Moodswing

.

Yuuri! On Ice milik studio Mappa

Saya tidak mengambil keuntungan apapun dan bermaksud untuk menyinggung siapapun dalam cerita ini


Summary: Punya istri yang lagi hamil itu gak gampang. Dan Viktor percaya akan hal itu.

Warn: OOC, dll.


M-arket

Yuuri Nikiforov mengecek ponselnya dengan serius. Ekspresinya yang serius dan bibirnya yang mengerucut menandakan bahwa ia tak sedang ingin diganggu. Sesekali tangannya mengelus perutnya yang berisi Nikiforov Junior dengan sayang.

Di sisi yang lain, tampak sosok lain yang lebih tinggi dari Yuuri yang sedang mengenakan jaket abu abu miliknya. Sosok tampan yang merupakan suami Yuuri mulai menghampiri sang istri yang tiduran ke dalam sofa.

Dengan jahil, Viktor –sang suami- mencubit gemas pucuk hidung Yuuri yang sukses membuat Yuuri mengaduh pelan.

"Ittai. Sakit tahu." Rajuknya.

Rajukannya disambut kekehan lelaki itu. Yuuri sejenak memperhatikan sang suami. Entah kenapa ia terlihat semakin tampan. Ya ampun Yur, baru sadar kamu kalau suamimu itu memang tampan dari lahir?

Merasa diperhatikan, Viktor tersenyum ganteng. Dengan pede nya ia berkata sambil meletakkan ibu jari dan telunjuknya di didagu.

"Dilihatin terus. Huft, resiko orang ganteng."

Fix, kumat sudah kenarsisannya.

Yuuri lantas memutar bola matanya. Mengabaikan perkataan suaminya ia bertanya

"Viktor mau kemana?"

"Ke supermarket"

Yuuri diam sejenak, sedetik setelah itu tiba tiba saja ia bangkit dari posisi tidurnya ,berdiri sambil menarik kerah jaket Viktor sesekali melompat lompat seperti anak kecil.

"Betulkah? Ikut!"

"Yuuri, hati hati.. Perutmu sayang." Tangan Viktor refleks memegang perut Yuuri.

"Boleh ikut ya?"

"Baiklah, ganti baju dulu. Nanti susul ke mobil ya."

"Hm!" Angguknya.

.

.

Viktor lantas segera menuju mobil putih miliknya, ia mengarahkan mobilnya menuju depan rumah. Sembari menunggu Yuuri, Viktor melamun. Ah... Yuuri-nya semakin manis saja. Apalagi sifatnya yang sekarang seperti anak kecil. Mungkin karena bawaan bayinya? Entah. Viktor sendiri pun tak tahu.

Viktor terhanyut dalam lamunannya hingga tak sadar Yuuri telah masuk kedalam mobil. Setelah mendapatkan kesadarannya kembali, ia segera saja menuju supermarket.

Yuuri sangat senang. Kenapa? Karena semenjak kehamilannya, suaminya itu semakin protektif saja. Begini tak boleh, begitu tak boleh. Mau berseluncur sebentar tidak boleh, takut kandungannya kenapa napa. Ya kali, sekali seluncur bayinya melorot. Batin Yuuri kesal. Kekesalan Yuuri disertai dengan gumaman dan gerutuan yang sangat lama hingga mereka tiba di supermarket. Wow, lama juga dia menggerutu seperti itu. Salut saya sama kamu Yur.

Mobil pun dimatikan. Viktor pun turun lalu membukakan Yuuri pintu.

"Yuuri, sekarang kam-"

Sebentar, apa Yuuri dari tadi memakai pakaian seperti itu? Viktor bertanya dalam hati.

"Yuuri, kenapa pakai baju itu?" Tanyanya penuh intimidasi

"Kenapa? Baju ini nyaman kok."

Baju berwarna navy dengan potongan v neck memperlihatkan leher mulus Yuuri. Tak lupa bajunya hanya sampai perut. Memang sih celananya menutupi perutnya. Tapi bila Yuuri berjinjit. Mungkin saja perutnya terlihat. Dan Viktor tidak akan membiarkan malaikatnya ini dijadikan oleh konsumsi umum. Hell no!

Segera saja ia melepas jaketnya yang kemudian ia pakaikan ke Yuuri. Dengan begini, aurat (?) Yuuri tertutup sudah. Dari kejauhan mereka mendengar suara teriakan, fangirl mungkin? Ah, Viktor tak ambil pusing. Ia lantas menggandeng tangan Yuuri memasuki supermarket.

Setelah mengambil troli besar, Viktor memilah milah sampo. Kebetulan sampo miliknya habis. Ia lalu mengambil 3 buah sampo berukuran besar dan tak lupa mengambilkan sampo untuk Yuuri.

Sementara itu, Yuuri bingung untuk membeli sabun yang mana. Di tangan kanannya terdapat sabun dengan ekstrak madu dan lemon. Sedangkan di tangan kirinya terdapat sabun dengan ekstrak susu dan bengkoang. Kedua-dua nya bagus untuk kulit. Ia terus memelototi kedua sabun itu. Hingga akhirnya,

"Bodoh amat. Beli aja keduanya. Gitu kok susah" ucapnya tanpa pikir panjang.

Tak terasa, troli mulai dipenuhi oleh berbagai macam makanan ringan, peralatan mandi, sabun colek (?), detergen, minuman kaleng, minuman berenergi, dan parfum.

Disaat Viktor ingin menuju kasir, ia lupa membeli makanan untuk makachin. Sesegera saja ia pasrahkan troli ke Yuuri dan bergegas menuju tempat makanan hewan.

Yuuri yang dipasrahi troli itu memasukan segala makanan ringan yang menurutnya enak dan mahal. Makanan ringan itu membuat troli penuh dan berat.

.

.

Viktor melangkah menuju kasir dengan tangan kanannya membawa makanan anjing. Alangkah terkejutnya dia melihat Yuuri dengan troli penuh makanan. Alamak, dompetnya bakal dipertaruhkan. Dia lupa bawa kartu kredit pula, semoga cukup Ya Tuhan. Rapal Viktor meringis.

"Viktor.. Ayo cepat kita pulang! Yuuri mau pulang!" Yuuri dengan riang menuju mobil.

Sedangkan keadaan Viktor ngenes sekali. Ia membawa beban yang banyak dengan senyum yang dipaksakan.

Mata Yuuri yang kebetulan melihat kearah kedai es krim membuat tubuhnya bergerak kesana. Ia sangat ingin es krim vanilla itu. Tapi, apakah boleh? Ia membuat Viktor kehilangan uang cukup banyak.

'Maaf baby-chan. Lain kali saja ya.' Batin Yuuri sambil mengelus perutnya yang buncit sedikit.

"Pak, es krim nya satu."

"eh?" Yuuri segera saja melihat kearah yang berbicara. Baru saja ia akan menginterupsi, si lelaki memperlihatkan senyum yang memperlihatkan gigi rapi nya.

"Ini tuan, es krimnya"

"Oke, terimakasih. Yuuri, ayo pulang"

Viktor memberikan es tersebut ke Yuuri dan menarik Yuuri untuk segera pulang, berhubung langit sedang mendung.

.

.

.

Di dalam mobil tak banyak yang terdengar. Mungkin radio mobil yang meramaikan suasana, ditambah suara Yuuri memakan es krimnya.

"Nee, Viktor"

Tiba tiba Yuuri berbicara

"Apa?" Sahutnya tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan.

"Maaf, aku sudah menghabiskan uangmu. Gomenasai"

Begitu mengucapkannya, Yuuri sedikit menunduk, ia tak berani melihat Viktor.

"Gak papa"

Tangan Viktor yang lain mengangkat dagu Yuuri, ia lantas melanjutkan perkataannya.

"Apa sih yang tidak buat Yuuri?"

"..."

Yuuri merasa kalau jantungnya lagi doki doki, punya suami ganteng memang bikin serangan jantung.

Sedangkan Viktor, 'duit gue...' batinnya meringis.

Memang diluar ia tersenyum manis namun dalamnya tersenyum miris. Dari sana Viktor belajar, jangan lupa bawa uang yang banyak ketika belanja sama istri.

.

.

O-wn

Ada ada saja, Viktor pada saat itu masih sabar. Viktor kan anak yang strong.

Bagaimana tidak pusing? Semua barangnya tiba tiba diakuin semua Yuuri.

.

Flashback

1. Saat itu, Viktor ingin memakan jeruk dimeja makan. Bentuknya yang bulat dan warna yang menggoda membuatnya ingin memakannya. Pada saat tangannya hampir menyentuh buah tersebut. Yuuri memukul tangannya kemudian mengambil sekeranjang jeruk itu ke pangkuannya. Dengan menatap tajam pada Viktor, Yuuri berteriak,

"Ini semua milikku! Kamu gak boleh minta! Titik!"

2. Melihat cuaca yang cukup panas, Viktor memutuskan ingin berseluncur. Karena sudah cukup lama ia tidak berseluncur, rasanya agak sedikit kangen. Setelah memakai kaos kaki, ia bergegas menuju rak tempat ia menaruh sepatunya.

Tapi hasilnya nihil, ia tak menjumpainya dimanapun. Merasa aneh, ia lalu menuju kamarnya dan bertanya kepada Yuuri. Alangkah terkejutnya ia, sepatunya ada ditangan Yuuri.

"Yuuri, kemarikan sepatunya."

"Tidak!" Serunya sambil mengelus perutnya.

"Tap-"

"Ini milikku! Titik!"

Viktor tak sanggup lagi berkata kata.

3. Hari itu Viktor akan menghadiri suatu acara, dan ini cukup penting. Tarik, masukan, dikencangkan. Yup, dasi telah selesai dibentuk. Sekarang Viktor mencari jas nya. Dimana ia menaruhnya? Oh! Viktor ingat, itu ada di lemari kamar nya dan Yuuri.

Dan ketika ia sampai, jasnya dipakai Yuuri untuk tidur. Posisinya wenak sekali. Kebesaran sih memang, tapi nyaman untuk dipakai tidur.

Viktor jatuh terduduk. Ia bengong, sepertinya ia harus memberitahu temannya karena ia tak bisa hadir, itu disebabkan oleh malaikat yang mendadak berubah menjadi annabelle.

End Flashback

Memikirkannya malah membuat kerongkongannya terasa kering. Viktor segera beranjak dari sofa, kakinya melangkahkannya ke dapur. Disana, Yuuri sedang minum susu kehamilannya.

Gelas ia ambil, tangannya memencet tombol pembuat minuman, voila. Jus jeruk manis memenuhi gelasnya. Dirasa penuh, ia pun berhenti memencetnya. Entah sejak kapan datangnya, Yuuri merebut gelas miliknya.

"Ini milikku! Titik! " Desisnya tajam

"Tapi kamu kan baru minum susu Yuuri, berikan gelasnya."

"Viktor pelit , aku akan mengadukan ini pada kaa-san"

Tangannya mengambil ponsel, dengan cepat Yuuri mencari kontak sang kaa-san.

"Tuhan, cobaan apalagi ini" raung Viktor disela sela 'kekeringan' nya.

.

.

.

O-lah Raga

Tak terasa kandungan Yuuri sudah cukup besar. Hal ini membuatnya nampak gendut, awalnya Yuuri malu untuk keluar rumah dikarenakan perutnya. Namun lama kelamaan dia cuek saja. Sangat cuek malahan.

Karena kurang kerjaan, Yuuri memutuskan untuk pergi kerumah orang tuanya bersama sang suami. Kedatangannya itu disambut sang ibu dengan senang.

"Yuuri, ibu kangen sekali"

"Sama~"

Terjadilah adegan peluk pelukan antar ibu ibu itu. Lalu dimana Viktor? Jawabannya ia sedang bermain catur sembari bercakap cakap dengan ayah Yuuri.

"Ya Ampun, diluar berisik sekali? Ada sia- Yuuri!"

Minako, wanita cantik yang sempat mengajari Yuuri balet itu segera memeluk Yuuri. Sumpah, dia kangen sekali dengan murid gembulnya ini.

"Yuuri, apa kamu mau ikut yoga?"

Alis Yuuri sedikit tertarik keatas, "Hm?"

"Itu sangat baik untuk kesehatan, apalagi kamu sedang hamil bukan? Itu bisa mengurangi stres dan juga pegal"

"Waa.." Matanya berbinar, "Hontou?"

"Iya, ayo keatas, kita langsung saja"

"Sebentar, aku mau memberi tahu Viktor dul-"

"untuk apa? seperti rumahmu bertingkat 17 saja, dia pasti tahu. Ayo" Minako lantas menarik tangan Yuuri agar lebih cepat.

.

.

.

.

.

"Bagaimana dengan kondisi Yuuri?"

Di sela sela bermain catur, Tuan Katsuki bertanya.

"Baik kok otou-san ,Cuma ya terkadang sedikit moodswingnya itu loh," tutur Viktor sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Tiba tiba Nyonya Katsuki datang membawa teh hangat untuk kedua lelaki itu.

"Kaa-san harap kamu sabar ya. Memang seperti itu orang yang sedang hamil. Mau tidak mau ya harus mengalah." Dengan senyum manis Nyonya Katsuki menjelaskan.

"Oh iya kaa-san, Yuuri mana? Tak terasa sudah jam lima sore. Kita harus pulang."

"Yuuri ada diatas, bersama Minako. Katanya mereka yoga. Kaa-san ke dapur dulu ya, mau bikin katsudon buat ayahnya Yuuri."

.

.

Di atas

Tampak Minako sedang duduk di matras, tapi kemana si kacamata kesayangannya itu?

"Kalau kamu tanya tentang Yuuri, dia baru saja ke kamar kecil." Ucap Minako seakan akan tahu isi kepala kinclong Viktor.

"Oh iya Viktor, apa kamu masih bisa split? Aku ragu diusia mu yang sudah segitu masih bisa."

Twich

Perempatan mampir dipelipis Viktor.

"Tentu Minako-san. Akan ku praktekkan"

Pertama tama Viktor mengangkangkan kakinya, ia perlahan menurunkan kakinya.

"Kok rasanya agak berat ya? Apa dampak jarang pemanasan?" batin Viktor.

Disaat hampir sempurna. Yuuri tiba tiba berlari ingin memeluk Viktor. Niatnya sih ingin memeluk, tapi karena terlalu bersemangat dan Viktor juga sedang begitu Yuuri menurunkan paksa pundak Viktor yang mengakibatkan split sempurna yang sakitnya luar biasa di daerah paha.

Tepat saat itu juga, terdengar suara yang amat memilukan dari arah Viktor berada.

.

.

.

D-elicious

"Yuuri masak apa" Tanya Viktor yang mencium bau masakan sedap.

"Bikin kue" Yuuri menjawab pertanyaan Viktor tanpa melihat empunya. Dia sedang sibuk memecahkan telur.

"Yuuri sini aku bantu"

"Sebentar, pakai apronnya dulu"

Yuuri segera memberikan apronnya untuk Viktor.

"Ini"

'modus ah'

"Yuuri, tolong pakaikan apronnya."

Yuuri yang polos memakaikan apron tersebut. Tangan Viktor yang bebas memeluk pinggang Yuuri untuk menariknya lebih dekat. Dari sini ia bisa melihat rona merah samar dipipi Yuuri.

Sementara Yuuri berusaha sekuat tenaga untuk tidak melihat mata hijau tosca itu, demi apa! Padahal ia sudah sering melihatnya, tapi kalau ditatap begini kan lain. Dengan cepat ia menali pita apron tersebut tanpa memerdulikan mukanya yang merah padam.

"Sudah"

Viktor melepaskan tangannya, "Oke, lalu setelah telur apa lagi?"

"Viktor memperhatikanku membuat adonan saja, nanti kalau aku butuh bantuan, aku akan bilang."

"Laksanakan!"

.

.

Bunyi yang terdengar didapur itu didominasi oleh suara mixer. Sementara Viktor memperhatikan Yuuri, dan Yuuri sendiri yang salting hanya diam. Tanpa sengaja adonan yang sedang dicampur dengan pewarna mengenai pipi Yuuri. Sepertinya Yuuri tidak sadar.

Viktor dengan sigap, menarik dagu Yuuri agar menatapnya. Kemudian ia membersihkan adonan tadi menggunakan ibu jarinya. Tak sampai disitu, Viktor juga menjilat ibu jarinya tadi.

"So delicious," katanya sambil menyeringai.

.

.

.

TBC...


Loha! Lama gak jumpa FF semenjak saja otw ujian XD pa kabar semua?

Maap baru nongol, lappy saya rusak XD ini aja ngetik di warnet :v hehehe..

Oh iya, selamat menunaikan ibadah puasa ya buat yang muslim! Semoga dapet hidayah deh.. :)

Note: Hayoo, galeri dan history nya udah dibersihin belum? XD

-Hiro Mineha