang orang-orang pikirkan.
"Yunho memang berandalan sekolah, tapi Joongie rasa dia namja baik-baik hyung. Kalian belum tau sifat asli Yunho seperti apa."
"Lalu apa kau tau sifat asli Yunho seperti apa?"
Doe eyes besar itu menatap Hyunjoong sebentar, kemudian menggeleng lemah. Ia memang belum tau banyak hal tentang Yunho, tapi ia sendiri bisa merasakan ketulusan Yunho walau mereka baru dekat hari ini. Itupun dekat disini adalah saat mereka berdua di dalam mobil saat pulang sekolah tadi saja.
"Itu yang hyung khawatirkan Joongie. Hyung takut kau hanya akan dipermainkan Yunho." ucap Hyunjoong sambil menggenggam kedua tangan Jaejoong. Ia sangat menyayangi adik satu-satunya itu. Oleh karena itu ia sangat protektif pada Jaejoong. Tapi hatinya juga jadi tidak tega melihat wajah cantik Jaejoong tiba-tiba jadi muram karena kata-katanya. Ia rasa Jaejoong juga memiliki perasaan khusus pada pangeran es berwajah tampan mantan sekolahnya dulu.
"Tapi Joongie mencintai Yunho."
Dan akhirnya helaan napas yang Hyunjoong keluarkan. Dugaannya memang tepat. Kalau sudah begini bagaimana mungkin Hyunjoong sanggup menolak keinginan Jaejoong.
"Kau yakin dengan perasaanmu? Bukan sekedar rasa suka atau kagum?"
Jaejoong mengangguk dengan yakin. Ia tau perasaan apa yang selama ini hinggap di hatinya. Jaejoong sangat tau ia sudah jatuh dalam pesona Yunho sejak lama, mencintai segala kebaikan dan keburukan namja itu dengan tulus. Ya, Kim Jaejoong memang mencintai Jung Yunho.
"Joongie benar-benar mencintai Yunho."
Dan Hyunjoong memang tidak bisa apa-apa. Adik manisnya sudah besar sekarang, sudah mengerti tentang perasaan seperti ini. Dan Hyunjoong hanya berharap semua akan berjalan dengan baik, sambil terus menjaga dan mendukung adik kecilnya dari belakang.
"Baiklah, hyung bisa apa kalau Joongie adik hyung yang paling yeppo ini sudah jatuh cinta hum? Tapi kalau namja itu membuatmu sedih sekali saja, hyung tidak akan segan-segan mematahkan tulang-tulang rusuknya. Dia harus mendapat balasan yang setimpal kalau berani menyakiti Jaejoongie. Joongie harus jujur pada hyung jika suatu saat nanti hubungan kalian terjadi apa-apa, ne?"
"Hihihi, hyung seperti ibu-ibu yang akan kehilangan anaknya saja. Joongie akan jujur pada hyung, tapi hyung juga tidak boleh langsung terpancing emosi nantinya."
"Eumm hyung tidak janji jika itu menyangkut adik hyung yang cantik ini."
"Hyuuung…" rajuk Jaejoong dengan bibir yang kembali mengerucut. Ia kesal dengan Hyunjoong yang sering sekali menyebutnya cantik, padahal menurutnya ia adalah namja yang sangat tampan, yah walau tidak setampan Yunho, Hyunjoong atau appanya sih.
"Eheheh jangan sering merengut begitu, nanti tampannya bisa luntur."
"Itu kan salah hyung sendiri."
"Iya iya hyung minta maaf. Cha, sudah malam, saatnya Joongie tidur. Apa perlu hyung nyanyikan lullaby untuk Joongie?"
"Tidak perlu hyung, Joongie bukan anak kecil lagi."
Hyunjoong hanya tersenyum lembut. Ya, adiknya bukan anak kecil lagi. Tapi bagi namja itu Jaejoong adalah adik kecilnya sampai kapanpun. Adik kecilnya yang akan selalu ia lindungi walau Jaejoong tidak pernah meminta sekalipun.
"Iya iya hyung tau, Joongie sudah besar sekarang, sudah punya pacar juga lagi." Hyunjoong kembali terkekeh melihat wajah malu-malu adiknya. Tangannya membantu menarik selimut menutupi tubuh mungil Jaejoong yang telah terbaring di atas ranjang. Tidak lupa satu kecupan sayang ia layangkan pada kening sang adik, mengucapkan selamat tidur, mematikan lampu kamar Jaejoong, lalu keluar dari kamar sederhana itu.
Hyunjoong membaringkan tubuhnya di atas ranjang kamarnya. Pikirannya masih melayang mengenai hubungan spesial sang adik dengan Jung Yunho. Ia tahu selama ini banyak sekali namja yang berusaha mendekati Jaejoong, bahkan teman-teman seangkatannya pun tidak sedikit yang meminta bantuannya secara langsung agar bisa berdekatan dengan Jaejoong, dan Hyunjoong tentu saja menolak mentah-mentah saat itu juga. Ia terlalu sayang dengan Jaejoong dan tidak akan menyerahkan adik satu-satunya itu pada sembarang orang.
Tapi entahlah untuk kali ini. Walau ia sangat tau bahwa Yunho adalah berandalan sekolah, tapi hatinya masih cukup rela jika sang adik memutuskan berhubungan dengan namja itu. Yunho memang tidak sepenuhnya preman sekolah sebenarnya, namja itu baru akan berkelahi jika ada yang berani mengganggu ketenangannya. Tapi tetap saja ia masih was-was. Yunho bisa saja menyakiti adiknya yang begitu polos dan penurut itu.
"Haahh… tapi mau bagaimana lagi. Semoga saja Yunho bisa menjaga Joongie dengan baik. Kalau tidak, aku bersumpah benar-benar akan meremukkan tulang-tulang rusuk namja itu jika berani mempermainkan Joongie." monolog namja itu sebelum tidur. Ditariknya selimut hingga menutupi kepala lalu mulai memejamkan matanya.
~####~
Mata setajam musang itu masih saja terbuka saat lampu kamarnya sudah ia matikan. Harusnya ia tidur sejak tadi, tapi untuk malam ini sepertinya jadi lebih berbeda. Jika malam-malam sebelumnya Yunho hanya perlu menghabiskan waktu beberapa menit untuk melakukan kebiasaannya sebelum tidur, kini sudah hampir satu jam kegiatan rutinnya itu belum juga berhenti. Memang apa yang namja itu lakukan sedari tadi?
"Jaejoong memang namja paling cantik dan manis di dunia." suara maskulin itu terdengar pelan, bahkan seperti sebuah bisikan saat mengucapkan kalimat tersebut. Bibirnya yang hampir tidak pernah melengkung untuk tersenyum itu kini terlihat bergerak membentuk cekungan manis. Jika saja ada gadis atau namja penyuka namja tampan melihat senyumannya, bisa dipastikan jeritan keras akan terdengar hanya untuk mengagumi betapa sempurnanya wajah tampan itu.
Jujur saja, setiap malam sebelum tidur, namja itu pasti tidak pernah lupa untuk menatap satu-persatu foto-foto Jaejoong yang tersimpan rapi dalam ponsel pintarnya, dan tentu saja semua foto-foto itu ia ambil secara diam-diam. Sejak pertama kali melihat Jaejoong saat upacara penerimaan siswa baru di TOHO high school, namja itu mulai merasa ketagihan untuk berlama-lama menatap rupa sesempurna bidadari milik Jaejoong.
Ia sendiri sangat heran dengan dirinya saat itu. Awalnya hanya perasaan selalu ingin melihat Jaejoong, tapi lama-kelamaan ada rasa lain yang membuatnya ingin berada di dekat pada namja rupawan itu. Hingga makin hari hatinya makin tidak tenang jika melihat Jaejoong berdekatan dengan namja atau yeoja lain. Ingin rasanya marah dan memaksa Jaejoong untuk hanya meliriknya saja, tapi siapa dia bagi Jaejoong?
Dan siang tadi adalah tindakan paling nekat yang pernah ia lakukan. Yunho memang terkenal sebagai premannya TOHO high school, tidak takut pada apapun dan siapapun. Tapi tindakannya memaksa Jaejoong menjadi kekasihnya adalah sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Salahkan saja Yoochun yang memberinya ide gila seperti itu, dan Yunho sendiri yakin playboy mesum itu pasti tidak tahan dengan segala keresahan hatinya karena Jaejoong yang makin hari makin banyak diburu para namja setelah sang kakak lulus dari sekolah itu. Tapi walau bagaimanapun Yunho memang harus berterimakasih pada Yoochun karena sudah memberinya jalan keluar yang terkesan lebih berani.
Sejujurnya Yunho selama ini terlalu takut untuk mengambil keputusan seperti itu. Ia tau perbedaannya dengan Jaejoong terlampau jauh. Bukan dilihat dari harta, tapi sifat keduanya. Jaejoong adalah namja yang sangat penurut, polos, baik pada siapapun, ramah, cerdas, dan tentu anak yang sangat sopan, itu sebabnya Jaejoong memiliki begitu banyak teman dan disayang oleh semua orang, baik itu para murid maupun guru di sekolah. Sangat berbeda jauh dengannya. Pemberontak, tukang buat onar, suka berkelahi, suka membolos, sering mendapat skorsing, sangat tidak ramah, dan suka bertindak semaunya. Orang-orang yang ada di sekitarnya tidak pernah tulus mengerti dirinya, kalau bukan karena harta, pasti karena fisiknya yang sempurna. Hanya Yoochun yang sejak kecil paling mengerti dirinya dan betah berteman dengannya hingga sekarang.
Dan senyum yang tadi terpatri begitu manis di bibirnya, kini berganti dengan senyum kecut sambil meratapi nasibnya selama ini. Ia sendiri sangat tau bahwa hidupnya selama ini bahkan hampir tidak pernah bahagia. Itulah yang menyebabkannya sangat sulit membentuk sebuah senyuman walau sedikit. Dan pada saat-saat ia bisa menatap wajah Jaejoong seperti inilah yang mampu membuatnya begitu bahagia.
"Jaejoong-ah, apa kau memiliki perasaan yang sama sepertiku? Kau tau, jantungku tidak pernah beres berdetak jika itu hanya untuk memikirkanmu, apa kau juga merasakan seperti itu jika kau memikirkanku? Atau kau sama sekali tidak pernah memikirkanku?" monolog Yunho sambil menatap foto Jaejoong yang sedang menghabiskan makan siangnya di bawah naungan pohon besar di taman belakang sekolah. Pemandangan yang begitu indah, ditambah dengan makhluk indah Tuhan berada disana, walau sebenarnya yang Yunho perhatikan hanya Jaejoong, bukan pemandangannya.
"Maafkan aku untuk kejadian tadi siang. Sejujurnya aku tidak ingin mengekangmu dengan hubungan seperti itu, aku tidak ingin memaksamu terus berada di sampingku dan membuatmu tidak bahagia karena merasa terbebani."
"Tapi aku juga tidak pernah tenang jika kau berdekatan dengan orang lain. Aku ingin hanya diriku yang kau perhatikan, hanya aku yang kau pikirkan. Aku sangat egois bukan? Tapi semua yang aku lakukan karena aku sangat mencintaimu Jaejoong-ah, karena aku sangat mencintaimu yang membuatku nekat memonopoli dirimu, memaksamu untuk menjadi milikku."
"Aku tau aku bukan namja baik-baik seperti dirimu, bahkan kita sangat jauh berbeda, dan kurasa kau tidak menyukai namja buruk sepertiku. Tapi aku berjanji, mulai saat ini aku akan merubah semua sifat burukku, aku berjanji akan menjadi kekasih yang baik untukmu, menjadi orang yang akan membahagiakanmu, menjadi orang yang selalu melindungimu, dan akan menjadi orang nomor satu dalam hatimu suatu saat nanti."
Dan senyum manis yang tadi sempat pudar kini kembali menghiasi bibirnya. Tekadnya sangat kuat kali ini. Ia tau tidak akan mudah merubah semua sifat buruk yang sepertinya sudah mulai mendarah daging dalam kesehariannya, tapi demi Jaejoong agar bahagia bersamanya, ia berjanji akan berusaha.
Dan akhirnya kegiatan rutin yang memakan waktu lebih dari satu jam itu kini selesai. Yunho sudah benar-benar mengantuk kali ini dan memilih memejamkan mata sambil memeluk ponselnya yang masih menampilkan wajah rupawan Jaejoong.
~####~
Pagi-pagi sekali Yunho sudah rapi dengan setelan pakaian sekolahnya. Buku-buku pelajarannya ia cek satu-persatu, memastikan tidak ada yang tertinggal. Bukankah ia sudah berjanji untuk menjadi kekasih yang baik? Dan untuk kali ini ia mulai meninggalkan satu kebiasaan buruknya yang sering membolos pada saat pelajaran berlangsung. Tapi entahlah kalau di kelas nanti ia akan mengantuk saat pelajaran sejarah dari Lee seonsaengnim, ia tidak bisa berjanji untuk yang satu itu.
"Tuan muda, sarapan sudah siap."
"Iyaa, aku akan segera ke bawah." teriak Yunho dengan membahana dari dalam kamarnya. Karena terlalu semangat, namja itu bahkan tidak sadar sudah berteriak begitu kencang hingga membuat sang pelayan rumah berjengit terkejut karena suaranya.
Yunho segera menarik tas sekolah dan menyambar kunci mobilnya di atas meja, berlari tergesa-gesa menuju ruang makan, membuat seluruh pelayan yang melihatnya harus mengerutkan kening karena heran. Tidak biasanya sang tuan muda begitu rajin dan sudah rapi saat jam masih menunjukkan pukul 6 lebih 5 menit, biasanya juga saat jam masuk sekolah sudah sangat mepet baru Yunho turun dari kamarnya, dan itu pun dengan gerakan yang terlihat sangat malas (karena aku ga tau jam masuk sekolah di KorSel jam berapa, jadi aku buat jam 7.30 disini).
"Eomma tidak ikut sarapan?" tanya Yunho pada salah satu pelayan yang sedang menyiapkan sarapannya.
"Nyonya sudah berangkat ke kantor pagi-pagi sekali, tuan muda." jelas sang pelayan yang mendapat respon helaan napas dari Yunho. Selalu seperti ini saat ia sarapan ataupun makan malam, kedua orangtuanya selalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing, jarang sekali memperhatikan dirinya.
Dan acara sarapan pagi itu tetap dilalui Yunho sendirian dengan kembali tergesa-gesa karena takut terlambat menjemput Jaejoong. Kata Yoochun, Jaejoong selalu datang pagi-pagi sekali ke sekolah, jadi dia juga harus cepat-cepat menjemput Jaejoong jika tidak mau namja cantik itu keburu pergi duluan.
~####~
From: xxxxxxxxxxxx
Aku menunggu di depan pagar rumahmu.
-Yunho-
Jaejoong terbengong tidak jelas setelah membaca pesan singkat yang baru saja masuk di ponselnya. Bahkan ia baru saja memulai sarapan dengan keluarganya, tapi Yunho sudah menunggunya di depan pagar. Setaunya selama ini namja itu baru sampai di sekolah beberapa menit sebelum bel pertanda pelajaran pertama berbunyi. Dan yang membuatnya lebih bingung lagi adalah bagaimana Yunho bisa tau nomor telponnya?
Jaejoong berpikir sejenak. Yunho akan lama menunggunya jika ia teruskan sarapan hingga selesai, jadi ia pikir akan menyelesaikan sarapan pagi ini lebih cepat agar Yunho tidak perlu menungguinya terlalu lama. Tapi belum sempat ia berucap, ponselnya kembali bergetar, menandakan satu pesan baru kembali masuk dengan nomor sama seperti tadi.
From: xxxxxxxxxxxx
Jika kau masih sarapan, sarapan saja dulu dengan tenang, tidak perlu memikirkanku. Aku akan menunggumu disini sampai kau selesai.
Dan sepertinya Jaejoong mulai yakin kekasih barunya itu memiliki kemampuan membaca pikiran.
"Siapa Joongie-ah? Dari tadi mengirimimu pesan terus, memangnya ada apa?"
"Temanku eomma dan tidak ada apa-apa kok." jawab Jaejoong yang kemudian kembali menyuapkan nasi goreng buatan eommanya. Seperti kata Yunho, ia akan menikmati sarapannya dengan tenang.
Keluarga sederhana itu kini telah menyelesaikan sarapannya dan mulai bersiap pergi ke tempat tujuan masing-masing dengan kendaraan berbeda, walau sama-sama bis umum sebenarnya. Tuan Kim yang akan pergi ke kantor, Hyunjoong yang pergi ke kampus, dan Jaejoong yang pergi ke sekolah memiliki arah yang berbeda-beda dan menyebabkan ketiganya harus menaiki bis yang berbeda pula.
Jaejoong tersenyum cerah melihat Yunho yang sedang asik memainkan ponselnya sambil bersandar pada kap mobil yang terparkir di depan pagar rumah Jaejoong. Ketiga anggota keluarga Jaejoong ikut memandang Yunho. Hanya Hyunjoong yang menatap biasa pada namja itu. Sepertinya Yunho sedang melancarkan sikap seorang kekasih yang pengertian pikirnya.
Jaejoong berjalan menuju pagar lalu membukanya, membuat Yunho akhirnya menoleh ke arah sumber suara tersebut. Hyunjoong bersama appa dan eommanya mengikuti dari arah belakang. Yunho berjalan mendekat ke arah Jaejoong berdiri sekarang. Sebenarnya ia ingin sekali tersenyum walau sedikit pada anggota keluarga kekasihnya itu, tapi entah mengapa kebiasaannya yang tidak terbiasa tersenyum membuatnya hanya memasang tampang datar kali ini.
"Temanmu Joongie?" tanya nyonya Kim sambil menatap Yunho yang kini berdiri tepat di samping Jaejoong.
Yunho yang mendengar ucapan ibu dari kekasihnya yang hanya menganggapnya teman Jaejoong tiba-tiba ingin membenarkan pertanyaan itu. Ia tidak mau hanya dianggap teman saja.
"Bu—"
"Iya eomma, dia teman Joongie. Perkenalkan, namanya Yunho. Yunho-ssi, perkenalkan ini eomma, appa, dan itu Hyunjoong hyung."
Dan disaat itu juga Yunho merasa hatinya seperti dicubit secara kasat mata. Kenapa Jaejoong membenarkan ucapan eommanya? Kenapa Jaejoong mengatakan Yunho hanya temannya? Apa Jaejoong memang tidak suka berpacaran dengannya?
"Ne, Jung Yunho imnida." kata Yunho yang akhirnya hanya memilih mengucapkan kalimat perkenalan walau dengan nada yang begitu datar sambil dengan sedikit membungkuk ke arah orang yang lebih tua darinya itu. Semangatnya pagi ini luntur begitu saja setelah memikirkan alasan Jaejoong yang hanya menganggapnya teman.
"Salam kenal Yunho-ssi. Apa kalian akan pergi bersama?"
"Iya eomma, kami sudah berjanji akan pergi bersama pagi ini."
"Ya sudah, kalau begitu pergilah. Yunho-ssi, titip anak ahjumma yang manja ini ya."
"Eomma…" gerutuan dari Jaejoong kembali terdengar pagi ini setelah dicap manja oleh eommanya, walau dia sendiri mengakui kalau dia memang manja.
"Ne, ahjumma. Kalau begitu aku dan Jaejoong berangkat sekarang. Ayo Jaejoong-ah." ajak Yunho, lalu membungkuk pada kedua orangtua Jaejoong kemudian berlalu menuju mobilnya. Jaejoong berpamitan sebentar kemudian mengikuti Yunho masuk ke dalam mobil. Tidak lama kemudian mobil mewah itu pun berlalu dari depan rumah Jaejoong, menyisakan tatapan heran Hyunjoong dengan apa yang adiknya itu katakan tadi.
Suasana dalam mobil itu hening seperti saat kemarin mereka bersama. Yunho yang memang orang yang sangat kaku membuat Jaejoong menjadi bingung harus berbuat apa dalam keadaan seperti ini. Sesekali namja rupawan itu melirik sekilas ke arah Yunho yang terus berkonsentrasi dengan menyetirnya.
Saat ini Jaejoong kembali memikirkan ucapannya tadi bersama sang eomma. Sebenarnya ia juga tidak mau menyembunyikan hubungannya bersama Yunho pada siapapun, terutama pada kedua orangtuanya. Tapi entah mengapa hatinya tiba-tiba merasa belum siap mengatakan apapun pada dua orang paling ia sayang itu. Ia takut appa dan eommanya menjadi tidak suka dan memaksanya agar berjauhan dengan Yunho. Ia masih ingin menikmati masa indahnya bersama Yunho walau dengan kondisi yang sangat kaku dan dingin seperti kali ini.
"Yunho-ssi, maaf untuk ucapanku tadi. Aku tidak bermaksud untuk—"
"Sudahlah tidak usah dipikirkan." potong Yunho segera. Sudah cukup semangatnya tiba-tiba turun pagi ini, dan ia tidak mau mendengar kata-kata Jaejoong yang mungkin saja hanya akan kembali menyakiti hatinya.
Jaejoong kembali terdiam sekarang. Tiba-tiba pikirannya menjadi kalut mendengar ucapan Yunho yang terkesan dingin padanya. Sebenarnya ia hanya ingin menyelamatkan hubungannya bersama Yunho, ia takut jika orangtuanya melarang. Tapi yang ada sekarang Yunho malah begitu dingin padanya. Dan kini kepalanya hanya tertunduk, menyembunyikan raut penyesalannya pada Yunho.
' Maaf.'
~####~
Pelajaran sejarah dari Lee seonsaengnim telah berjalan dari setengah jam yang lalu di kelas Yunho. Semua murid memperhatikan dengan baik semua penjelasan dari guru berperawakan tegas itu. Tapi berbeda dengan Yunho. Namja itu memang tidak tidur seperti perkiraannya tadi pagi, tapi matanya terlihat menerawang entah kemana.
"Haahh…" helaan napas bosan keluar dari mulut Yunho melihat namja yang kira-kira lebih tua darinya 20 tahun di depan kelas itu sedang asik menceritakan sesuatu tentang masa lalu Korea Selatan. Karena malas melihat tampang gurunya, Yunho lebih memilih mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela, menatap awan-awan putih yang berkumpul begitu banyak di atas langit.
Dan kini jantungnya kembali berdenyut sakit saat pikirannya kembali terbang menuju kejadian pagi tadi. Ia tidak mengerti kenapa Jaejoong mengatakan bahwa dirinya hanya sebatas teman bagi namja itu. Ia sangat tidak rela sebenarnya. Tapi setelah dipikirkan kembali, Yunho mulai mengerti.
Mungkin Jaejoong masih belum benar-benar menerima namja berandalan seperti dirinya. Ia sadar bagaimana buruknya dirinya, dan orangtua mana yang mau anaknya memiliki kekasih berandalan sepertinya? Jadi sepertinya menerima keputusan Jaejoong seperti ini menjadi jalan terbaik, daripada ia harus mendapat teguran dari orangtua Jaejoong agar segera menjauhi anak mereka. Ya, menurutnya itu jauh lebih baik, walau hatinya akan terus merasa sakit. Tapi setidaknya Jaejoong masih mau bersamanya.
Yunho tau apa yang kurang dari dirinya, dan ia sudah berjanji akan menjadi kekasih yang baik untuk Jaejoong dengan mengubah semua sifat buruknya secara perlahan. Ia akan buktikan jika dia adalah namja yang tepat untuk Jaejoong, dan pantas dipandang sebagai pendamping yang baik untuk Jaejoong suatu saat nanti.
Matanya yang tadi terarah memandang awan yang terbawa angin di langit, kini beralih menuju buku sejarah yang sedari tadi ia anggurkan di atas meja. Tangannya mulai bergerak membuka lembaran kertas tebal itu, mencari halaman tentang awal mula terjadi perang Korea Selatan dan Korea Utara, materi yang dibawakan Lee seonsaengnim kali ini. Mata tajamnya yang tadi terlihat bosan kini terlihat fokus sambil mendengarkan penjelasan guru di depan kelas.
Yunho akan berusaha merubah semua sifat buruknya demi Jaejoong. Ya, hanya demi Jaejoong namja dingin itu bisa begini. The power of love, aniya?
~END~
Yeahh satu ff baru lagi :3
Untuk ff kali ini aku buat yang ringan-ringan aja dengan tema kehidupan cinta masa remaja Yunho dan Jaejoong saat bersekolah. Tidak terlalu berat dan aku membuatnya hanya oneshoot, atau mungkin nanti twoshoot, atau beberapa chapter singkat. Jadi satu cerita hingga end hanya ada satu konflik. Jadi ff ini aku buat sebagai kumpulan oneshoot gitu.
Untuk chapter-chapter berikutnya akan berada pada konflik yang berbeda-beda. Jadi kalau misalkan teman-teman ada ide, teman-teman bisa kasih saran untuk chapter berikutnya, asal temanya tetap school life dan tentu rate T yang aman. Kalian bisa tuliskan ide-ide kalian untuk chapter-chapter berikutnya di kolom review, atau langsung PM, atau lewat fb juga bisa, terserah yang bisa kalian gunakan yang mana ^^ Kalau ada kesempatan dan aku tidak kehilangan mood ngetik, akan aku usahakan buat ff nya :D
Cha, sekian dulu, semoga suka dengan tulisanku kali ini :D Sampai jumpa di chapter selanjutnya 'o')/
