1.
...
"Saya ingin semua yang terbaik untuk putera saya!"
Wanita itu menangis, menitikkan entah yang keberapa tetes airmatanya. Dadanya naik turun, alunan suaranya berubah serak. Ia telah lelah menangis, namun kesedihan yang melingkupi dirinya seakan tidak berujung. Kalau bisa ia ingin mati saja, meminta Tuhan untuk segera menyusul puteranya. Cho Heechul sungguh tidak sanggup lagi.
"Putera anda tidak tenang di alam sana, Nyona Cho. Dia meronta, marah! Saya merasakan aura putera anda di dalam ruangan ini"
Heechul menatap kearah wanita berpakian serba merah itu, namun wanita dengan dandanan tebal itu malah berbalik menatapnya dengan tatapan cemas. Dengan gemetaran, wanita itu mengangkat telunjuk kanannya yang bergetar dengan hebat lalu mengacungkannya, tepat menujuk kearah sudut ruangan belakang Heechul.
"Putera anda berada di sana, menatap kearah kita dengan murka! Dia tidak terima dengan kematiannya!"
Heechul lalu jatuh ambruk dengan terisak, begitu tersedu hingga wanita itu merasa ia tidak mempunyai persediaan suara yang cukup untuk sekadar melenguh. Oh Tuhan, ia ingin melihat puteranya sekali lagi. Putera semata wayangnya yang begitu ia kasihi! Mengapa hidupnya menjadi seperti ini? Mengapa putera kebangaannya kini malah menemuinya dengan wujud arwah- seperti yang dikatakan oleh dukun itu? HEECHUL TIDAK BISA MENERIMA KEMATIAN PUTERANYA!
"Kyuhyun sayangku?" ucapnya dengan suara bergetar. Wanita itu jatuh merosot kelantai, merangkak dengan terseok-seok kearah sudut ruangan yang ditunjuk oleh sang dukun sebelumnya. Seakan-akan dapat melihat sosok sang putera yang kini telah menjadi arwah. "Kyuhyun sayang, kaukah itu nak? Apakah kau disini menemui mama?"
Heechul kembali meneteskan air matanya, merasakan sesak didadanya. Dia telah letih memohon kepada Tuhan untuk mengembalikan puteranya, mengembalikan Kyuhyunnya! Ia ingin semua ini hanyalah bunga tidur menakutkan semata, dan ketika ia membuka kedua mata pada keesokan harinya, ia dapat melihat puteranya itu lagi. Yang masih tegak dan hidup, yang masih bernapas. Sungguh, ia ingin kematian puteranya adalah buah imajinasinya belaka, bukan sebuah kenyataan menyakitkan yang harus ia pikul.
"APA YANG DIA UCAP?" Heechul tiba-tiba membalikkan wajahnya, menatap ke arah sang dukun yang menghembuskan napas berat.
"Putera anda berucap ia kesepian, tidak bisa sendiri. Ia berjuang sendirian di dunia kematian sana. Putera anda juga berucap bahwa jika ia masih terus terjebak dalam keadaan seperti ini," Dukun itu melirik kearah Heechul dengan gelisah. "Dia akan menuntut balas dendam dengan bergentayangan di dunia orang hidup, Nyonya. Ia bersumpah akan mengganggu nyonya untuk menyalurkan semua kekecewaan dan kemarahannya"
Dada Heecul seperti tertohok. Tubuh wanita itu menegang hebat, mengangkat kedua tangannya yang bergetar pelan dengan keringat dingin yang tiba-tiba mengaliri wajahnya. Ia memucat. Rasa ketakutan dan kesedihan membanjiri hatinya saat ini. Puteranya memutuskan untuk menghantuinya? Menghantui ibunya sendiri? Heechul mendesah, memeluk tubuhnya sendiri dengan erat. Tentu saja, puteranya itu akan melakukannya. Ia seorang anak pembangkang, susah diatur dan berani melawannya. Apalagi hubungannya dengan sang putera tidak dapat dikatakan baik akhir-akhir ini, tepat sebelum kabar kematian anaknya itu. Heechul bertengkar hebat dengan sang putera akibat keegoisannya! Bukankah masuk akal apabila puteranya masih menyimpan amarah dihatinya kepada Heechul walaupun ia telah menjadi arwah?
"Lalu apa yang harus mama lakukan, sayang?" Heechul berucap lirih, berangsur menatap kearah sang dukun yang memasang raut wajah sendu. "Apa yang harus saya lakukan?"
"Kita harus melakukan ritual pernikahan roh!" Dukun itu berucap dengan lantang, menyambar bungkusan cokelat tua yang berisi beras dan garam, berjalan cepat kearah Heechul dan melempar kedua benda itu hingga bertaburan di lantai. "PERGILAH KE ALAM MU, JANGAN USIK DUNIA ORANG HIDUP DAN IBUMU! IBUMU AKAN MEMBAYAR SEMUANYA DENGAN MENGAWINIMU!"
Dukun itu berteriak dengan lantang dan parau, mengucap kalimat-kalimat aneh yang terdengar seperti mantra dengan raut wajah kosong hingga membuat Heechul terbelalak kaget.
"Anda mengusir anakku?" Heechul membelakkan mata, menahan getaran dibibirnya agar ia tidak kembali menangis.
"Ia harus kembali, nyonya. Apabila ia terlalu lama berada di dunia orang hidup dengan aura penuh kemarahan seperti ini, ia akan kesakitan di dunia orang mati."
Heechul menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, memperlihatkan kesepuluh kuku jarinya yang berwarna merah darah. Lalu ia memutuskan mendongak, berusaha berdiri sembari terus menatap kearah si dukun tua yang terhuyung setelah memasukkan dua bungkusan yang telah kosong kedalam saku jubahnya.
"Pernikahan roh? Hal macam apa itu?"
"Pernikahan roh adalah ritual pernikahan yang ditujukan kepada arwah orang yang telah mati dengan status lajang, Nyonya. Arwah tersebut tidak tenang di dunia orang mati, meminta seorang pengantin untuk menemaninya di dunia sana. Itulah yang dialami oleh putera anda saat ini. Putera anda mati lajang, bukan?"
"Ya" Heechul berucap lirih, menganggukkan kepalanya dengan lemas. "Putera saya belum menikah, dia juga belum memiliki kekasih. Padahal umurnya sudah mapan"
"Itulah yang menjadi kunci permasalahannya" Dukun itu menghela napas, membimbing Heechul untuk duduk di sofa.
"Lalu aku harus mengawini Kyuhyun dengan siapa?"
"Kita bisa mencari mayat seorang perawan lajang yang baru mati" Dukun itu berucap dengan parau. "Gali kuburnya, setelah itu kita akan melakukan ritual ini. Apabila ritual pernikahan tersebut telah selesai, kuburkan mayat perempuan itu bersebelahan dengan mayat putera anda. Putera anda akan bahagia di sana"
Heechul memijit pelipisnya yang berdenyut, menatap nanar kearah kedepuluh kuku jarinya yang berwarna merah darah yang terang itu. Ia merasakan air mata di wajahnya telah mengering.
"Kim Yesung!"
Heechul berteriak frustasi, menyipit ketika melihat pintu cokeat tua yang besar itu langsung terbuka, mengeluarkan seorang pria tinggi berjas hitam lalu membungkuk hormat di hadapannya dengan dalam.
"Ya, nyonya?"
"Carikan aku mayat seorang perawan yang baru mati!" Heechul merasakan kerongkongannya seperti tersumbat. "Aku akan membayar berapapun!"
"Akan saya bincangkan dengan kaki tangan saya" Yesung berucap sopan, mohon diri lalu bergerak ke sudut ruangan, berbincang cukup lama pada ponsel yang menempel di telinga kirinya.
"Kapan upacara perkawinan itu bisa dilakukan?"
"Secepatnya, Nyonya" Dukun itu berucap dengan tenang. "Tapi saya sarankan tidak melebihi hari keempat belas setelah kematiannya karena roh putera anda akan tersegel abadi di dunia orang mati sehingga kita yang berada di disini tidak bisa melakukan apapun untuknya"
Heechul mengerang. Puteranya dikabarkan mati seminggu yang lalu, itu berarti dia masih memiliki tenggat waktu satu minggu!
"Nyonya Cho!" Kim Yesung memasukkan ponselnya dengan cepat kedalam saku celananya, berjalan menghampiri Heechul dengan cepat. "Saya telah membincangkan ini dengan kaki tangan saya, namun saya baru saja mendapat kabar buruk. Pemerintah telah memblokir kegiatan jual-beli mayat perawan, semua tempat pemakaman di seluruh Korea telah dijaga dengan ketat oleh pemeritah tiga bulan belakangan ini karena maraknya kegiatan ritual pernikahan roh"
"SUAP MEREKA BERAPAPUN AGAR MEREKA MEMBERI!"
"Saya telah mendiskusikan hal ini sebelumnya, Nyonya" Yesung berucap dengan cemas. "Tetapi mereka menolak suap."
"Oh apa yang harus aku lakukan!" Heechul berteriak, mengacak rambut hitam panjangnya yang ia sanggul hingga sanggulannya terlepas.
"Ada cara alternatif lain" Dukun itu berbalik menatap Heechul dengan tegas. "Tetapi ini sedikit sulit"
"Katakan!" Heechul memberang. "Katakan cara apa lagi yang harus saya lakukan!"
"Jika kita tidak bisa mengawini putera anda dengan mayat perawan," Dukun itu menghela napas panjang. "Maka kita bisa mengawininya dengan perempuan perawan yang masih hidup!"
...
"Oh Donghae!" Heechul memeluk erat pria berjas abu-abu gelap dihadapannya degan pelukan hangat. Lee Donghae mendesah, ia merasakan kemeja bagian dadanya basah, dan pastilah karena banyanya air mata wanita ini yang tumpah. Ibu sahabatnya ini benar-benar terpuruk.
"Berhentilah menangis, bibi"
Donghae menghela napas, membelai puncak kepala wanita itu hingga isakkannya terdengar samar. Wanita itu lalu mengadahkan kepalanya, menatap kearah bola mata hitam kecokelatan Donghae dengan pandangan yang mengabur, terhalang oleh genangan air mata tak dapat berhenti mengalir.
"Bagaimana hal ini bisa terjadi pada puteraku" suara Heechul bergetar hebat. "Perempuan mana yang mau mengawini seorang mayat, Donghae?"
"Kita pasti akan mendapatkannya" Donghae menepuk punggung Heechul penuh sayang. "Apakah bibi tidak ingat? Semua perempuan bermimpi jatuh dalam pelukan Kyuhyun! Mereka berebut menjadi miliknya!"
"Itu saat dia masih hidup! Puteraku akan sangat dengan mudah memilih gadis manapun yang ia ingini!" Heechul berteriak, dadanya terasa nyeri saat mengingat hal ini. Sungguh, kehidupan puteranya saat ini berbanding terbalik. Malah sekarang Heechul yang harus mengemis pada seorang perempuan agar bersedia menikahi puteranya yang sudah menjadi mayat.
"Tidak, aku yakin mereka masih ingin memiliki Kyuhyun walaupun dia sudah mati sekalipun" Donghae berucap dengan lantang, menatap sungguh-sungguh kearah Heechul. "Coba bibi tanyakan saja sendiri pada para perempuan itu dan aku yakin mereka pasti bersedia."
"Bagaimana mungkin bisa, Donghae" Heechul mendesah putus asa. "Bagaimana kau bisa seyakin itu?"
"Kyuhyun mungkin tidak ada lagi di dunia ini" Donghae menggenggam erat jemari Heechul yang bergetar. "Tapi tidak dengan semua uangnya. Ia masih memiliki semua hartanya yang melimpah!"
"Begitupula dengan hartaku dan harta pamanmu" Heechul terisak. "Kami mewariskannya semua untuk Kyuhyun, penerus Cho Group satu-satunya. Lalu bagaimana ini Donghae? Kepada siapa perusahaan itu akan kami beri, dan bagaimana dengan semua harta Kyuhyun? Ia belum memberikan wasiatnya. Bagaimana mungkin sembarang perempuan akan mendapatkan semua itu!"
"Tidak, bibi" Donghae menggeleng lalu beranjak, melangkah kearah meja kerjanya yang tersusun rapi, mencari-cari sesuatu dari dalam tumpukan dokumennya yang terlihat sedikit berantakan pada tumpukannya. "Kyuhyun sudah menuliskan wasiat jauh sebelum kematiannya."
"Oh Tuhan" Heechul membekap mulut dengan kedua tangannya, bergetar saat Donghae menyerahkan kertas itu kepadanya. "Mengapa kau baru memberitahu hal ini padaku?"
"Aku harus menyelidiki hal ini kepada pengacaranya dahulu, dan aku baru mengetahuinya dua hari lalu. Kertas wasiat itu aku dapatkan kemarin dan bibi terlihat sibuk dengan dukun itu"
Heechul lalu membuka kertas itu perlahan dengan hati-hati, membaca satu demi satu kalimat yang menyapa pengelihatannya.
Saya Cho Kyuhyun, dengan sadar dan tidak ada paksaan membuat Pernyataan Surat Wasiat ini, mengangkat siapapun yang menjadi isteri sah saya dan kepadanya saya berikan hak dan kekuasaan yang menurut undang-undang diberikan kepada pelaksana wasiat, terutama hak untuk memegang dan mengurus serta menguasai semua harta peninggalan saya, sampai kepadanya diberikan pengesahan dan pembebasan sama sekali.
Heechul dengan cepat menjatuhkan kertas itu ke lantai, menatap Donghae dengan tatapan terkejut yang disusul dengan anggukkan pria itu.
"Mau tidak mau, semua harta Kyuhyun akan diberikan kepada perempuan yang menjadi isteri sahnya nanti" Donghae melipat kedua tangannya di dada. "Tentu saja, bibi. Perempuan yang akan berpartisipasi dalam ritual pernikahan arwah Kyuhyun akan menjadi nyonya besar dalam sekejap. Bukankah sudah kubilang? Semua gadis akan berebut menikah dengan Kyuhyun walaupun ia menjadi mayat sekalipun. Semua uang Kyuhyun akan mengalir kedalam kantong calon isteri puteramu itu kelak. Perempuan mana yang tidak mau?"
"Kalau begitu apakah Seo Joohyun bersedia?" Heechul lalu menatap Donghae dengan binar berharap, membuat Donghae mengerutkan alisnya.
"Bibi! Kyuhyun tidak terlalu senang dengan wanita itu! Kau yakin ia akan menerimanya di dunia sana? Pertengkaranmu dan Kyuhyun disebabkan olehnya!"
"Hanya dia yang dapat diterima di keluarga Cho! Dialah gadis yang sempurna mewarisi harta Kyuhyun dan harta peninggalan keluarga karena ia adalah gadis terhormat dan berpendidikan!"
"Apakah Seo Joohyun bersedia?" Donghae menghela napas berat. Ibu sahabatnya itu seperti tergila-gila dengan Joohyun!
"Dia pasti bersedia" Heechul mengangguk mantap. "Gadis itu mencintai puteraku!"
"Atau harta puteramu?" Donghae menambahkan. "Ah sudahlah, Bibi. Aku tidak mau ikut campur dengan keluargamu. Aku hanya sahabat puteramu, tidak lebih. Semua keputusan aku serahkan kepadamu dan aku harap kau jangan menyesal nantinya jika Kyuhyun kembali mengamuk dan menghantuimu!"
Heechul mengerutkan dahinya, menatap Donghae dengan ekspresi jengah. Tahu apa Donghae tentang puteranya? Ia ibunya, ia yang akan memberikan semua yang terbaik untuk puteranya! Dan Seo Joohyun akan sangat sempurna mendampingi puteranya. Gadis itu pasti akan senang hati menyetujuinya walaupun Kyuhyun telah menjadi mayat sekalipun.
Karena gadis itu mencintai puteranya.
Ya, gadis itu mencintai Kyuhyun nya.
...
"Aku akan mengawini Kyuhyun! Demi Tuhan bibi, aku sangat mencintai puteramu!"
Seo Joohyun menggenggam jemari heechul dengan erat, membuat Heechul menyunggingkan senyum lebarnya, berbalik mengelus jemari Joohyun dengan lembut.
"Apakah kau bersedia mengikuti ritual itu untuk menjadi isteri sahnya, sayang?" Heechul mendesah, menatap letih kearah Joohyun.
"Ya bibi, apapun aku lakukan untuk bersama dengan Kyuhyun! Kau tak tahu seberapa aku ingin mati saat mendengar kabar bahwa ia tewas?"
Gadis itu meneteskan air matanya, yang langsung diusapnya dengan kasar. Tidak salah dengarkah ia? Heechul menawarkannya untuk mengawini Kyuhyun, Cho Kyuhyun yang bahkan tidak berani ia impikan dalam tidurnya! Gadis itu tidak peduli walaupun Kyuhyun telah menjadi mayat sekalipun! Yang terpenting Cho Kyuhyun menjadi miliknya yang sah, dan ia juga menjadi milik pria itu walaupun Kyuhyun tidak dapat hidup kembali, menatap dan berbincang dengannya.
Apalagi semua uang Kyuhyun. Mana bisa dilewatkan?
"Nyonya Cho, apakah anda telah membawa calon pengantinnya?"
Dukun berjubah merah kemarin lusa mendekat kearah Heechul, lalu beralih melirik kearah Joohyun dalam lalu mengernyit samar, mendekat kearah gadis itu lalu mengelus wajah Joohyun dengan punggung tangannya, sehingga gadis itu bergidik dan menepis tangan sang dukun.
"Apa yang kau lakukan?"
"Hati-hati nona" Dukun itu bersuara parau, menatap kearah Joohyun dengan tatapan dalam. "Sepertinya arwah Kyuhyun tidak menyukaimu"
Joohyun lalu menegang, dan dukun itu membalikkan badannya dengan santai, duduk bersila di hadapan sebuah meja kayu cokelat yang telah ia persiapkan sebelumnya, menyusun lilin-lilin merah, dupa dan beberapa kertas yang digoreskan tinta membentuk aksara yang sama sekali tidak dimengerti.
"Bawakan foto putera anda kemari" titahnya dengan suara parau.
Heechul mengangguk, memerintahkan Kim Yesung untuk memberikan foto puteranya yang telah ia bingkai, membuat dada Joohyun sedikit berdesir pelan saat melihat wajah Kyuhyun yang berada di dalam bingkai. Foto Kyuhyun saat melakukan pemotretan pada sebuah majalah bisnis internasional yang tersohor. Gadis itu menyayangkan mengapa orang seperti Kyuhyun ditakdirkan untuk mati cepat. Padahal pria itu pastiakan bertambah luar biasa tampannya apabila usianya makin mapan.
Sang dukun lalu menatap foto bingkai itu sekilas, mengarahkannya pada asap dupa lalu melafalkan mantra, menyembur foto itu dengan abu hasil bakar kertas yang telah ditulisi dengan tinta sebelumnya. Dukun tersebut lalu menatap kearah Joohyun dalam, memberi aba-aba agar gadis itu mendekat.
"Letakkan kedua tanganmu diatas fotonya, nona. Jangan sekali-sekali melepaskan tanganmu dari foto itu walaupun seandainya nanti bergerak!"
Dengan takut-takut Joohyun melaksanakannya, meletakkan kedua tangannya tepat dibawah wajah Kyuhyun yang bertampang datar di bingkai, diikuti oleh si dukun yang juga turut memegang bingkai foto, tepat di bawah tangan Joohyun.
"ARWAH CHO KYUHYUN, DATANGLAH!" Suara dukun itu berteriak menggelegar, dan Joohyun menegang saat melihat lilin merah yang melingkari mereka seperti bergoyang. "DATANGLAH, TUNJUKKAN KEHADIRANMU! AKU TELAH MEMBAWA CALON PENGANTINMU KESINI!"
Seketika wajah dukun tersebut menegang, lalu foto yang ia pegang bergetar hebat, membuat Joohyun memekik. Foto yang berada di tangan dukun tersebut seperti bergerak kesetanan, keatas dan kebawah lalu bergetar dengan kencang. Joohyun memejamkan matanya, dipandangi oleh Heechul yang hampir menangis dan Yesung yang tidak bisa menyambunyikan keterkejutannya.
"JANGAN MENGAMUK, TENANGLAH WAHAI ARWAH!"
Dukun tersebut kembali membentak dengan kencang, namun foto yang ia pegang semakin bergerak nyalang hingga kedua tangan Joohyun juga ikut terangkat keatas dan kebawah, mengikuti arwah foto yang fukun tersebut genggam. Gadis itu begitu ketakutan.
"LEPASKAN NONA, LEPASKAN! ARWAH INI SEMAKIN MENGGILA!"
"Tidak, kau bilang aku tidak boleh melepaskannya!"
"CEPAT LEPASKAN, RENCANA BERUBAH TOTAL. CEPAT LEPAS SEBELUM ARWAH KYUHYUN MEMBUNUHMU!"
Dengan kalap Seohyun melepaskan tangannya, berangsur mundur dengan terseok sambal menggigil penuh ketakutan, merangkak mendekati Heechul yang juga sama menggigilnya.
"GADIS ITU TELAH MELEPASKANMU, WAHAI ARWAH! TENANGLAH DI TEMPATMU!"
Saat dukun itu berucap, foto Kyuhyun dalam kedua genggamannya mulai menenang, lalu berhenti bergerak dalam cengkeramannya. Namun tiba-tiba dukun tersebut melempar foto Kyuhyun ke dinding hingga bingkai kacanya pecah berhamburan, membuat kerongkongan Heechul lagi-lagi tercekat.
"Arwah putera anda benar-benar mengamuk, saya harus memecahkan bingkai itu sebelum rohnya terjebak selamanya dalam bingkai itu dan mencelakai nyonya dan nona itu. Arwah putera anda menolak dinikahkan dengan gadis pilihan nyonya"
"Lalu perempuan mana yang ia inginkan?" Heechul terisak, memukul-mukul dadanya. Ia merasa bersalah sekarang pada puteranya.
"Anda harus segera membawa pengantin yang berkenan di hati putera anda sebelum hari keempat belas, nyonya. Saya tahu ini sulit, namun semua ini demi ketenangan putera anda. Saya mulai merasakan aura negatif makin menyelubungi arwah Kyuhyun. Keinginan terakhirnya harus segera dipenuhi!"
...
"Bukankah sudah kubilang pada bibi? Kyuhyun membeci wanita itu"
Donghae mengerut samar saat melihat lampu lalu lintas berubah menjadi merah, membuatnya mau tidak mau mengerem laju mobilnya, ikut bergabung dalam antrian mobil di jalanan kota Seoul yang padat.
'Kyuhyun mengamuk, fotonya bergetar sendiri lalu dukun itu berkata ia bisa jadi akan melukai Joohyun dan aku' suara isakkan dari sambungan teleponnya membuat Donghae menghela napas berat, mencoba terfokus lagi pada ponsel yang menempel di telinga kanannya.
"Lalu apa yang terjadi kemarin? Bibi dan Joohyun tidak terluka?"
'Tidak, Donghae. Kami berdua baik-baik saja. Dukun itu menyuruh agar lekas mendapatkan pengantin untuk Kyuhyun. Waktu yang tersisa tidak banyak, Donghae. Tinggal 3 hari lagi sebelum hari keempat belas kematian Kyuhyun! Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Perempuan seperti apa yang Kyuhyun ingini?'
Donghae mengulum senyum, memajukan perlahan mobilnya saat lampu lalu lintas mulai beralih menuju hijau, menghapuskan si merah. Perempuan yang Kyuhyun ingini? Donghae mendecih dalam hati. Tentu saja ia tahu perempuan seperti apa yang Kyuhyun ingini, dan Donghae tahu siapa perempuan itu! Sepertinya ia harus bergerak cepat karena Kyuhyun mulai tidak sabaran. Dasar badebah brengsek.
"Aku akan mencari perempuan itu, tenanglah bibi. Sangat sulit sebenarnya mencari perawan yang masih hidup untuk dikawini dengan mayat, namun mengingat jika mayat itu adalah Cho Kyuhyun, maka semua jauh lebih mudah" Suara Donghae terdengar cukup menghibur dari telepon. "Aku akan membawa perempuan itu dihadapanmu dan dukun itu senja ini. Langsung saja jalani ritual seperti kemarin, lihat apakah Kyuhyum berkenan atau tidak!"
'Aku menyerahkan semuanya padamu, Donghae' Heechul bergumam lirih. 'Bibi akan menunggumu senja ini. Sampai jumpa, sayang'
Sambungan telepon itu terputus, dan Donghae langsung melempar ponselnya pada jok kanan mobilnya lalu mengumpat lirih.
"Sial. Kau benar-benar menyusahkan, Cho Kyuhyun"
...
Lee Sungmin mengernyit saat menatap seorang lelaki bertubuh tegap dengan rambut hitam legam tersenyum ramah di ambang pintu kedai cucinya. Tangan pria itu kosong, tanpa membawa kantong cucian seperti yang pelanggan-pelanggannya lakukan selama ini. Sudah jelas bukan jika kedatangan pria itu bukan untuk memberikan cuciannya dan menjadi pelanggan gadis itu?
"Selamat siang, Tuan"
Sungmin berusaha berbasa-basi, menunjukkan tata karma yang ia pelajari selama ini, membalas senyuman ramah pria itu dengan senyum tipis. "Ada yang bisa saya bantu?"
"Saya ingin bertemu dengan Lee Sungmin. Apakah ada?" Pria itu berucap lembut, menampilkan senyum menawannya.
"Ya, saya sendiri. Saya Lee Sungmin"
Sungmin menahan napasnya. Apakah ia seterkenal itu? Pria dihadapannya ini sepertinya bukan seorang pria biasa melihat pakaian yang ia kenakan seperti setelan jas mahal, pria itu terawat! Lagipula, siapa Sungmin sehingga pria itu mengetahui namanya? Dia hanya seorang gadis pencuci baju!
"Oh, jadi kau Lee Sungmin rupanya" pria itu terlihat sedikit kikuk lalu mengusap pelan tengkuknya, melirik kearah Sungmin dengan pandangan menilai, dari ujung rambut hingga ujung kaki hingga membuat Sungmin cukup risih. "Apakah kau mempunyai waktu, nona?"
"Ya" Sungmin berucap datar, lalu sesekali melihat kearah belakang pria itu, barangkali ia menemukan seorang pelanggan yang menentang keranjang baju kotornya. Tapi nihil. Sungmin tidak menemukan siapapun.
"Apa ada orang lain di tempat ini selain kau?"
"Tidak" Sungmin menggeleng cepat. "Hanya saya sendiri yang berada di sini"
Sungmin meneguk ludahnya dengan gugup. Untuk apa pria asing ini menanyai siapa saja yang berada di tokonya? Akankah pria ini penjahat? Rampok yang ingin membawa lari semua uang dalam mesin kasirnya? Sial, bodoh sekali kau Sungmin! Sungmin mengumpat dalam hatinya. Mengapa ia dengan mudah memberikan peluang pada pria asing ini?
"Bisakah kau tutup tokomu sebentar? Aku berjanji ini tidak akan lama"
"Apakah hal ini penting sehingga saya harus menutup toko saya seperti itu?" Sungmin melirik pria itu dengan was-was. "Saya tidak akan melakukannya!"
"Aku berani jamin setelah ini, kau dan tokomu masih dalam keadaan baik-baik saja seratus persen" pria itu menghela napas berat. "Aku tidak akan melakukan sesuatu yang buruk kepadamu, percayalah. Aku bukan orang seperti itu. Kedatanganku kesini hanyalah untuk menawarkan sebuah penawaran yang menggiurkan untukmu"
"Penawaran?" Sungmin mengerutkan dahinya lalu mendesah, melangkah kearah pintu kaca tokonya lalu mengganti papan gantung 'buka' menjadi 'tutup'. "Penawaran macam apa yang ingin kau diskusikan, tuan?"
Pria itu tersenyum simpul lalu mendekat kearah Sungmin, menyelami bola mata cokelat Sungmin yang jelas menampakkan gurat gelisah di sana.
"Izinkan aku memperkenalkan diri. Maaf aku tidak sopan" Pria itu berdeham sebentar. "Lee Donghae"
Dengan ragu Sungmin membalas uluran tangan pria itu, membawa kedua tangan mereka bergerak seirama keatas dan kebawah. Cengkeraman tangan Donghae begitu kuat menggenggam tangannya, membuat gadis itu sedikit tersentak.
"Aku mohon setelah ini kau harus berbicara informal kepadaku" Donghae terkekeh. "Aku merasa seperti tua bangka apabila kau berbicara formal seperti itu"
"Ya, baiklah" Sungmin menahan napasnya. "Lalu kedatanganmu kemari?"
Donghae mengulum senyum, menatap lekat kearah Sungmin dengan padangan menilai, seakan pria itu cukup ragu haruskah ia mengatakan hal ini kepada perempuan di hadapannya. Namun ia tidak boleh menolak, ia harus memberitahu hal ini cepat atau lambat.
"Dengar, aku hanya menawarkan kerja sama yang menguntungkan ini padamu, membuatmu akan kaya raya dalam sekejap" bisiknya pada telinga Sungmin.
"Kau ingin menawarkan produk padaku dan memintaku untuk menjadi sales?" Sungmin menampilkan raut wajah cemberut yang lelah. "Aku tidak akan melakukannya! Kau membuang-buang waktuku!"
"Tidak" Donghae mendengus. "Aku tidak akan menawarimu pekerjaan rendahan seperti itu! Yang ingin aku tawarkan hanyalah kesediaanmu dan boom! Kau mendapatkan semua yang kau inginkan di dunia ini dengan uang!"
"Semua yang aku inginkan?" Gadis itu menggumam lalu pandangannya berubah menerawang. Semua yang ia inginkan di dunia ini, yang dapat dibeli dengan uang? Ya, begitu banyak hal yang Sungmin ingini di dunia ini. Makan tiga kali sehari dengan kenyang, tempat tinggal dan pakaian yang layak… semua itu hal yang ia ingini dalam dirinya secara pribadi.
Namun jika 'semua hal yang kau ingini' dalam maksud Donghae adalah ia dapat melakukan apapun dengan uang berlimpah yang akan ia dapati nantinya,
Sungmin akan senang hati menyetujuinya. Ia membutuhkan uang yang banyak saat ini juga. Butuh!
"Ya, semua yang kau inginkan dengan uang" Donghae mengulang lagi pernyataannya, dan suara berat pria itu seakan seperti sebuah hipnotis bagi Sungmin.
"Apa yang harus aku lakukan?" Sungmin menghela napas, berbalik menatap bola mata Donghae hingga pria itu terlena sebentar, cukup beruntung karena Donghae akhirnya telah kembali fokus pada topik bincangan.
"Aku meminta kesediaanmu untuk menikah"
"Menikah? Dengan siapa? Denganmu?"
"Tidak, nona" Donghae tertawa kecil, menatap kembali wajah Sungmin yang terkejut. "Dengan sahabatku"
"Tidak! Pernikahan adalah sebuah upacara suci yang dilandasi oleh cinta sehidup semati, hanya satu kali seumur hidup! Tuhan akan mengamuk apabila pernikahan hanya digunakan untuk mainan dan ajang pencari kekayaan!"
Sungmin memberang, menatap kearah Donghae yang membungkam bibirnya erat-erat. Donghae terlihat seperti pria kaya, begitupula dengan 'sahabat' yang akan dikawini dengannya! Mengapa para kaya dengan entengnya menganggap bahwa pernikahan bak permainan yang dapat dimulai dan diakhiri? Sudah jelas Sungmin tidak akan pernah sudi menikah karena harta, apalagi berjanji sehidup semati dengan pria yang ia tidak ketahui asal usulnya. Ia hanya akan menikah dengan pria yang mencintai dan dicintai dirinya!
"Sahabatku bukan pria biasa, nona" Donghae memutuskan untuk kembali bersuara, membujuk Sungmin. "Semua kekayaannya akan diwariskannya padamu, semua aset yang ia miliki, kau dapat menjadi nyonya besar dalam sekejap, memiiki apapun di dunia ini yang bisa dibeli dengan uang. Bukankah hal itu terdengar mengasyikkan bagi seorang wanita muda sepertimu?"
"Aku bukan perempuan semacam itu, Tuan Lee" Sungmin mendesis, menatap muak kearah Donghae. "Katakan kepada sahabatmu yang mempunyai segalanya itu ucapan terima kasih dariku. Dan juga maaf, karena aku menolaknya mentah-mentah!"
"Aku bertanya-tanya apakah kau tidak akan menyesal" Donghae menyeringai kearah Sungmin, melihat kearah dada gadis itu yang naik turun menahan amarah. "Bagaimana jika kukatakan bahwa sahabatku itu adalah Cho Kyuhyun? Kau masih mau menolaknya?"
Tubuh Sungmin menegang. Lehernya seperti tercekik dan bumi seperti berhenti berotasi. Tubuhnya ingin limbung namun dengan cepat ia menahannya walaupun kedua lututnya gemetaran. Gadis itu lalu menatap kearah Donghae dengan tatapan tak percaya, mencari kebenaran di dalam bola mata pria itu. Dan dia menemukannya! Donghae tidak berbohong.
"Jangan bercanda" Sungmin membalas dengan suara bergetar. "Cho Kyuhyun? Pria gila pewaris Cho Group?"
"Ya nona, tebakanmu sempurna" Donghae tersenyum. "Sudah kuduga kau mengetahui siapa dia"
"Seluruh negeri ini mengetahui siapa dirinya! Miliarder gila itu," Sungmin merasakan kerongkongannya tercekat. "Jangan mempermainkanku! Dia dinyatakan mati satu minggu yang lalu, dan seluruh negeri gempar akan hal itu. Bagaimana mungkin kau menawarkanku untuk menikah dengannya sementara ia sudah mati? Dan ini lucu sekali. Seorang kaya seperti dirinya mengingini perempuan pencuci baju sepertiku. Kepalamu terbentur?"
Donghae bersedekap, sangat susah sepertinya menaklukkan gadis ini.
"Ya, Cho Kyuhyun memang sudah mati" Donghae bersuara parau. "Namun setiap gadis masih berhak mendapatkan semua hartanya jika salah satu dari mereka mengawini Kyuhyun. Bukankah menyenangkan?"
"Cih, lucu sekali Tuan Lee. Bagaimana caranya mengawini orang mati?"
"Kau akan mengetahuinya sendiri setelah kau berhasil menjadi istrinya" Donghae mengangkat kedua bahu. "Secara garis besar, penawaranku ialah kau yang mengawini mayat Cho Kyuhyun dengan ritual pernikahan roh. Setelah kau berhasil menikah dengannya dan menjadi istri sahnya, semua harta bersih miliknya akan jatuh ke dalam tanganmu. Semuanya tanpa terkecuali dan tanpa perantara!"
"Oh ya Tuhan!" Sungmin membekap mulut dengan kedua tangannya. Bola matanya melebar kearah Donghae, masih tidak percaya dengan patah perkataan yang keluar dari bibir pria itu. "Kau memintaku untuk mengawini mayat, dengan orang yang telah mati hanya demi uang? Aku tidak semurah itu!"
"Aku tidak mengatai kau perempuan murahan sama sekali" Donghae memutar kedua bola matanya malas. "Tugasku hanya menawarimu sebuah penawaran emas yang tidak sembarang perempuan bisa mendapatkannya. Kurang baik apa lagi aku?"
"MENGAPA HARUS AKU? MENGAPA PEREMPUAN ITU HARUS AKU?"
Sungmin berteriak cukup kencang kearah Donghae, memejamkan kedua matanya. Gila, pria itu telah menjadi mayat dan mereka masih menginginkan seorang pengantin yang masih hidup untuk orang itu? Dan gilanya, perempuan itu adalah dirinya?
"Oh itu" Donghae menyentuh dagunya sendiri dengan tangan kanannya. "Karena arwah Kyuhyun menginginkanmu!"
"Arwah Cho Kyuhyun?" Sungmin terihat seperti orang linglung, menatap Donghae dengan tatapan kosong. "Arwah itu menginginkanku?"
"Ya, semua terserah padamu. Keputusan ditanganmu" Donghae merentangkan kedua lengannya yang terasa pegal, melirik jenaka kearah Sungmin. "Katakan ya jika kau bersedia, katakan tidak jika kau menolak"
Tentu saja! Sungmin menggeram dalam hati, kembali tersadar dari lamunannya. Ia tidak peduli, mau arwah Cho Kyuhyun yang menginginkannya, ia tidak akan gentar sama sekali! Sudah gila apa dia jika mengiyakan tawaran Donghae? Menikah dengan seorang mayat karena harta? Harga dirinya tidak serendah itu! Ia masih akan bertahan hidup dengan caranya sendiri walaupun pundi uangnya jauh dari kata pas-pasan. Sungmin bersumpah akan berteriak kata 'tidak' dengan lantang setelah ini dan menendang pria itu keluar dari tokonya.
Namun saat Sungmin ingin mengeluarkan suaranya membentak pria itu, ponsel bututnya berdering dari dalam saku celananya, membuat dahinya mengernyit. Dengan sigap ia meraih ponselnya. Mimik wajahnya menamilkan rjaut wajah yang cemas dan terkejut setelah menangkap nomor yang tertera di layar ponselnya, menempelkan benda itu di telinga kirinya hingga Sungmin merasakan jantungnya seperti meledak, bercecer berhamburan di lantai dan seluruh oksigen menghilang di sekelilingnya.
Ia bahkan tidak sadar bahwa ponselnya sudah terbanting di lantai sedari tadi.
"Sungmin? Lee Sungmin?"
Sungguh, Donghae panik bukan kepalang. Gadis dihadapannya itu jatuh merosot, terlihat jauh dari kata baik-baik saja. Yang ia lihat setelahnya adalah bulir bening yang mengalir turun di pipi gadis itu, menyadari bahwa bola mata Sungmin telah berenang dengan air mata. Apa sesungguhnya yang terjadi? Siapa penelepon itu? Mengapa gadis itu terlihat rapuh seperti ini?
"Sungmin! Kau mendengarku? Kau baik-baik saja?"
Sedari tadi pula Donghae mengguncang bahu mungil Sungmin, membuat agar gadis itu menatapnya. Namun sia-sia, bulir bening itu semakin deras turun diwajahnya. Lamat-lamat pria itu juga mendengar suara isak mengalun dari bibir Sungmin. Gadis itu terlihat begitu hancur.
"Sungmin!"
"Tuan Lee…" Sungmin memberanikan diri mengeluarkan patah suaranya, tidak mempedulikan seberapa hancur wajahnya akan timbunan air mata. Tidak peduli bagaimana pria ini akan memberi nilai untuk harga dirinya. Sungmin sungguh tidak peduli lagi. Ia tidak peduli!
"Ya Sungmin, aku mendengarmu!"
"Ya" ucapnya dengan parau, masih terisak. Donghae mendapati kedua tangannya telah ditetesi oleh air mata gadis itu.
"Kau,"
"Ya"
Donghae menatap Sungmin dengan nanar, menimbulkan rasa kecewa yang begitu dahsyat bergejolak di dalam dadanya. Benar, ia mengetahui maksud ucapan gadis ini.
Gadis itu menyetujui untuk menikah dengan mayat Kyuhyun dengan ritual roh. Dan semua demi uang sahabatnya itu, bukan?
Donghae menyesal menganggap Sungmin berbeda dari gadis-gadis yang pernah ia lihat selama ini. Cho Kyuhyun tentu saja akan menyesal mengingini Lee Sungmin sebagai istri sahnya.
Lee Sungmin di mata Donghae tidak lebih dari perempuan murahan yang menggilai uang.
...
Bersambung ke 2
Catatan: Maaf, untuk yang bertanya kemana ff Vengeance hilang tiba-tiba dari akun saya, saya juga tidak dapat memberi alasan. Saya login akun ffn saya dan tiba-tiba mendapat notifikasi kalau ff itu error dan tiba-tiba dihapus begitu saja dari ffn. Saya syok. Laptop yang saya gunakan untuk menulis juga rusak belakangan ini, dan saya terpaksa mengganti laptop baru. Naskah 88 chapter 5 juga hilang, jadi saya dalam tahap menulis ulang chapter 5 tersebut. Maaf sebelumnya dan terima kasih!
