Chapter 1 : She's Back

A/N : Author baruu author baruu #tereakpaketoa (eh? Maklum author kelamaan di pasar inpres). Aku bikin karakter baru namanya Libra Malfoy (Anaknya Draco). Author bikin Lily sama James kembar disini dan Albus jadi adek mereka. Rose seumuran sama James Lily dan Albus seumuran sama Hugo. Cedric gak meninggal (gak bakal pernah di fic nya Author) Narcissa meninggal (gak tega sebenernya, maafkan aku ibu mertua #PLAKK) dibunuh Voldemort. Ada beberapa pernak-pernik sihir karanganku sendiri disini jadi maaf kalo deskripsinya agak maksa#punched. Ini fic pertama jadi be kind please :)

Disclaimer : Jelas bukan saya. Saya Cuma minjem dan nyomot karakter karakter milik J.K Rowling. Gak ngambil keuntungan apa-apa and nor ever wish.

Warning : OOC (semoga gak akut) dibeberapa karakter. Penuh dialog kurang deskripsi dan kekurangan-kekurangan lain. After War.

Pairing : HGDM, LMJP, HGCD dan lain lain

Genre : Romance , Hurt/Comfort , Family&Friendship

Rate : K+

Summary :

Hermione kembali ke Inggris setelah belasan tahun menghilang. Menemukan seorang gadis bermarga Malfoy membuatnya harus bertemu kembali dengan Draco Malfoy, seseorang yang seharusnya ia lupakan. Sebuah mantera kuno memperantarai pertemuan mereka.


"Ia mulai mengutuki keputusannya untuk kembali,harusnya ia tak pernah berpikir untuk kembali. Karena rasanya masih sakit, saat ia harus memandang manik chrome itu sekali lagi"


Harry Potter © JK Rowling

All You Need To Do Is Wait © PeonyMalf

Chapter 1 : She's Back

Udara pertengahan musim gugur bertiup lembut di awal September. Daun-daun menguning berserakan di sepanjang peron 9 ¾ stasiun King's Cross. Kereta tua berwarna merah namun megah Hogwarts Express sedang disesaki oleh murid-murid Hogwarts yang akan melanjutkan ataupun memulai tahun ajaran baru disekolah sihir ternama itu.

"Dad, aku sudah hampir terlambat" seorang gadis remaja berusia sekitar 15 tahun berlari sambil mendorong trolinya yang diisi oleh koper sekolah berukuran besar dan sebuah kandang yang berisi seekor hamster berwarna coklat gelap. Rambut pirang ikal sepinggangnya berayun mengikuti langkah kakinya. Sepasang mata beriris sapphire miliknya sibuk mencari gerbong yang masih kosong. Seorang pria yang dipanggil Dad oleh gadis tersebut berusaha menjejeri langkahnya dengan tak sabar.

"Kau takkan terlambat jika tikusmu tak kau biarkan berkeliaran pagi ini" sahutnya sambil melihat galak ke kandang persegi yang bertengger di troli putrinya.

"Aku hanya kasihan padanya Dad,sudah seminggu Dad melarangnya keluar dari kandang. Dia sudah hampir mati kebosanan, kau tau?. Dan perlu aku tegaskan sekali lagi kalau Alfey itu Hamster bukan Tikus!" Libra Malfoy membalas garang omelan Ayahnya.

"Dan perlu aku tegaskan sekali lagi juga Young Lady. Kalau tik—

"Hamster Dad" Lye Malfoy buru-buru mengoreksi kalimat Ayahnya dengan sungut sebal.

"Oh terserahlah—balas Draco jengkel—kalau binatang peliharaanmu itu tidak menggigiti dokumenku yang berharga dan menjaga kelakuannya dia mungkin tidak terkurung dan mati kebosanan, kau mengerti?"

"Daddy, Alfey itu Hamster dan secara naluriah dia adalah binatang pengerat. Jadi salahnyakah jika melihat dokumenmu bertebaran di kolong tempat tidur dan menggigitinya?" Lye menggelengkan kepalanya dramatis dan menarik nafas tak percaya akan-akan Ayahnya baru saja mengatakan bahwa matahari terbit dari barat.

Draco hanya memutar matanya malas, dia tau perdebatan mereka tak akan berakhir jika ia tak mengalah lebih dulu "Sudahlah, kau hampir terlambat cepatlah naik kekereta dan kumohon jadilah putriku yang manis tahun ini. Dad lelah dipanggil kesekolahmu setiap saat, Lye" Draco memandang prihatin pada putrinya sambil memeluk dan mencium puncak kepalanya. Lye hanya menyeringai penuh arti sebelum memeluk dan mencium pipi Ayahnya lalu menggumamkan selamat tinggal dan kalimat aku mencintaimu kemudian berlari menuju Hogwarts Express yang pintu-pintunya mulai berayun menutup menandakan kereta itu akan segera berangkat.

Draco Malfoy membalas lambaian tangan putrinya dari balik jendela. Dia tersenyum saat Lye menggerakkan bibirnya mengucapkan kata I'll Miss You padanya sesaat sebelum dia menghilang dari pandangan.


Hermione melambaikan tongkat sihirnya pada setumpuk koper didepan pintu yang kemudian mendarat didekat perapian. Dengan sedikit lambaian tongkat lagi, pintu itupun tertutup lembut.

Hermione menghela nafas panjang beberapa kali, rasanya ia masih belum percaya akhirnya ia kembali dan sekarang duduk di sebuah kamar di Kastil Hogwarts. Setelah hampir 16 tahun meninggalkan Inggris dan dunia sihirnya, agak sulit menyadari sepenuhnya bahwa ia sudah kembali dan malah akan menjabat sebagai salah satu staf pengajar di Hogwarts. Guru Rune Kuno tepatnya. Ini semua berkat Cedric Diggory, teman lama yang juga mantan kekasihnya yang merekomendasikannya kepada Minerva Mc'Gonagall, Kepala Sekolah Hogwarts saat ini untuk posisi guru Rune Kuno yang kosong dikarenakan guru sebelumnya Prof. Bathsheba Babbling meminta pensiun lebih awal. Hermione yang saat itu bekerja sebagai penerjemah lepas buku-buku berbahasa Rune Kuno di sebuah penerbit buku sihir besar di Paris, mau tak mau mengiyakan tawaran tersebut. Ia tak tahan menerima surat permintaan—atau ia harus menyebutnya pemaksaan—yang datang hampir setiap hari dari Minerva dan bahkan Cedric . Sebenarnya masih sulit bagi Hermione untuk kembali ke Inggris, apalagi ke Hogwarts mengingat alasannya pergi 16 tahun yang lalu. Dan saat itu, semuanya kembali menghantui nya. Luka yang lama susah payah ia simpan jauh dari hati dan pikirannya kembali terasa menyesakkan.


Lye memasuki Aula Besar bersama tiga teman dekatnya yaitu Andrea Longbottom, Rose Weasley dan Lily Potter. Quartet itupun berjalan beriringan menuju meja Gryffindor. Lye terseleksi masuk asrama Gryffindor tidak seperti pewaris klan Malfoy sebelum dirinya yang selalu berasrama di Slytherin. Seluruh keluarga Malfoy gempar oleh 'penyimpangan' ini, Lucius Malfoy—kakek Lye—bahkan meminta seleksi ulang dan bersikeras bahwa kemungkinan topi seleksi melakukan kesalahan. Setelah diskusi panjang akhirnya Lye pun kembali diseleksi di depan Kakek dan Ayahnya tapi hasilnya tetap sama. Meski awalnya banyak bisik-bisik baik itu mendukung maupun mengsangsikan hal ini tapi lama-kelamaan bisik-bisik itupun menghilang seiring waktu.

Topi seleksi tidak menempatkannya di Slytherin karena ia sendiri yang menginginkannya. Dia tak ingin meneruskan image keluarganya yang identik dengan semua yang berhubungan dengan Ilmu Hitam ataupun pelahap maut. Slytherin memang sudah tidak mengagung-agungkan darah-murni lagi, tapi tetap saja reputasi hitamnya masih ada. Bukan berarti dia membenci Slytherin,hanya saja ia ingin benar-benar membersihkan nama besar Malfoy. Dia jengah dengan bisik-bisik yang tak jarang terdengar tentang keluarganya yang dulu adalah abdi setia Voldemort. Meski penyihir gelap berwajah ular itu sudah hancur menjadi abu oleh pahlawan dunia sihir Harry Potter bertahun-tahun yang lalu. Kenyataan tentang keluarga Malfoy yang dibebaskan setelah kesaksian Mr. Potter-pun dianggap bukan sesuatu yang bisa merubah mereka jadi orang baik, miris sekali. Sebenarnya Lye tidak menyatakan bahwa ia ingin masuk Gryffindor, apa saja selain Slytherin. Namun ternyata topi seleksi menilai ia cocok di asrama singa itu.

"Kalian lihat? Mereka semakin kerdil saja"ujar Lye ketika barisan murid kelas satu berjalan melewati pintu oak Aula Besar dengan dipimpin oleh Prof. Flitwick. Disambut tawa teman-temannya kecuali Lily.

"Lye! Mereka baru kelas satu wajar kalau mereka kecil. Kau, kita dulu juga sama" Lily nyaris berteriak.

"Oh, setelah liburan kulihat kau semakin cerewet Lils"

"Dia hanya sedang menjalankan tugasnya sebagai Prefek Lye, hortmatlah sedikit" Rose menunjuk lencana prefek silver mengkilat di dada jubah sekolah Lily.

"TUTUP MULUT" hardik Lily sambil melempar pandangan atau-ku-kutuk-kau-saat-ini-juga pada saat yang sama. Dari arah meja guru terdengar Professor Mc'Gonagall sedang menyampaikan pidato awal semesternya yang membuat dengung dikeempat meja asrama lenyap dan sebagian besar perhatian di Aula Besar tertuju padanya "Tahun ini, kita kedatangan seorang guru baru yang akan menggantikan Prof. Babbling dalam pelajaran Rune Kuno. Mari kita sambut Professor Hermione Granger" Seluruh Aula Besar dipenuhi tepuk tangan saat seorang wanita berjalan masuk melalui pintu besar. Dia mengenakan jubah berwarna merah maroon dan dress merah pucat dibaliknya. Sepasang sepatu hitam yang ia pakai menciptakan bunyi hentakan lemah saat menapaki lantai batu. Dia cukup cantik, wajahnya oval dibingkai rambut coklat keriting lebat yang digelung rendah di belakang kepalanya. Prof. Granger pun berdiri disebelah Mc'Gonnagal dan menggumamkan sapaan pendek kepada seluruh murid lalu duduk disamping—wait!—? Lye hampir berdiri dari kursinya saat Prof. Diggory tersenyum lebar lalu menyiapkan kursi disampingnya dan mempersilahkan wanita itu duduk. Itu hanya sikap ramah tamah biasa, Iya kan? Itu wajar saja. Tapi waaaaaait ! tidak perlu rangkul rangkulan begitu kan?

"—Aunt Mione, aku merindukannya ! kita harus menyapanya nanti Rose!" sorakan Lily mengalihkan perhatian Lye.

"Apa maksudmu Lils?"

"Oh, itu . Dia sahabat Daddy dan Uncle Ron waktu sekolah dulu. Kami cukup dekat dengannya hanya saja jarang bertemu karena dia biasanya tinggal di Paris. Aku senang sekali dia kembali. Aku harus segera menulis pada Mum dan Dad"

"—well, Dad bilang dia dulu murid terpintar diangkatannya—"Andrea menyela diantara kegiatan makannya.

"Rose, sebaiknya kau perhatikan nafsu makanmu. Kau semakin terlihat seperti Uncle Ron" Lily mengernyit melihat Rose yang baru saja mengunyah potongan cakenya yang ketiga.

"Akkhuw twidhaa' shepeerdti Dwad Liwls" Ros bergumam tidak jelas dan tetap melanjutkan aksi 'vacum cleanernya'. "Aunt Luna pasti akan mengomeliku lagi" sungut Lily sebal sebelum menyuap kentang tumbuknya.

"Ehmm, menurutmu apa Prof. Diggory dan wanita itu, Prof Gragy itu maksudku. . . Engg kau tau, punya hubungan khusus atau semacamnya?"

Lily menghadiahkan Lye tatapan tak percaya baru kemudian menjawab "Libra Narciccus Malfoy! Aku tak percaya kau masih 'bicara-seperti-itu' tentang Prof. Diggory. Dia bahkan lebih tua dari Ayahmu. Dan satu lagi Lady Malfoy, itu Prof. Granger, Hermione Granger bukan Gragy"

Lye menghela nafas satu kali dan menjawab dengan nada yang ia tata selembut mungkin "Lily Luna Potter ! Perlu kau tau, Prof Diggory hanya dua tahun diatas Ayahku. Dan memangnya kenapa? Dia tetap tampan menurutku. Kenapa tidak kau jawab saja pertanyaanku tentang Prof. Gregor itu?"

Lily menggelengkan kepalanya, ia benar benar tak habis pikir pada jalan pikiran sahabatnya yang satu ini dengan Prof. Diggory-nya. Guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam itu memang tampan-ok,baiklah-sangat tampan. Tapi tetap saja, dia kan terlalu tua untuk Lye. Dia sih tidak masalah Lye mengaguminya, siswi lain juga banyak yang menyukainya. Tapi, kalau bermimpi menjadi istrinya? Ibu dari anak-anaknya? Yang benar saja? Lye benar-benar sudah gila.

"Oke baiklah ! mereka itu adalah mantan kekasih dan mungkin segera akan menjadi kekasih lagi. Jadi tutup mulutmu dan makanlah" Lily langsung mefokuskan perhatian pada piringnya. Tidak memperhatikan wajah Lye yang shock dan memandang lekat pria dan wanita yang bercengkrama sangat akrab didepan -tiba hidangan makan malam Hogwarts saat itu tidak lagi menarik baginya.

A/N : Well, that's how the story begin and It would be extremely worth if you leave some review, please. karena aku masih baru, kritik dan saran atau komen jenis apa aja diterima #