I Need Your Help!

A Naruto Fanfiction

Naruto © Masashi Kishimoto

Genre : Romance, Drama

Rate : T

Warning : AU, Typo(s), OOC (Saya usahakan agar bisa IC)

.

.

.

.

.

.

Chapter 1

.

.

.

.

.

.

Sakura Haruno, seorang gadis berusia 23 tahun dengan rambut berwarna layaknya permen karet rasa strawberry serta iris mata emerald yang berkilauan. Rupanya yang cantik serta sifatnya yang ramah dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya, menambah nilai tambah terhadap kesan dari gadis yang kerap disapa Sakura tersebut. Karenanya, tak khayal jika ada begitu banyak lelaki yang telah melamarnya. Tua maupun muda, miskin maupun kaya, orang yang sederhana maupun yang sangat sempurna. Terlalu berlebihan, mungkin. Namun memang begitulah kenyataannya.

Dan, hal yang patut disayangkan dari semua kelebihan yang diterimanya yaitu, ia menolak semua lamaran itu hanya karena sebuah alasan sederhana.

Jika kau berpikir, "Wah, jangan-jangan dia menolak pria itu karena dia sudah memiliki kekasih?"

Kau salah besar. Justru, alasan dari gadis yang lahir pada musim semi dua puluh tiga tahun yang lalu itu untuk menolak semua lamaran itu adalah, "Maaf. Aku ingin mementingkan pekerjaanku dan hidupku terlebih dahulu ketimbang menikah saat ini."

Perlu diberitahukan bahwa dia bukanlah seseorang yang gila kerja, ia hanya bekerja dengan tekun demi memenuhi biaya hidupnya─tentunya.

Disamping alasan 'mementingkan pekerjaan' itu, sebenarnya ia memiliki alasan lain yang jauh lebih dominan di kepalanya. Yaitu, ia tidak begitu peduli dengan hal yang namanya pernikahan.

Ah, jangankan pernikahan, Sakura bahkan tidak peduli dengan orang-orang di sekitarnya.

Tidak. Dia bukanlah seorang anti-sosial. Ia tetap membalas sapaan setiap orang yang menyapanya sehari-hari. Bahkan, tak jarang pula ia melempar senyum kepada mereka.

Ia hanya tidak peduli. Ia tidak peduli dengan segala hal yang menurutnya tidak begitu penting bagi kehidupannya saat ini. Sebagai contoh, ia tidak suka mencari tahu keseharian rekan-rekan kantornya ketika mereka berada di rumah atau mungkin aib mereka. Memangnya untuk apa dia perlu tahu? Bahan gosip? Tidak, tidak. Sakura Haruno adalah tipe orang yang suka mencampuri urusan dan kehidupan orang lain. Baginya, itu benar-benar merepotkan.

Karena dia tak suka mencampuri kehidupan orang lain, maka ia juga tidak suka jika orang lain mencampuri kehidupannya. Karena itulah, ia memilih hidup seorang diri di sebuah apartemen dan terpisah dari keluarganya.

Memang, pada awalnya, keluarganya menolak keinginannya itu. Namun, karena dirinya tetap bersikeras mengatakan ingin hidup mandiri, akhirnya ia diizinkan untuk tinggal terpisah dari mereka. Tentunya dengan suatu syarat. Setiap minggu, Sakura harus menyempatkan diri untuk pulang ke rumah.

Jadi, bisa dikatakan bahwa Sakura adalah orang yang tertutup, terutama pada orang-orang disekitarnya yang tidak ia kenal dengan baik, walaupun mereka adalah rekan kerjanya sendiri. Pengecualian untuk Ino Yamanaka, atau kini lebih tepatnya Ino Shimura─salah satu rekan kerjanya di kantor. Karena Ino adalah sahabatnya sejak SMP hingga sekarang.

Biasanya, orang-orang akan bersikap dingin, tidak peduli terhadap sekitarnya, atau bahkan tertutup terhadap orang lain karena suatu alasan yang membuat diri mereka trauma dan penuh kebencian, tapi tidak baginya. Ia hanya ingin bersikap seperti itu. Itu saja.

Prilaku dan sifat setiap orang tidak selalu berdasarkan kejadian yang menimpanya bukan?

Menurutnya, menjadi orang yang terbuka, terlalu peduli terhadap sekitarnya, sangat periang, dan terlalu heboh, hanya akan menimbulkan masalah bagi hidupnya. Ia tidak ingin hidupnya bermasalah dan berakhir dengan merepotkan semua orang-orang terdekatnya.

Alasan sederhana yang menurutnya biasa saja, tetapi bagi orang lain itu terdengar luar biasa aneh di telinga mereka.

.

.

.

Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Sakura kini tengah merapikan berkas-berkas yang hendak diserahkannya kepada sekretaris direkturnya esok. Hari ini ia ingin pulang lebih awal. Karena itulah, ia mengerjakan semua pekerjaannya untuk hari ini secepat mungkin. Sisanya, mungkin ia bisa melanjutkan dan merevisinya lagi di apartemennya nanti.

Dimasukkannya semua berkas-berkas tadi pada sebuah map berwarna hitam yang selalu dibawanya. Tasnya ia sampirkan pada bahu kanannya.

"Otsukaresamadeshita," ujarnya sembari sedikit membungkukkan badannya kepada semua orang di ruangan itu.

"Otsukaresamadeshita, Haruno-san."

Selepasnya, ia pun keluar dari ruang kerjanya dengan rekan-rekannya itu.

"Kau sudah mau pulang, Sakura?" Tanya seorang wanita, yang ternyata adalah sahabatnya sekaligus rekan kerjanya, Ino. Sakura menghentikan langkahnya.

"Begitulah. Pekerjaanku hari ini sudah selesai. Kau tidak pulang?" Sakura bertanya balik pada Ino yang setahunya suka bekerja dengan cepat sehingga dapat pulang lebih awal.

"Hari ini aku lembur. Aku tidak bisa meninggalkan semua pekerjaanku hari ini. Jika kubawa pulang dan kukerjakan di rumah, aku takut Inojin akan mengganggu pekerjaanku. Lagipula, Sai-kun hari ini pulang lebih awal. Jadi, kita tidak akan terlalu lama menitipkan Inojin pada Tou-san dan Kaa-san."

Ino memanglah sudah bekeluarga. Ia menikah di usia 21 tahun, dengan seorang pengusaha dari keluarga Shimura, yaitu Sai. Lebih tepatnya Sai Shimura yang lebih tua setahun dari Ino dan Sakura. Mereka dikaruniai seorang putra, dengan nama yang telah disebutkan Ino sebelumnya, yaitu Inojin yang kini telah berumur 2 tahun.

Karena alasan keluarga lah, Ino suka menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat agar bisa pulang lebih awal dan menjemput Inojin secepat mungkin yang dititipkan di rumah Tuan dan Nyonya Yamanaka, ayah dan ibu Ino, sehingga tidak merepotkan mereka lebih lama lagi.

Mendengar penjelasan Ino tadi, Sakura mengangguk paham.

"Baiklah. Kalau begitu, aku pulang duluan. Bye bye."

Ia melambaikan tangannya, dibalas dengan lambaian tangan pula oleh Ino.

"Jaa. Hati-hati di jalan."

Sakura berjalan menuju ke tempat parkir. Diambilnya sebuah kunci motor dari dalam tasnya ketika ia telah mendapati motornya tengah terparkir dengan cantiknya di tempat parkir khusus karyawan. Dinaikinya motor itu, kemudian ia menyalakan kendaraan yang akan mengantarnya pulang ke apartemennya kini.

.

.

.

Ngeeng. Ngeeng.

Suara khas kendaraan disertai hiruk pikuk perkotaan memenuhi pandangan serta pendengaran Sakura. Orang-orang berlalu lalang. Berjalan kaki maupun berkendara. Kendaraan pribadi maupun kendaraan umum, semua itu tampak jelas di matanya. Sakura yang pada mulanya masih memacu kendaraannya, kemudian menghentikan motor pribadinya itu di tengah jalan.

Bukan. Bukan karena ia ingin mati atau karena ia sudah gila. Melainkan, itu adalah hal yang wajar dilakukan setiap orang di muka bumi ini. Bahkan, berhenti di tengah jalan di dalam situasi seperti itu merupakan suatu keharusan bagi setiap pengendara di seluruh dunia.

Kenapa?

Karena saat itu, ia berhadapan dengan lampu merah.

Ah iya, memanglah suatu keharusan bagi setiap orang di seluruh dunia ketika sedang berkendara dan berhadapan dengan lampu merah, kita haruslah berhenti.

Tidak mau berhenti? Ingin tetap menerobos?

Mati saja, sana.

Untungnya, Sakura bukanlah seseorang yang suka melanggar peraturan. Peraturan ada untuk ditaati. Itulah moto hidupnya. Lagipula, jika ia melanggar lampu lalu lintas dengan menerobos lampu merah, bukankah itu hanya akan menimbulkan kecelakaan yang mungkin akan merenggut nyawanya?

Oh tidak, Sakura tidak ingin mengakhiri hidupnya sekarang. Ia masih cukup muda. Ia masih ingin menikmati hidupnya yang masih panjang.

Oke, masih di dalam situasi lampu merah.

Sakura kini tengah memperhatikan sebuah restoran di pinggir jalan raya yang ada di seberangnya tersebut. Sakura mengingat-ingat kembali. Bahan makanan di rumahnya kini telah habis. Ia mungkin sempat untuk berbelanja seikit persediaan bahan makanan untuk seminggu kedepannya. Tapi, tidak untuk memasak.

Bukannya ia tidak bisa memasak. Justru, ia cukup ahli dalam bidang memasak. Yah, walaupun hanya makanan rumahan sederhana. Tapi, alasannya bukanlah karena ia tidak bisa memasak, melainkan tidak sempat memasak. Khususnya pada hari ini, karena berkas-berkasnya tadi belum ia tuntaskan sedikit lagi dan belum pula ia revisi.

Mungkin, makan di restoran boleh juga. Selepasnya, ia bisa pergi ke supermarket untuk membeli bahan makanan seminggu kedepan.

Sakura pun segera memacu motor kesayangannya itu ketika warna dari lampu lalu lintas tersebut sudah berganti dengan warna hijau. Ia menuju ke arah restoran makanan Jepang di seberang jalan tersebut. Setibanya, ia parkirkan kembali motornya itu di tempat khusus parkir yang telah disediakan. Selesai dengan motornya, ia pun memasuki restoran tersebut.

.

.

.

35 menit kemudian.

Sakura keluar dari restoran tersebut. Perutnya terasa penuh. Ia merasa puas dengan makanan yang dipesannya tadi. Walaupun harganya tidak begitu mahal, tetapi rasanya cukup enak. Porsinya pun tidak terlalu banyak dan juga tidak terlalu sedikit baginya.

Kembali ke tempat parkir. Kini Sakura telah berada di atas motornya. Ia memutar balik kendaraannya itu sehingga menghadap ke jalan raya. Helm pun sudah dikenakannya. Tas beserta map yang berisi berkas-berkasnya sudah berdiam di balik sadel motornya dengan aman.

Ketika ia sudah siap untuk melaju menuju supermarket, tiba-tiba ia merasa seseorang menaiki bagian belakang motornya. Alangkah terkejutnya ia ketika mendapati seorang lelaki misterius mengenakan jaket dan topi tengah duduk di atas sadel motornya, tepat di belakangnya.

Sakura yang masih terkejut, tiba-tiba berteriak, "SIAPA KAU? KENAPA MENAIKI MOTORKU? APA YANG KAU MAU DARI─,"

Belum usai Sakura berbicara, lelaki tersebut telah memotong perkataannya.

"Tenanglah, Nona. Aku bukanlah orang jahat. Aku hanya ingin meminta bantuanmu. Antarkan aku kemana pun asalkan jauh dari keramaian," ucap lelaki itu dengan tampang datar.

Ha? Mengantarkannya kemanapun? Memangnya dirinya siapa?

Sakura mencoba menenangkan dirinya. "Maaf Tuan. Tolong turun dari kendaraanku. Aku tidak menawari jasa antar penumpang sesuai keinginanmu. Seperti yang kau lihat, aku hanyalah seorang pegawai kantoran biasa. Maaf karena tidak bisa mengantarmu," Sakura berujar dengan perkataan yang sopan dengan nada ketus kepada lelaki yang ada di belakangnya ini. Namun tetap saja, lelaki itu masih bersikeras meminta tumpangannya.

"Aku tidak mengatakan kalau kau adalah seseorang yang menawari jasa semacam itu. Aku hanya meminta pertolonganmu. Tak bisakah kau menolongku untuk sekali ini saja?"

Memang, cara bicara lelaki itu sangatlah tidak sopan, dingin dan terkesan sombong. Terutama kepada orang yang pertama kali ditemuinya kemudian ia tiba-tiba meminta pertolongan orang tersebut. Namun, Sakura tak bisa mengabaikannya begitu saja.

Sakura memang tidak peduli dengan sekitarnya. Bahkan, jika ada suatu kecelakaan yang di jalan yang ia lintasi, ia tetap mengabaikannya. Itu karena, tidak ada yang meminta pertolongannya. Lain halnya dengan saat ini.

Lelaki yang ada di belakangnya ini meminta bantuannya. Entah apa yang terjadi pada lelaki itu. Yang pasti, ia kini tengah mengalami suatu masalah, dan lelaki itu memerlukan bantuannya.

Mungkin, untuk sekali ini, ia bisa berbaik hati pada orang asing.

"Baiklah. Aku akan mengantarkanmu. Tapi, asal kau tahu saja, aku tidak memberikan tumpangan pada orang asing secara cuma-cuma."

Sakura tersenyum tipis. Lumayan lah. Ia bisa mendapatkan bayaran atas jasa tumpangan yang diberikannya pada orang itu. Kebetulan sekarang adalah akhir bulan, dan uangnya sudah semakin menipis.

"Kau tenang saja. Kau bisa minta padaku berapa pun yang kau mau jika kau berhasil membawaku ke tempat yang jauh dari para penggemarku yang tengah berlari mengejarku ke arah kita."

"Ha? Penggemarmu? Memangnya kau ini artis?" Tanya Sakura dengan alisnya yang mengernyit heran.

"Begitulah. Kau bisa lihat ke belakang jika tidak percaya."

Sakura lantas menolehkan kepalanya ke belakang. Matanya terbelalak. Disana ada begitu banyak gadis yang berlari ke arah mereka dengan kamera maupun ponsel yang ada di tangan mereka, serta poster dari lelaki yang ada di belakangnya ini dengan tulisan,

WE LOVE YOU, SASUKE UCHIHA!

"Merepotkan," Sakura mengumpat kesal.

"Pegangan dengan erat jika kau tidak ingin terbang tertiup angin," tambahnya.

Ia lantas memacu motornya dengan kencang ke arah jalan raya kemudian pergi dari hiruk pikuk perkotaan dengan membawa lelaki yang ada dibelakangnya ini.

.

.

.

.

To Be Continue

.

.

.

.

Halo. Ini dia fic SasuSaku saya beberapa bulan lalu yang saya re-publish hari ini. XD

Sebenarnya saya hanya ingin merevisi beberapa scene pada fic ini. Tapi entah apa yang saya pikirkan saat itu, tiba-tiba saya berniat menghapus fic ini dari FFn lalu mempublish ulang. XD

Karenanya, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada readers yang padahal sudah mereview dan bahkan mem-favoritkan fic ini. m(_ _)m

Akhir kata, mind to RnR?