Di sebuah kamar di salah satu apartemen di Kota New York. Sepasang mata berwarna biru sebiru samudra milik seorang laki-laki mengerjap beberapa kali untuk menormalkan pengelihatannya yang sedikit memburam kala terbangun dari tidurnya. Dengan tenang laki-laki itu beranjak dari tempat tidurnya berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya dengan air untuk memulihkan kesadarannya.

Laki-laki itu bernama Namikaze Naruto. Laki-laki yang ceria dan mudah bersosialisasi pada sifat aslinya namun ia menjadi laki-laki yang lebih pendiam dan pancaran mata yang menampakkan kekosongan setelah mengetahui bahwa orang tuanya telah dibunuh. Ia adalah seorang ahli waris tunggal dari kekayaan yang melimpah dari mendiang orang tuanya, Namikaze Minato seorang tokoh politik Jepang sekaligus presiden direktur dari Namikaze Corp. dan Uzumaki Kushina yang harus terenggut nyawanya karena dunia gelap kehidupan politik di Jepang. Ayahnya adalah orang penting dalam dunia politik di Jepang yang tersohor karena kejujuran dan ketegasannya sehingga banyak rakyat Jepang yang merasa kehilangan saat Minato meninggal bersama istrinya yang tengah bersamanya karena gelapnya dunia politik Jepang. Oleh ayahnya, Naruto telah di pindahkan ke New York sejak berusia 9 tahun tepat seminggu sebelum Minato dan Kushina di bunuh oleh orang yang tidak di ketahui sampai sekarang Naruto berusia 17 tahun untuk diselamatkan dari dunia gelap politik yang bisa merenggut nyawanya. Di New York ia bersama Jiraiya yang merupakan seseorang yang dianggap ayah oleh Minato. Mendiang ayah Naruto.

Di usia 15 tahun Naruto memutuskan untuk menjadi anggota Anbu, pekerjaan dari organisasi pelindung pemerintahan yang bisa membunuhnya kapanpun. Selama pelajaran menjadi Anbu yang sudah 2 tahun ia jalani akhrinya mencapai pada tingkat kepantasan untuk dirinya menjadi seorang Anbu. Ia kini menjadi seorang Anbu termuda di Amerika. Anbu adalah organisasi mata-mata rahasia yang dibentuk untuk melindungi tokoh penting dalam pemerintahan Jepang yang berada dalam perintah langsung Departemen Pertahanan Negara, departeman yang mengatur keamanan negara dan keamanan politik Jepang. Kini Anbu sudah terlepas dari Departemen Pertahanan Negara sejak 3 tahun lalu dan menjadi organisasi yang berdiri sendiri dan di lindungi pemerintah. Anbu kini dipimpin oleh seseorang yang misterius bernama Shimura Danzo. Tugas Anbu adalah melindungi politik Jepang dan juga memecah kasus penyimpangan politik. Anbu tersebar di berbagai negara dengan jumlah personil yang sedikit di tiap negara agar kerahasiaannya tetap terjaga. Ia menjadi Anbu untuk mengikuti jejak orang yang merawatnya sejak ia berada di New York -Jiraiya. dan menjadi kuat untuk membalaskan kematian orang tuanya.

Dering panggilan masuk pada sebuah ponsel menjadi perhatian seorang laki-laki yang memiliki surai pirang dan mata biru sebiru samudra itu. Laki-laki itu berjalan menuju kamarnya untuk menjawab panggilan di ponselnya. Ia menatap layar ponselnya kini bertuliskan 'Karin Is Calling' dengan tatapan datar.

"Ya?" ucapnya dengan suara berat khas seorang laki-laki berumur 17 tahun.

"Orochimaru-sama ingin bertemu denganmu. Jam 9 malam kau tunggu di persimpangan terakhir Adam Clayton Powell Jr. Boulevard menuju Central Park. Aku akan menghampirimu." Ucap Karin dari seberang telepon lalu menutup panggilannya.

"Orang tua itu selalu saja semaunya." Gumam laki-laki itu sambil menatap layar ponselnya lalu melempar ponselnya ke tempat tidurnya lalu keluar dari kamarnya.

Adam Clayton Powell Jr. Boulevard. Naruto kini sudah berada di persimpangan terakhir di jalan Adam Clayton Powell Jr. Boulevard untuk memenuhi panggilan dari seseorang yang ia anggap penting karena telah juga merawatnya sejak ia berada di New York. Ia berdiri dengan punggung yang bersandar pada sebuah tiang lampu penerangan jalan sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana. Ia mengenakan sebuah jeans hitam dan sepatu sport berwarna biru sebagai bawahan lalu ia mengenakan sebuah kaos putih V-neck polos memperlihatkan sebuah kalung berbandul batu sapphire berbentuk seperti tabung kecil dengan bagian lancip pada ujung batu dan memiliki 6 sudut lancip di sekelilingnya pemberian dari seseorang di masa kecilnya yang telah ia lupakan lalu mengenakan sebuah jaket sports coat berwarna biru.

Tak sampai 2 menit Naruto berada disana, sebuah mobil porsche berwarna merah berhenti tepat di depannya. Kaca mobil itu terbuka dan menampakkan seorang gadis cantik berkaca mata minus bersurai merah yang mengenakan sebuah dress merah.

"Masuklah." Ucap Karin.

"Ya." Jawab Naruto lalu masuk kedalam mobil.

Disebuah restoran tidak jauh dari jalan Adam Clayton Powell Jr. Boulevard. Tempat ia kini berada. Duduk di sebuah meja bersama seorang laki-laki bersurai hitam panjang dengan warna kulit putih pucat yang mengenakan sebuah jas hitam dan seorang gadis bersurai merah yang sebelumnya telah menjemputnya.

"Jadi ada apa kau memanggilku? Orochimaru." Tanya Naruto to the point sambil menatap lurus kearah pria bersurai hitam panjang itu.

"Kau terlalu terburu-buru, nikmatilah makan malammu, Naruto." Ucapnya.

"Aku masih harus menyelidiki siapa dalang dalam pembunuhan orang tuaku. Jadi cepatlah." Ucap Naruto datar dan dengan tatapan tajam dari mata indah berwarna biru miliknya. Orochimaru adalah sahabat dari Jiraiya yang telah merawatnya selama ia berada di New York.

Orochimaru berdehem dan menoleh kearah Karin lalu mengangguk, memberi tanda bahwa saatnya. Karin mengeluarkan sebuah map cokelat berisi dokumen hasil penyelidikan Orochimaru. Karin menaruh map itu diatas meja lalu menyodorkan kearah Naruto.

"Bacalah. Setelah ini kau akan menjalankan tugasmu di Jepang." Ucap Orochimaru.

Naruto mengambil map itu dan membacanya. Ia membulatkan matanya. Terkejut. Terkejut dengan apa yang telah ia baca.

"Ini!?" ucapnya terkejut.

"Daftar anggota dari sebuah kelompok pembunuh bayaran yang disewa untuk membunuh orang tuamu. Akatsuki." Ucap Orochimaru.

"Setelah ini kembalilah ke Jepang untuk–"

"Apa aku terlambat?" ucap seorang laki-laki bersurai putih panjang yang mengenakan jas abu-abu memotong ucapan Orochimaru.

"Hanya sedikit terlambat, Jiraiya." Ucap Orochimaru pada sahabatnya yang selama ini telah merawat Naruto. Naruto hanya menoleh kearah Jiraiya.

"Lanjutkan, Orochimaru." Ucap Naruto datar meminta penjelasan lebih lanjut.

"Setelah ini kembalilah ke Jepang lalu kau harus masuk sekolah Konoha Gakuen menyamar menjadi seorang siswa untuk melindungi seorang gadis keturunan Hyuga yang akan menjadi target dari kelompok itu." Ucap Orochimaru.

"Dia adalah putri sulung dari Hyuga Hiashi, seorang tokoh politik dan seorang presiden direktur Hyuga Corp. yang kini diambil alih oleh saudara kembarnya yang bernama Hyuga Hizashi. Hyuga Hiashi adalah kenalan mendiang ayahmu namun ia telah tewas dibunuh 3 tahun lalu dengan cara seolah itu adalah kecelakaan saat hendak pulang dari kantornya." Ucap Jiraiya melanjutkan penjelasan Orochimaru.

"Dia akan menjadi target karena ia juga mengetahui kunci dari sebuah pemecahan kasus korupsi yang dilakukan oleh tokoh politik di Jepang yang telah di enkripsi oleh Hyuga Hiashi beberapa hari sebelum meninggal. Ia juga mengetahui password enkripsi dari sebuah data yang akan menguak tokoh politik yang menjadi dalang gelapnya dunia politik di Jepang dan orang yang menyewa Akatsuki untuk membunuh orang tuamu. Lalu selama kau melindungi gadis itu. Aku dan orang itu akan mencari bukti untuk menguatkan data yang akan menguak tokoh politik yang terlibat." Lanjut Jiraiya lalu menunjuk kearah Orochimaru.

"Lalu dimana adik dari gadis yang akan aku lindungi berada? Kenapa perlindungan gadis Hyuga itu diserahkan padaku? Lalu apa gadis itu mengetahui bahwa akan ada anggota Anbu yang akan melindunginya?" Tanya Naruto mengetahui bahwa gadis yang akan ia lindungi memiliki adik dengan mendengar kata 'putri sulung' dari Jiraiya dan pertanyaan lain. Ia bertanya tentang adik dari gadis yang akan ia lindungi karena ia tidak ingin orang lain mengalami seperti hal yang ia alami, keluarganya dibunuh dan hidup tanpa saudara yang mengasihi.

"Dia bersama pamannya yang bernama Hyuga Hizashi yang sekarang berada di Kyoto. Dia akan berada dalam perlindungan langsung yang akan di tangani oleh Asuma Sarutobi dan Might Guy. Lalu kenapa kau yang bertanggung jawab atas perlindungan gadis Hyuga itu adalah karena Ia tidak melakukan home schooling seperti adiknya, bila ia juga melakukan home schooling seperti adiknya itu akan terkesan seperti menyembunyikannya dan itu memancing tokoh politik yang menjadi dalang menjadi semakin gencar dan berniat untuk segera membunuhnya, bukan untuk menculiknya lalu mengambil dokumen dan mengenkripsi untuk membersihkan namanya. Tidak ada yang memberitahunya bahwa akan ada anggota Anbu yang akan melindunginya karena itu bisa membuatnya panik lalu menghilang dan membuat kita susah untuk melindunginya." Ucap Jiraiya.

"Jadi hanya kau yang melindungi putri sulung Hyuga Hiashi karena kau bisa menyamar menjadi siswa di Konoha Gakuen untuk melindunginya karena usiamu yang baru berusia 17 tahun namun sudah lulus dari sekolah menengah atas dengan akselerasi selama 2 tahun ini. Dan ingat, jangan sampai identitasmu sebagai Anbu terbongkar. Karena Anbu tidak boleh di ketahui oleh sembarang orang. Kakashi sudah mengurus berkas dokumen untukmu agar bisa bersekolah di Konoha Gakuen, dan berkas lainnya seperti surat izin mengemudi dan kartu tanda penduduk selama kau menjalankan misi ini. Lalu kau harus memakai nama keluarga Uzumaki agar menyembunyikan identitasmu sebagai anak dari Namikaze Minato. Uzumaki adalah nama keluarga mendiang ibumu, Naruto." Lanjut Jiraiya.

"Ini seperti mempertaruhkan nyawa gadis Hyuga itu. Tetapi baiklah, Jii-san. Aku mengerti." Ucap Naruto datar.

"Kau memanggilnya, Jii-san. Tetapi kau memanggilku hanya dengan nama. Apa kau melupakan bahwa aku juga mengajarimu pertahanan dan penyerangan." Ucap Orochimaru santai.

"Baiklah, Orochimaru" Naruto memberi jeda. "Jii-san." Lanjutnya sambil tersenyum tipis.

"Jangan terlalu kaku bila kau bersama putri dari Hiashi itu. Keluarkanlah sifat aslimu yang periang itu karena dia juga temanmu saat kau masih berada di Jepang. Aku takut kau tidak akan pernah bisa dekat dengan seorang gadis." Ucap Jiraiya sambil menggoda Naruto.

"Aku tidak ingat teman-temanku saat aku masih berada di Jepang." Ucap Naruto datar namun ucapan itu jujur adanya. Sejak ia mengetahui kedua orang tuanya tewas di bunuh ia menjadi laki-laki yang tertutup dan penuh dendam. Ia telah melupakan semua teman yang pernah ia kenal saat masih berada di Jepang karena pikirannya selalu tertuju pada 'menjadi kuat' dan 'membunuh pembunuh orang tuanya'.

"Setelah kau berada di Jepang Kakashi akan menjelaskan lebih lanjut." Ucap Jiraiya.

"Aku harus mengingatkanmu untuk yang satu ini." Ucap Orochimaru.

"Jangan terbawa perasaan saat berhadapan dengan Akatsuki. Jangan kau bunuh mereka, kami perlu informasi lebih lanjut yang dimiliki Akatsuki." Lanjut Orochimaru.

"Akan aku usahakan." Ucap Naruto datar.

.

White Heart

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Story: Baka DimDim

Warning: AU,OOC,Typo,No EYD,Pasaran,Abal,Maksa,VIOLENCE. dll.

Rate: M

Genre: Crime/Romance

.

Tokyo International Airports. Seorang laki-laki bersurai sewarna dengan warna perak dengan masker hitam yang menutupi hidung mulut hingga lehernya dan sebuah luka vertikal pada mata kirinya tengah berdiri menunggu seseorang. Terlihat dari pergerakan dari kulit sekitar matanya bahwa ia tengah tersenyum saat melihat orang yang ia tunggu.

"Lama tidak bertemu, Naruto." Ucapnya saat melihat Naruto yang berjalan santai dengan mengenakan sebuah Hoodie berwarna hitam bertuliskan 'What the fuck are you looking at!?' dengan font berwarna putih lalu celana jeans biru dan sepatu sport berwarna putih lalu sebuah tas ransel yang tidak terlalu besar yang di pasangkan hanya tali sebelah kanan tas dengan bahu kanannya.

"Ya, lama tidak bertemu Kakashi-san. Sepertinya kau masih tidak percaya diri dengan wajahmu dengan memakai masker itu." Ucap Naruto dengan sedikit senyum di wajahnya.

"Sudahlah, ayo." Ucap Kakashi langsung mengajak Naruto ke apartemen yang akan di tinggalinya.

"Ya." Ucap Naruto secukupnya.

Sebuah apartemen yang tidak terlalu besar namun terlihat mewah kini terdapat dua orang laki-laki tengah duduk di meja makan dan salah satunya sedang memakan sebuah cup ramen.

"Jadi, bisa kau jelaskan penjelasan lebih lanjut yang Jiraiya Jii-san maksud." Ucap Naruto sambil memakan cup ramennya.

"Baiklah. Dia bernama Hyuga Hinata." ucap Kakashi.

"Hinata? nama itu tidak asing." Batin Naruto sedikit terkejut namun tidak menunjukkan raut wajah terkejut di wajahnya.

"Dia tinggal sendiri di sebuah apartemen yang berjarak 2 blok dari apartemen ini, dia memiliki rambut berwarna indigo panjang, mata berwarna amethyst, dada yang lebih besar da–"

"Cukup! aku tidak ingin mendengar kata mesum darimu, Kakashi-san." ucap Naruto memotong ucapan Kakashi yang mesum.

"Ahahah. Sudah hanya itu yang bisa aku jelaskan. Selebihnya karena kau akan satu sekolah dengannya maka kau bisa tahu sendiri tentangnya dengan mudahnya." Jelas Kakashi sambil tersenyum.

"Jika hanya itu aku bisa mencari tahu sendiri. Bisa kau berikan aku fotonya agar aku mudah menemukannya?" Ucap Naruto malas.

"Besok kau akan segera tahu seperti apa 'Hyuga Hinata' itu karena besok kau sudah harus masuk sekolah Konoha Gakuen, seragam sekolahmu sudah ada di lemari dan kendaraanmu sudah ada di area parkir apartemen. Ini kuncinya. Aku harus segera pergi." Ucap Kakashi lalu menaruh sebuah kunci mobil diatas meja makan lalu berdiri dan pergi meninggalkan Naruto di meja makan.

"Jika kau bertanya tentang senjata, itu ada di berangkas di belakang lemari bajumu. Semoga beruntung dan jangan terbunuh. Akatsuki bukan kelompok sembarangan. Soal kendaraan yang akan kau gunakan itu adalah milikmu pribadi. Itu untukmu dari Genma, ia mendapatkan mobil itu sebagai hadiah kerja sama antar perusahaan dan hadiah itu diberikan untukmu, semoga kau menyukainya. Setelah ini aku hanya memberi saran untukmu untuk belajar dan menggantikan posisi Genma untuk mengambil alih perusahaan. Ketiga tangan kanan mendiang ayahmu berharap kau melanjutkan hidupmu dengan mengurus perusahaan yang dirintis oleh mendiang ayahmu. Mereka sangat setia pada mendiang ayahmu, Naruto." Ucap Kakashi berhenti sejenak tanpa melihat kearah Naruto lalu pergi meninggalkan Naruto.

Genma Shiranui. Genma adalah tangan kanan Minato Namikaze bersama Raido Namiashi dan Iwashi Tatami. Ketiga tangan kanan mendiang ayah Naruto kini mengabdikan diri pada Naruto. Genma mengurus perusahaan Namikaze Corp. yang kelak akan diambil alih oleh Naruto lalu Raido mengurus kediaman Namikaze dan Iwashi mengurus keuangan Namikaze.

"Arigato. Akan aku pikir kembali setelah ini berakhir." Gumam Naruto dengan wajah menyendu. Jujur ia merasa senang karena orang-orang di sekitarnya selalu memperhatikannya meski kedua orang tuanya telah tiada namun kesenangannya itu tidak berarti bila rasa dendamnya terus ada di hatinya.

Hari pertama dimana ia masuk sekolah Konoha Gakuen pun tiba. Kini ia telah mengenakan seragam Konoha Gakuen dengan bawahan berwarna hitam lalu atasan berwarna putih dengan logo Konoha Gakuen dibagian dada kirinya dan almamater berwarna hitam. Ia berjalan dengan menggantungkan sebuah tas ransel hitam di bahu kanannya menuju area parkir untuk mencari kendaraan yang akan digunakannya. Ia menekan tombol unlock pada kunci mobil untuk mengetahui mobil mana yang akan ia gunakan. Mobil itu pun berbunyi dan ia tahu mobil apa yang akan ia gunakan. Ia menatap malas mobil yang akan ia gunakan. "Mobil ini akan sangat menarik perhatian." Batinnya malas. Ia segera masuk kedalam mobil dan melajukan mobilnya menuju sekolah barunya.

Hari pertamanya sangat aneh baginya, karena ia menjadi pusat perhatian semua orang yang berada di area parkir Konoha Gakuen yang melihatnya saat ia keluar dari mobil Lamborghini Aventador model Convertible berwarna biru yang diberikan Genma padanya dari hadiah kerja sama perusahaan Namikaze Corp.

"Seperti yang aku kira, aku menjadi pusat perhatian dengan mobil seharga $ 411.600,- ini. Memang sekolah ini adalah sekolah elite tetapi menggunakan mobil ini namanya berlebihan." batin Naruto malas.

Ia bisa merasakan tatapan memuja dan tatapan kagum yang di berikan padanya dari siswi Konoha Gakuen. Ia juga samar-samar mendengar suara seperti. 'siapa dia?' atau 'dia tampan sekali' atau 'dia keren sekali' dari siswi-siswi Konoha Gakuen yang sedang memperhatikannya.

Ia berjalan menuju ruang kepala sekolah. Ia terus berjalan tanpa arah karena tak tahu dimana letak ruang kepala sekolah itu berada karena sekolah ini begitu besar. Akhirnya ia memutuskan untuk bertanya pada dua siswi Konoha Gakuen yang bersurai soft pink sebahu dan bersurai pirang panjang diikat pony-tail yang berjarak 3 meter darinya.

"Sumimasen, boleh aku bertanya dimana letak ruang kepala sekolah?" Tanya Naruto pada kedua siswi itu sambil tersenyum tipis.

"I-iya, si-silahkan i-ikuti ka-kami." Ucap siswi bersurai soft pink terbata gugup.

"Bi-biar kami tunjukkan." Ucap siswi bersurai pirang dengan gugup.

"Arigato." ucap Naruto sambil tersenyum tipis.

Naruto dan kedua siswi itu berjalan menuju kantor kepala sekolah. Naruto berada di belakang sedangkan kedua siswi itu berjalan di depannya. Ia berjalan dengan tenang dan tatapan mata yang tenang. Ia kini sudah berada di depan ruang kepala sekolah.

"A-ano, ini ruang kepala sekolahnya." ucap siswi bersurai soft pink gugup.

"Ah ya. Arigato. Emm…" Naruto memberi jeda. Ia sedang melirik name-tag pada seragam kedua siswi yang mengantarnya.

"Haruno Sakura-san, Yamanaka Ino-san." Lanjut Naruto sambil tersenyum tipis dan menyebut nama kedua siswi itu setelah mengetahuinya dari name-tag yang ada di dada kanan seragamnya.

"I-iya, sama-sama… Etoo…" ucap siswi bersurai soft pink menggantung karena tidak tahu nama laki-laki di depannya dan belum ada name-tag yang terpasang di seragamnya.

"Uzumaki Naruto." Ucap Naruto yang mengetahui bahwa ia belum memiliki name-tag. Naruto segera masuk kedalam ruang kepala sekolah untuk mengetahui di tempatkan di kelas mana dia nantinya.

Didepan ruang kepala sekolah kedua siswi yang mengantar Naruto ke ruang kepala sekolah tengah berbincang mengenai Naruto. Tengah mengobrol sambil berjalan menuju kelasnya.

"Sakura dia tampan sekali. Kyaaa!" Ucap siswi bersurai pirang dengan berlebihan.

"Iya, Ino, tetapi aku merasa mengenalnya sebelumnya." Ucap siswi bersurai soft pink dengan wajah heran merasa mengenal siswa baru itu.

Naruto masuk kedalam ruang kepala sekolah. Saat ia masuk ia bertemu dengan seorang pria yang sudah cukup berumur. Tengah duduk di mejanya sambil melihat beberapa dokumen di mejanya.

"Sumimasen, saya adalah murid pindahan yang hari ini akan memulai sekolahnya. Nama saya Uzumaki Naruto." Ucap Naruto sopan.

"Kau murid baru itu. Silahkan duduk, Uzumaki-san. Saya sudah menerima laporan bahwa akan ada murid baru yang akan masuk hari ini. Nama saya Hiruzen Sarutobi. Kepala sekolah Konoha Gakuen." Ucap Hiruzen Sarutobi.

"Sarutobi? Apakah ia berkerabat dekat dengan Asuma-senpai?" batin Naruto. Ia ingat nama keluarga seniornya di Anbu. Asuma Sarutobi.

"Saya akan berada di kelas mana Sarutobi-sensei?" Tanya Naruto.

"Kau akan berada di kelas 3-A. Sebentar lagi wali kelas dari kelas 3-A akan datang, tunggulah sebentar disini. Teh?" ucap Hiruzen Sarutobi lalu menawarkan teh.

"Tidak, terimakasih untuk tawaran tehnya. Saya akan menunggu saja." Jawab Naruto sopan.

Beberapa menit kemudian datanglah seorang wanita bersurai hitam panjang dan memiliki mata berwarna merah.

"Sumimasen, Hiruzen-sama." Ucapnya.

"Ah, Kurenai-san. Ini adalaha Uzumaki Naruto murid baru di kelasmu. Uzumaki-san, ini adalah Kurenai Yuhi, dia adalah wali kelasmu." Ucap Hiruzen Sarutobi memperkenalkan Naruto dan Kurenai.

"Tolong bimbing dia untuk kelasmu, Kurenai-san." Ucap Hiruzen Sarutobi.

"Ha'I, Hiruzen-sama." Ucap Kurenai berojigi pada Hiruzen Sarutobi.

"Uzumaki-san, silahkan ikut aku." Ucap Kurenai pada Naruto.

"Ha'I. Mohon bimbingannya." ucap Naruto sedikit membungkuk sopan lalu mengikuti Kurenai.

Naruto POV.

Aku kini berada di depan kelas dengan papan bertuliskan 3-A dibagian atas pintunya. Aku melihat Kurenai-sensei sedang berbicara dengan seorang sensei berkacamata hitam.

"Silahkan masuk, Uzumaki-san." Ucap Kurenai-sensei mengizinkan aku masuk. Aku segera masuk untuk perkenalan.

"Baiklah, aku harus ke ruanganku, Ebisu-sensei." Aku mendengar ucapan Kurenai-sensei pada Ebisu-sensei. Dan aku lihat Ebisu-sensei hanya mengangguk. Lalu dapat aku lihat Kurenai-sensei berjalan meninggalkan kelas.

"Aku adalah guru matematika. Kau bisa memanggilku Ebisu-sensei, Uzumaki-san." Ucap Ebisu-sensei memperkenalkan dirinya.

"Ha'I, Ebisu-sensei. Mohon bimbingannya" Ucapku lalu sedikit membungkuk sopan.

"Perhatian murid-murid, kalian memiliki teman baru. Silahkan perkenalkan dirimu." Ucap Ebisu-sensei mengambil perhatian dari semua siswa dan siswi di kelas lalu mempersilahkan diriku untuk memperkenalkan diri.

Aku mengalihakan pandanganku pada seluruh siswa dan siswi yang berada di kelas. Aku mulai memperkenalkan diriku.

"Hajimemashite, watashi wa Uzumaki Naruto desu. Yoroshiku onegai shimasu." Ucapku lalu tersenyum tipis dan berojigi pada semua teman sekelasku.

Aku kini sudah berdiri tegak dan melihat semua teman-teman sekelasku masih dengan senyum tipis di wajahku. Aku mencari seorang gadis bersurai indigo dengan mata berwarna amethyst, yang aku tahu dari Kakashi seperti itulah ciri Hyuga Hinata, namun tidak aku temukan dia di kelas ini. Aku dapat melihat tatapan memuja yang dipancarkan banyak siswi lalu tatapan beberapa siswa yang sinis dikelas ini padaku serta mendengar bisik-bisik siswi seperti 'dia tampan' lalu 'dia yang tadi itu' 'dia keren' dan beberapa kalimat seperti memuja dan kalimat sinis dari beberapa siswa saat mencari Hyuga Hinata yang harus aku lindungi. Kalau dia tidak sekelas denganku sepertinya aku harus memiliki kenalan terlebih dahulu untuk menjadi informan.

Aku melihat dua orang siswi yang sebelumnya telah membantuku untuk menuju ruang kepala sekolah, ternyata mereka berdua sekelas denganku.

"Sensei, aku ingin bertanya pada Uzumaki Naruto-san. Sebelum pindah disini kau bersekolah dimana Uzumaki-san?" ucap seorang gadis perambut pirang yang sebelumnya telah menolongku yang telah aku ketahui bernama Yamanaka Ino dengan nada manja. 'ada apa dengan nada bicaranya?'

"Sebelum aku bersekolah disini aku bersekolah di New York. Aku bersekolah di Poly Prep Country Day School, Yamanaka Ino-san." Ucapku sambil tersenyum tipis seformal mungkin.

"KYAA... DIA MASIH INGAT NAMAKU..." pekiknya sepertinya sangat bahagia. Aku hanya memandangnya dengan heran 'ada apa dengannya?' itu pertanyaan yang ada di kepalaku. Tingkahnya membuatku heran.

"Kau ini berisik sekali, Ino." ucap siswi bersurai soft pink yang aku ketahui bernama Haruno Sakura.

"Sudah-sudah, jika kalian ingin mengenalnya lebih lanjut gunakan waktu istirahat atau seusai pelajaran hari ini berakhir." Ucap Ebisu-sensei.

"Uzumaki-san, silahkan duduk di–"

"Go-gomenasai. Saya terlambat, sensei." Terdengar suara lembut seorang gadis yang baru masuk kedalam kelas, aku pun juga menoleh kearahnya. Aku melihat rambutnya bersuari indigo dan matanya berwarna amethyst, apakah ia Hyuga Hinata?

"Ah Hyuga-san? Baru sekali ini aku mendapatkanmu terlambat di pelajarnku. Untuk kali ini aku maafkan. Silahkan duduk. Dan Uzumaki-san kau duduk di sebelah Hyuga-san." Ucap Ebisu-sensei padaku dan Hyuga itu.

Dia bermarga Hyuga, pasti dialah Hyuga Hinata.

"H-ha'I, sensei." Ucap Hyuga itu.

Aku sedikit terkejut saat melihatnya. Terkejut dan entah mengapa pikiranku memikirkan masa kecilku saat aku masih berada di Jepang, kepalaku tiba-tiba merasa pusing, aku teringat seorang gadis kecil bersurai indigo pendek sedang bermain di taman bersamaku saat melihat Hyuga itu.

"Hinata-chan, kenapa hanya sendirian bermain ditaman? Kenapa tidak memakai syal? Udara sekarang sangat dingin."

"Na-naruto-kun?"

"Ya?"

"Ke-kenapa Na-naruto-kun memakaikan syal ini pa-padaku? Nanti Naruto-kun ter-terkena flu."

"Syal itu untuk Hinata-chan saja. Karena aku besok akan pergi jauh."

"Naruto-kun jangan pergi."

"Kata Tou-chan aku pergi tidak lama, Hinata-chan."

"Ka-kalau begitu Naruto-kun pa-pakai kalung ini. Eh, a-agar Naruto-kun selalu ingat pa-padaku."

"Baiklah, Hinata-chan."

Suara Ebisu-sensei menghentikan apa yang tengah terjadi dalam pikiranku.

"Uzumaki-san, Segera duduk." ucap Ebisu-sensei.

"Y-ya, sensei?"

Aku segera menyadarkan pikiranku. Sebelumnya aku seperti mendengar percakapan antara aku dan gadis kecil bersurai indigo pendek. Apakah ia benar teman masa kecilku? Hinata? Aku seperti tidak asing dengan nama itu. Eh. Ada apa denganku? Kenapa aku mulai menjadi melankolis seperti ini? Aku tidak boleh seperti ini, aku harus menjalankan tugasku dengan sempurna dan membalaskan kematian orang tuaku dengan sempurna.

Naruto POV. End.

Naruto dan Hinata berjalan menuju tempat duduknya. Hinata berjalan didepannya. Naruto berjalan dengan tentang dan tatapan matanya memandang lurus kedepan. Ia memperhatikan Hinata meski pupilnya tidak mengarah pada Hinata. Sedangkan Hinata berjalan menuju tempat duduk miliknya sambil menunduk, ia sedikit melirik kearah Naruto dan ingatannya berputar lalu tanpa sadar dia menggumamkan sebuah nama.

"Na-naruto-kun." ucap Hinata lirih dan sangat pelan.

Naruto sedikit tersentak saat mendengar Hinata mengucap nama kecilnya dengan lirih namun ia tak menunjukan ekspresi yang berarti pada wajah tampannya tetapi berbeda dengan pikirannya.

"Apakah aku tidak salah dengar bahwa ia menyebut namanku?" batin Naruto.

Kini Naruto dan Hinata telah duduk di kursi mereka yang bersebelahan. Naruto akan memulai perkenalan dan pendekatan dengan Hinata untuk mempermudah tugasnya.

"Watashi wa Uzumaki Naruto desu." Ucap Naruto dengan senyum tipis lalu mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Hinata.

"Eh. Wa-watashi wa Hyu-hyuga Hinata desu." ucap Hinata gugup. Dengan gugup Hinata menjabat tangan Naruto.

"Benar, dialah Hyuga Hinata." Batin Naruto.

Hyuga Hinata adalah seorang gadis yang memiliki surai indigo panjang dan memiliki mata tanpa pupil dan beriris amethyst. Ia adalah gadis yang sederhana meski ia memiliki warisan yang melimpah dari ayahnya -Hyuga Hiashi- yang telah tiada. Ia adalah gadis pemalu, lembut dan tidak bisa membenci seseorang karena sifat lembutnya dan meski sekarang ia hidup sendiri itu tidak merubah sifat aslinya karena ia tahu semua yang telah terjadi adalah sesuatu yang telah ditakdirkan dan lantas dirinya hanya harus menerima semua yang telah terjadi dan melanjutkan hidupnya.

"Tangannya besar, hangat dan sangat menenagkan." Batin Hinata.

Hinata POV.

Apakah Uzumaki-san adalah Naruto-kun teman semasa kecilku? Sifatnya berbeda, jika Uzumaki-san memang Naruto-kun yang aku maksud senyumnya pasti akan terasa hangat, namun yang aku rasakan adalah sebuah senyum yang seolah memiliki berjuta arti namun bukan senyum yang penuh ketulusan.

Flashback

Di sebuah taman dekat rumahku, aku sedang bermain ayunan sendirian aku adalah seorang gadis kecil pemalu yang hanya memiliki sedikit teman. Saat aku sedang bermain ayunan aku mendengar suara anak laki-laki yang aku kenal. Naruto-kun. Aku pun menoleh kearahnya. Dia adalah Namikaze Naruto-kun adalah teman pertamaku, ia adalah sosok yang aku kagumi karena ia pernah meolongku saat aku diganggu oleh tiga anak laki-laki yang nakal saat pulang sekolah. Aku dan Naruto-kun berbeda sekolah dan aku tidak tahu dimana ia tinggal dan namun aku dan dia sering bertemu di taman ini untuk bermain bersama.

"Hinata-chan, kenapa hanya sendirian bermain ditaman? Kenapa tidak memakai syal? Udara sekarang sangat dingin." Ucap Naruto-kun lalu memakaikan sebuah syal merah di leherku dari belakang membuatku terkejut. Lalu ia berjalan agar dirinya berada di hadapanku.

"Na-naruto-kun?" ucapku terkejut dan sedikit merona merah dipipiku.

"Ya?" ucapnya aku melihat wajahnya aku merasakan sesuatu saat aku melihat kedalam mata indahnya.

"Ke-kenapa Na-naruto-kun memakaikan syal ini pa-padaku? Nanti Naruto-kun ter-terkena flu." Tanyaku dengan gugup dan sedikit menunduk, jujur saja aku menyukai Naruto-kun karena dia adalah anak laki-laki yang periang dan aku terlalu pemalu untuk menatap matanya yang berwarna biru sebiru samudra itu dan aku sangat menyukai senyumnya yang hangat.

"Syal itu untuk Hinata-chan saja. Karena aku besok akan pergi jauh." Ucap Naruto-kun. Aku memberanikan diri untuk menatap wajahnya, wajahnya sedikit tertunduk dan aku dapat melihat tatapannya agak sendu.

"Naruto-kun jangan pergi!" ucapku tanpa sadar, aku pun juga sangat tidak ingin dia pergi, aku ingin selalu melihatnya tersenyum hangat padaku.

"Kata Tou-chan aku pergi tidak lama, Hinata-chan." Ucap Naruto-kun lalu menyubit kedua pipiku pelan dengan kedua tangannya dan membuatku sedikit merona. Malu, gugup dan sedih. Itulah yang aku rasakan.

"Ka-kalau begitu Naruto-kun pa-pakai kalung ini." Ucapku dengan gugup lalu melepas kalung berbandul batu sapphire berbentuk seperti tabung kecil dengan bagian lancip pada ujung batu dan memiliki 6 sudut lancip di sekelilingnya yang di berikan mendiang ibuku karena ibuku pernah berkata jika aku kelak memiliki seseorang yang spesial aku boleh memberikan kalung ini agar ia akan teringat terus padaku. Aku berdiri dan memakaikan kalung itu di leher Naruto-kun dengan gugup.

"Eh, a-agar Na-naruto-kun selalu ingat padaku." Lanjut ucapanku dengan gugup setelah memakaikannya kalung itu.

"Baiklah, Hinata-chan." Ucap Naruto-kun lalu tersenyum hangat. Senyuman itu membuat kedua pipiku merona dan senyuman itulah yang membuat hatiku hangat.

Flashback Off.

Entah kenapa aku teringat hari pertemuan terakhirku dengan Naruto-kun. Jujur saja aku merindukannya dan Uzumaki-san sangat mirip dengannya namun aku masih belum yakin bahwa Uzumaki-san adalah Naruto-kun yang aku kenal karena tatapan mata mereka berbeda meski warna matanya pun sama lalu Naruto-kun memiliki nama keluarga Namikaze berbeda dengannya yang memiliki nama keluarga Uzumaki.

Hinata POV. End.

"Hyuga-san? Apa apa denganmu?" ucap Naruto sambil menggoyangkan tangannya yang masih saling menjabat saat melihat Hinata yang melamun memikirkan sesuatu.

"Ah. A-ano, ma-maaf, a-aku melamun." Ucap Hinata melepas tangan Naruto lalu menunduk malu dengan wajah yang merona merah.

"Tingkahnya lucu sekali." Batin Naruto.

"Baiklah, sampai disini pelajaran kita, sampai bertemu minggu depan." Ucap Ebisu-sensei lalu pergi keluar.

Kini kelas menjadi bising, ada beberapa gadis yang mendekati Naruto untuk berkenalan dan juga ada beberapa pria yang ingin berkenalan dengan Naruto.

"Perkenalkan namaku Inuzuka Kiba. Lalu laki-laki yang tertidur di kursi belakang itu Nara Shikamaru dia adalah ketua kelas." Ucap seorang laki-laki bersurai cokelat lalu menunjuk seorang siswa yang tengah tertidur di kursi belakang.

"Salam kenal. Kiba." Ucap Naruto.

"Aburame Shino." Ucap laki-laki dengan kaca mata hitam.

"Salam kenal." Ucap Naruto.

"Kau sudah mengenalku jadi panggil aku dengan Ino, Naruto." ucap Ino sambil tersenyum.

"Panggil aku Sakura, Naruto." Ucap Sakura sambil tersenyum.

"Sakura, kemana Sasuke?" Tanya Ino pada Sakura.

"Dia sedang ada urusan di Kyoto." Jawab Sakura pada Ino lalu Naruto hanya mendengar apa yang terdengar di telingannya dengan malas, ia ingin meninggalkan kelas ini namun ia harus menjaga Hinata.

"Uzumaki-san, ayo kami antar untuk mengelilingi Konoha Gakuen." Ucap seorang gadis bersurai pirang pucat bersama beberapa temannya.

"Tidak, terimakasih. Aku sudah meminta Hyuga-san untuk menemaniku mengelilingi sekolah ini." Ucap Naruto pada beberapa gadis yang menawarkan dirinya.

"Eh." Hinata tersentak karena Naruto sebelumnya tidak membicarakan tentang dirinya yang akan menemani dirinya untuk berkeliling.

"Ayo, Hyuga-san." Ucap Naruto lalu menarik tangan Hinata untuk pergi meninggalkan kelas dan menimbulkan sedikit rona merah pada kedua pipinya karena Naruto menarik tangannya sedangkan beberapa siswa-siswi yang melihat kejadian Naruto menarik tangan Hinata berpikiran ada sesuatu diantara mereka berdua.

"Semangat, Hinata!" ucap Sakura dan Ino kompak. Sedangkan Hinata semakin merona karena Sakura dan Ino.

"Hyuga-san, bisa tunjukan dimana kantinnya?" ucap Naruto setelah mereka berada di depan kelas. Ia sudah melepas tangan Hinata yang sembelumnya ia tarik untuk keluar dari situasi sebelumnya. Ia masih melakukan interaksi dengan formal pada Hinata karena merasa tidak enak jika langsung menjadi dekat secara tiba-tiba tanpa tahap.

"I-iya, lewat sini, U-uzumaki-san." Ucap Hinata dengan gugup. Mereka berdua berjalan menuju kantin dengan canggung.

"Hyuga-san, bolehkah aku memanggilmu dengan nama kecilmu? Jujur saja aku tidak terbiasa memanggil seseorang dengan nama keluarga atau di panggil dengan nama keluarga." Ucap Naruto sambil berjalan bersebelahan dengan Hinata yang berjalan sambil menunduk gugup.

"I-iya, ti-tidak apa, U-uzumaki-san." Ucap Hinata terbata gugup.

"Panggil aku dengan Naruto, Hinata. Aku tidak terbiasa dengan panggilan nama keluarga." Ucap Naruto.

"Ba-baiklah, Na-naruto." Ucap Hinata gugup.

"Sepertinya dengan suffix 'kun' akan terdengar bagus." Canda Naruto sambil tersenyum tipis. Hinata mencoba menghilangkan gugupnya dan balas menatap Naruto.

"Entah mengapa aku merasa dekat dengannya." Batin Naruto.

Naruto menatapnya dengan intens seolah saat bola matanya mengarah pada Hinata seperti ada sebuah magnet yang menarik pandangannya untuk menatap Hinata.

"Eh. I-iya, Na-naruto-kun." ucap Hinata lalu menunduk, ia merasa gugup bila terlalu lama dipandang intens oleh Naruto.

"Jangan terlalu gugup, Hinata." ucap Naruto yang merasakan kegugupan Hinata semakin tinggi.

"Uhm." Hinata bergumam dan mengangguk sebagai jawaban 'iya'.

"Kita sudah sampai, Na-naruto-kun." ucap Hinata saat mereka berdua sampai di kantin Konoha Gakuen.

Naruto memandang kantin dengan malas, karena kantin terasa sangat penuh dengan siswa-siswi yang sedang makan dan mengobrol.

"Ramai sekali. Pasti jam istirahat akan habis untuk menunggu pesanan makanan." Ucap Naruto.

"A-aku membawa be-bekal makan siang, Na-naruto-kun. Sebaiknya kau saja yang me-memakannya?" ucap Hinata menawarkan makan siangnya.

"Tidak bisa. Itu adalah makan siangmu, Hinata. Jika hanya aku yang memakannya aku tidak enak denganmu namun jika kau memaksa sebaiknya kita makan berdua bagaimana?" Tanya Naruto sambil tersenyum tipis.

"Uhm." Gumam Hinata menyetujui ucapan Naruto. Sebenarnya ia merasa sangat gugup bila harus makan berdua saja.

"Baiklah, aku akan membeli minuma di mesin vending." Ucap Naruto.

"Makanan ini terlihat lezat, apa kau yang membuatnya, Hinata?" Tanya Naruto saat melihat bekal makan siang yang dibawa Hinata yang berisi tamagoyaki, chiken karaage dan nasi putih dan buah apel yang sudah di potong-totong.

"I-iya." Jawab Hinata gugup dan menunduk karena Naruto tiba-tiba melihat kearahnya.

Mereka kini berada dia atap sekolah untuk makan siang, Naruto yang tidak membawa makan siang dan karena kantin terasa penuh mengakibatkan Hinata membagi makan siangnya dengan Naruto lalu Naruto membelikan minum karena merasa tidak enak bila hanya makan saja dan atas permintaan Naruto yang ingin melihat atap sekolah membuat mereka pun kini makan siang diatap sekolah.

"Ta-tabemasho, Na-naruto-kun. I-ini sumpitnya. I-itadakimasu." Ucap Hinata dengan gugup lalu mulai memakan makan siangnya.

"Iya, Itadakimasu." Ucap Naruto lalu mesumpit nasi untuk dimakannya. Meski ia sudah 8 tahun tidak berada di Jepang namun kebiasaan orang Jepang tidak hilang pada dirinya.

"Ini enak." Ucap Naruto lalu tersenyum tipis.

"Sy-syukurlah, kalau Na-naruto-kun menyukainya." Ucap Hinata dengan sedikit rona merah.

Mereka pun makan dengan tenang dan sesekali mengobrol. Lalu tanpa mereka sadari terdapat seorang siswa bersurai merah tengah melihat mereka dari atap gedung seberang sekolah mereka dengan posisi agak bersembunyi sambil menyeringai kejam dengan sebuah ponsel yang ditaruhnya di dekat telinga kanannya.

"Akan aku bunuh siapa saja yang menghalangi." Ucapnya pada seseorang diteleponnya.

TBC