Rae Hee POV
BRAAKKK!
"Annyeonghaseyoooo...! Aku datang lagi...!" teriakku sambil menutup pintu dan melambai ke arah orang-orang yang ada di situ. Sontak semua orang menoleh ke arahku.
"Wah, wah… selamat datang, nona muda."
"Anda datang lagi?!"
"Wah senangnya nona datang lagi…."
Aku hanya cengengesan. Aku benar-benar suka di sini. Namaku Jung Rae Hee, anak seorang manajer "Haesbich", sebuah departement store ternama di sebuah pusat perbelanjaan di Seoul. Sekarang sedang libur tahun baru dan aku sering menganggur. Jadi, aku memutuskan main ke sini sekaligus membantu-bantu di belakang. Para staf toko ini benar-benar ramah padaku. Aku sudah menganggap mereka sebagai teman, dan aku bahkan mempunyai teman curhat yang juga bekerja di sini. Semuanya ramah, kecuali….
GREP! Tiba-tiba ada yang mencekik leher jenjangku dari belakang, "Wah, kamu datang lagi!"
Aku sudah bisa menebak siapa yang ada dibalik punggungku. "Jinyoung! Hentikan, sakit tahu!" teriakku. Aku mengayunkan sikuku ke belakang, tepat mengenai perutnya.
Orang-orang yang ada di gudang barang ini hanya tertawa melihat kelakuan kami berdua. Dia maksudku Jung Jin Young adalah staf kebanggaan Haesbich. Termasuk staf yang cukup jago dan mendapat banyak kepercayaan ayahku. Hal itu membuat dia jadi besar kepala. Aku membenci kalau aku harus berurusan dengannya.
Aku melihat Jinyoung kesakitan. Aku jadi agak merasa bersalah lalu mengajaknya duduk-duduk di sebuah kursi di belakang baju-baju yang digantung. Inilah markasku.
"Kamu datang lagi untuk menemuiku, ya?" tanya Jinyoung GR.
"Apaan sih! Orang juga datang kesini untuk menemui Hyu Ri! Kamu GR banget!" jawabku emosi.
"Kamu terlalu sering ke sini. Teman-temanku bilang, mereka merasa tidak bebas bekerja jika ada kamu. Selain itu, bukannya kamu dilarang ayahmu main ke sini?"
Aku terdiam. Aku memang pergi sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan Appa. Sebenarnya, dulu dibolehkan saja aku main kesini, tetapi setahun lalu aku membuat kekacauan hebat sampai harus melibatkan ayahku. Aku dihukum tidak boleh jalan-jalan ke mal ini selama seminggu dan dilarang berkunjung Haesbich seorang diri (minimal ada Oppa atau Eomma yang menemaniku). Namun sekarang aku begitu bosan di rumah sendirian. Jadi, aku tak bisa menahan keinginanku mencari teman di sini. Apalagi ada Hyu Ri, sahabat baikku. Aku tak perlu khawatir ketahuan karena seluruh karyawan yang ada di sini sudah kugertak untuk tak pernah menghubungi Appa, dan setan di sebelahku inilah yang berani menentangku.
Aku menjawab pertanyaan Jinyoung dengan seenaknya. "Beliau terlalu sibuk menjagaku selama 24 jam penuh. Aku bosan di rumah,"
Aku meninggalkan Jinyoung yang bengong sendiri saat kudengar waktunya istirahat dan pergantian staf kasir. Aku tersenyum lebar melihat sahabatku itu jalan ke arahku. Tapi, tanggapannya sungguh luar biasa ketika aku memanggilnya.
"Hyu Ri-ya…!"
Sret! Hyu Ri malah membuang mukanya dan bilang; "Siapa yang bicara, ya?"
Aku gemes sekali melihatnya. Kucubit pipinya dengan keras.
Hyu Ri tertawa. "Kamu datang lagi, ya?!" serunya senang.
"Ya. Aku ingin mengajakmu makan siang. Dan ada yang ingin kuceritakan," jawabku sambil merangkulnya. Hyu Ri mengambil mantel panjang dan kami berjalan keluar.
"Aku pulang."
Rumahku sepi. Appa dan Eomma masih bekerja. Seharusnya Oppa-ku ada di rumah. Hanya saja aku tak kunjung mendengar suaranya. Tapi, begitu aku masuk ke ruang tamu di rumahku, aku mendengar suara namja dan yeoja yang sedang tertawa dari arah ruang tengah. Aku mengenal suara namja itu….
Brak! Aku membuka pintu menuju ruang tengah.
"Baro!" teriakku marah. Kulihat nae oppa sedang asyik bercanda sambil duduk di sofa dengan seorang yeoja…. YANG BERBEDA DENGAN KEMARIN!
"Eeeehh Rae Hee-ku sudah pulang," seru Baro gugup. Aku bisa sangat menyeramkan kalau memarahi dia. Apalagi saat aku tahu kalau dia selingkuh.
Hanya untuk kali ini saja, aku menaggapinya dengan dingin. "Tolong jaga sikapmu. Sebentar lagi Appa dan Eomma pulang!" ucapku sambil menaiki tangga menuju kamarku. Kamarku ada di lantai dua.
Aku merebahkan diri di tempat tidur. Baro itu, kakak laki-lakiku yang selalu berusaha memanjakan aku. Sering juga aku dibuat kesal olehnya. Nama aslinya Sunwoo, tapi aku sudah terlanjur suka memanggilnya Baro. Ceritanya cukup panjang untuk diingat. Baro seorang cowok playboy. Jika Appa dan Eomma sedang tidak ada di rumah, dia pasti akan pergi lalu pulangnya ia akan membawa seorang yeoja ke rumah. Waktu SMP dulu, temanku juga ada yang jadi korbannya. Aku pikir dari kelas satu SMP sampai anak kuliahan sudah ada yang pernah jadi korbannya. mungkin tatapan matanya yang unik itulah yang menyebabkan para yeoja mudah terpana.
Tabiat Baro mirip dengan Jinyoung. Buruk. Maka dari itu, aku tidak pernah menyukai mereka, maupun laki-laki lain.
Aku turun ke bawah karena tenggorokanku terasa perih. Sepertinya Baro sudah pergi. Aku tidak mau tahu ke mana perginya si hidung belang itu. Aku mengambil jus jeruk di kulkas lalu kembali ke kamar. Aku melihat memo yang tergantung di cermin riasku. Dari tadi Aku berada di kamar, kenapa tidak melihatnya? Dari Appa!
From : Appa
Rae Hee, Appa dan Eomma harus menghadiri meeting diluar kota mengenai Haesbich selama beberapa hari. Kami tahu kamu kangen dengan Haesbich. Sebagai mengobati sedihmu, kami memberikan sesuatu yang belum dijuar di Haesbich maupun toko-toko lainnya. Jangan berantem dengan oppa-mu, ya….
Aku tersenyum. Syukurlah Appa tidak tahu kalau aku senang pergi diam-diam ke Haesbich. Baguslah.
Aku mencari-cari benda yang dimaksud. Ternyata sebuah baju terusan tanpa lengan yang berkancing di sepanjang tubuhnya plus rompi cokelat gelap tangan pendek. Temanku bilang, akan lebih bagus jika bagian bawah rompi itu diikat. Ok! Aku akan memakainya besok. Gamsahamnida, Appa.
Hari ini aku pergi ke Haesbich lagi. Kata Hyu Ri, ada barang baru yang datang, jadi mereka kekurangan tenaga. Apalagi sekarang sedang liburan, diskon di mana-mana, jadi pengunjung membludak.
Selain itu, tujuanku datang ke sini, aku ingin membalas Jinyoung atas kata-kata dan kelakuannya yang kejam. Dia sengaja menyindirku dengan mengatakan pada temannya bahwa yeoja berlesung pipi itu semuanya jelek. Sialan, aku punya lesung pipi! Kemudian ia juga memaksaku untuk mengangkat kardus-kardus berisi manekin yang beratnya minta ampun! Untunglah Hyu Ri dan Sandeul mencegahnya untuk melakukan yang lebih jauh lagi padaku. Kemudian tadi malam, Jinyoung mengirim e-mail permintaan maafnya yang sangat pendek; "Mian."
Semudah itukah dia minta maaf?! Aku me-reply e-mail-nya dengan jawaban yang setimpal dengan bahu-bahuku yang sakit, "NO WAY!"
Aku tak kunjung menyapa Jinyoung sepanjang pagi ini. Aku hanya sesekali memergokinya sedang menjaga stand atau melayani tamu. Jinyoung selalu tersenyum ramah pada pembeli. Padahal, dia begitu jahat. Dasar modus.
Sampai akhirnya, dia beristirahat di ruang khusus pegawai dan duduk di sampingku. Rupanya dia tidak sadar kalau di sebelahnya ini adalah orang yang me-reply e-mail-nya dengan jawaban "NO WAY!".
"Jinyoung," panggilku. Jinyoung yang sedang minum jadi kaget dan menghentikan aktivitasnya itu. Dia terlonjak dari duduknya.
"Rae Hee?! Sejak kapan kamu ada di sini?!" seru Jinyoung kaget. Dia benar-benar tidak sadar.
"Wae? Apa-apaan, sih, kamu?" tanyaku. Aku beranjak pergi. Tiba-tiba Jinyoung menarik bajuku.
"YA!" seruku dengan keras seraya menepis tangannya. Kulihat Jinyoung sudah dengan muka imutnya. Entah kenapa, muka ini selalu membuat diriku menjadi aneh seketika.
"Mianhaeyo, Rae Hee. Aku sudah bersikap kejam padamu kemarin. Jeongmal mianhaeyo. Maafkan aku, ya? Jebal," ucap Jinyoung sambil memegang bahuku. Aku jadi kasihan.
"I…iya, ya sudah. Tapi, jangan kau ulangi lagi, ya?!"
"Gomawo, Rae Heee!" teriak Jinyoung seperti orang gila. Hup! Aku menjadi sasaran amuknya. Dia mendekap erat tubuhku sampai-sampai aku tidak bisa bernafas.
"Kyaaa…!" teriakku kaget.
Jinyoung diam saja. Tiba-tiba aku merasakan tangannya mengangkat bajuku tinggi-tinggi.
"Lepaskan bajumu, ini mau dijual!" bentak Jinyoung sambil menarik baju bagian bawahku.
Spontan aku mendorong dadanya dengan kesal. "Jangan pegang, ini mahal!" seruku sambil memalingkan muka.
Aku keluar dari situ. Aku ingin memukulnya, tapi rasanya aku nggak bisa menyentuh wajahnya. Saat dia memelukku tadi, aku merasakan kalau nafasnya memburu, dan aku bisa mendengar detak jantungnya yang bergemuruh. Hal itulah yang membuatku kehilangan sebagian diriku. Aku belum pernah mendengarkan detak jantung seseorang sebelumnya. 'Apakah semua orang detak jantungnya cepat seperti Jinyoung?'
Aku memutuskan untuk pulang. Tapi sebelumnya ku ingin berkeliling di mal ini dulu. Aku berusaha menyingkirkan bunyi detak jantung Jinyoung yang terus berputar-putar di kepalaku ini. Aku mendengarkan detak jantungku sendiri dan membandingkannya. Ternyata detak jantungku lebih cepat dari Jinyoung! Aku merasa sesak. Rasanya tenagaku sudah tidak ada lagi, jadi aku berhenti dan beristirahat sambil melihat pemandangan dari atas balkon.
"Pemandangannya indah, ya," kata seseorang yang aku tidak pernah tahu sejak kapan ada di sampingku.
Aku menoleh. Siapa ini? SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) banget, sih?! Orang ini berambut cokelat, dan memakai jaket kulit tebal cokelat yang sengaja tidak ditutup dengan kaos putih bertuliskan "HERITAGE" berlapis sebuah sweater hitam tipis yang hanya dikancing di bagian tengah, plus celana jeans panjang hitam dan sepatu kets.
"Siapa, ya?" tanyaku terbengog-bengong. Namja ini kaget. Mukanya merah padam.
"Jangan bercanda atau kamu kubunuh!" ancamnya sambil mengarahkan telunjuknya ke jidatku. Aku hanya melongo bingung melihat orang ini. Melihat itu, dia membawaku…. KABURRR!
"Kyaaa…! Penculikaaaan!" teriakku sambil berusaha melepas genggaman tangannya. Dia membawaku ke lantai dua, ke sebuah tempat yang kukenal. Ya, sekarang kami berada di depan pintu masuk Haesbich.
"Kenal tempat ini?!" tanyanya sambil menunjuk ke Haesbich.
"I…iya, kenapa?" jawabku takut-takut.
Penyelamat datang! Kulihat Hyu Ri keluar dari pintu khusus pegawai dengan mantel panjangnya. Rupanya dia sudah mau pulang.
Maaf, Hyu Ri. Aku harus mengganggu perjalanan pulangmu.
"HYU RIII!" panggilku sambil menarik tangannya. Hyu Ri menoleh ke arah kami dengan bingung. Kami semua terdiam sejenak, sampai tiba-tiba Hyu Ri tersenyum dan tertawa keras.
"Hyu Ri! Apa-apaan kamu ini? Tolong aku, dong! Orang aneh ini mencoba menculikku!" terangku dengan wajah polos. Tawanya semakin keras.
Melihat itu, aku hanya terbengong-bengong. 'Kenapa dengan orang-orang ini?' tanyaku dalam hati. Namja aneh itu tidak berkata apa-apa. Dia tidak juga pergi ataupun melepaskan genggamannya. 'Aneh. Biasanya penculik atau pencabul pasti akan kabur jika ketahuan. Tapi kenapa yang ini tidak?'
"Hei, Rae Hee!" seru Hyu Ri tiba-tiba. Tawanya sudah reda. Dia menepuk bahuku. "Ap…apa?" jawabku kaget. Aku masih tidak mengerti. Hyu Ri tersenyum licik.
"Apa kamu benar-benar tidak tahu namja ini siapa?" tanyanya dengan sinis.
"A…aku benar-benar nggak kenal! Sebenarnya siapa "
"BABO! Padahal kamu selalu berkelahi dengannya. Kamu juga selalu berkata 'BENCI' padanya. Kamu bilang dia selalu berlaku sadis padamu. Apa kamu tidak mengenalnya hanya karena dia tidak pakai seragam pegawai toko ini?!" bentak Hyu Ri kemudian tertawa lagi.
Ho? Dia pegawai toko ini? Pegawai di Haesbich? Aku tidak terlalu dekat dengan semua staf laki-laki di sini kecuali Sandeul dan….
Aku menoleh. Kuperhatikan wajahnya yang sedang tersenyum sinis. Senyum yang familiar sekali. "Sekarang apa kau sudah ingat siapa aku?" tanyanya.
YA! AKU TAHU SIAPA INI!
