*xxx*

My Youth With You : Farhnburg

Naruto : Masashi Kishimoto

Rated: T for this chapter

Pairing: SasuNaru, NejiGaa

Warning: OOC of course. AU, Shounen-ai, Yaoi!

*xxx*

Ingat kata-kataku Sasuke, ini adalah pertemuan terakhir kita―tidak, bukan yang terakhir, tapi bisa jadi ini adalah pertemuan kita yang terkahir. Mengertilah Sasuke, aku harus pergi, aku berat meninggalkanmu sendirian, tapi ini yang terbaik, setelah aku pergi, pergilah ke tempat Kakashi-san dan berikan surat ini padanya. Maafkan aku Sasuke, aku harus meninggalkanmu seperti ini… Maafkan aniki… Maaf…

PIIIP PIIIP PIIIP

Dengan sekejap, mata sehitam obsidiannya terbuka. Ia terengah, bangun dengan keringat di sekujur tubuhnya. Tangannya merogoh-rogoh benda yang berisik nyaring disampingnya, ia mematikan alarmnya dan melihat waktu menunjukkan pukul 07:00 a.m. Dia masih sedikit terengah. Disekanya rambut raven yang mencuat keatas itu perlahan. Ini bukan yang pertama kalinya ia bangun dengan terengah-engah seperti itu. Setiap ia bermimpi tentang masa lalunya itu, ia tidak pernah lepas dari―bangun tidur―maratonnya. Dan itu sangat menyebalkan. Karena dengan itu, ia akan memulai harinya dengan perasaan jengkel lagi.

"Sasukeee! Cepat bangun! Nanti kau telat."

Mata onyxnya hanya melirik malas pada sumber suara di luar sana. Ia merenggangkan otot-ototnya sebelum bangun dari tempat tidurnya yang sudah reot. Oh ayolah, seluruh kamar ini―bahkan seisi rumah ini―memang sudah reot, pikir Sasuke. Dan satu-satunya yang bagus dari rumah ini hanyalah halaman belakangnya saja. Sasuke berhenti tepat didepan kaca, melihat wajah―tampannya―yang kusut dan hampir-hampir tak pernah tersenyum. Pandangannya teralih pada sebuah foto dekat meja belajarnya. Foto keluarganya. Ia hanya memandang dingin foto tersebut, dan melanjutkan mengambil handuk untuk mandi. Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang membosankan baginya. Karena hari ini adalah hari pertamanya memakai seragam SMA.

*xxx*

"Tsk―! Sasuke, cepat habiskan sarapanmu itu, sudah mau jam sembilan, kau berencana untuk telat di hari pertama masuk sekolah? Ayolah… aku guru disitu, kau tidak usah repot-repot membuatku malu."

Bukan maunya Kakashi untuk menceramahi Sasuke setiap hari diluar liburan dan akhir pekan. Seperti ia peduli saja, pikir Sasuke. Sasuke mengunyah sarapannya dengan perlahan, sambil membuang muka kearah halaman belakang rumahnya―atau rumah Kakashi―yang terawat. Melihat itu, Kakashi yang berada dihadapannya mendecih seraya berkata―"Dasar bocah." Dan kembali memakan sarapannya.

"Kakashi, apa hari ini ada kabar?" Akhirnya laki-laki bermarga 'Uchiha' itu membuka mulutnya. Tatapannya lurus menghadap Kakashi. Wajah malas ditunjukkan oleh Kakashi. Sasuke hanya terus sabar menunggu jawaban darinya―walau kemungkinan apa yang akan didengarnya selalu-

"Tidak ada kabar apapun" ya, jawaban yang seperti itu. Sasuke menghela nafasnya, dan segera berdiri untuk berangkat sekolah.

"Hei hei, kau belum menghabiskan makananmu Sasuke!"

Sasuke tidak mengindahkannya dan langsung saja pergi keluar pagar tanpa mengucapkan apapun pada orang yang disebutnya 'paman' itu. Kakashi sudah terbiasa dengan sikap Sasuke yang seperti ini. Egois, dingin, kaku, namun genius. Yah, lagipula ini adalah tugasnya melindungi Sasuke―dan menyembunyikan Sasuke dari orang-orang itu. Walaupun harus membawa seorang bangsawan kedalam gubuknya sendiri.

*xxx*

"Yo, Sasuke! Kita sekelas lagi rupanya." Sapa seorang laki-laki berambut putih dengan dandanan sedikit nyentrik. Sasuke hanya menatapnya bosan. "Oh kau, Suigetsu." Sapanya sambil menguap.

"Hai Sasuke, bagaimana liburanmu?" Dari belakang Suigetsu muncul tiga pria lagi yang sudah sangat ia kenal. Mereka bernama Neji, Shikamaru dan Jugo. Mereka berlima sudah berteman sejak kelas satu SMP, dan bukan sebuah kebetulan mereka bisa satu SMA lagi. Lagipula sekolah di desa seperti ini hanya ada beberapa saja.

"Yah… hanya pergi memancing dengan Kakashi. Apa lagi?" Jawab Sasuke sambil berjalan, dengan sohib-sohibnya mengikuti debelakangnya. Neji yang paling dekat dengan Sasuke, dan ia juga sering pergi dengan Kakashi.

"Yah, setidaknya si guru mesum itu memberikan hiburan padamu tiap malam kan? Iruka-san juga tinggal disana kan?" Ucap Neji sedikit berbisik, agar tidak terdengar oleh tiga orang temannya yang berjalan dibelakang sambil bercanda-canda―kecuali Shikamaru dengan wajahnya yang selalu terlihat ngantuk itu. Sasuke tersenyum mengejek mendengar ucapan Neji.

"Mereka membuatku harus memakai kamar mandi berkali-kali pada malam hari." Mendengar itu Neji tertawa geli. Dan Sasuke hanya mendecak kesal. "Tapi Iruka-san tidak tinggal dirumah, dia hanya sesekali menginap. Lagipula mereka berdua 'kan guru disini." Sasuke membuka pintu kelasnya tepat saat ia berhenti berbicara. Dan serentak semua orang didalam kelas itu menatap kea rah lima orang yang ada didepan pintu itu dengan wajah kaget mereka. Sasuke hanya memandang dingin kearah mereka dan berjalan mengambil tempat duduk yang paling belakang diikuti teman-temannya yang lain. Para gadis dikelas itu sangat berisik. Sebagian dari mereka adalah penggemar Sasuke.

"Aaaaah beruntungnya aku ditempatkan dikelas yang sama dengan lima cowok keren ituuuu. Apalagi ada Sasuke dikelas ini. Aaah setiap hari aku tidak akan bosan!" Ucap seorang gadis bernama Ino dan teman-temannya setuju dan mengangguk angguk riang.

Sasuke duduk paling belakang dekat dengan jendela, sebelah bangkunya masih kosong, karena Neji dan teman-temannya yang lain sudah duduk berpasang-pasangan. Dan Sasuke hanya suka sendiri. Dia suka ketenangan. Dan mood nya sudah hancur karena suasana dikelas ini yang-amat-sangat-berisik. Ia memandang keluar jendela, melihat bunga-bunga Sakura yang mulai berguguran dengan indahnya. Langit begitu cerah hari ini, suasana hati Sasuke membaik sedikit.

Bel tanda masuk berbunyi, dan pengumuman untuk menghadiri upacara penerimaan murid baru terdengar. Semua murid dikelas itu telah keluar kelas, kecuali Sasuke. Neji sebelum keluar dari kelasnya memanggil Sasuke yang masih terduduk di kursinya. "Sasuke, apa yang kau lakukan? Cepat! Upacaranya mau mulai." Sasuke menguap, dan merenggangkan ototnya, "Tidak, kau duluan saja. Aku kurang tidur tadi malam, aku akan tidur disini saja," Neji memutar bola matanya bosan. "Hh… yasudah terserah kau saja." Dengan perginya Neji, Sasuke kini sendirian dikelas. Menatap jauh keluar jendela.

'Kau mau pergi kemana Aniki? Setelah Ayah dan Ibu, sekarang kau juga mau meninggalkanku? Kenapa tidak kau bawa saja aku pergi? Aku akan ikut denganmu! Aku janji aku akan jadi anak yang baik, aku tidak akan berulah lagi! Tolong jangan tinggalkan aku!'

'Sasuke, maaf, aku tidak bisa, ini terlalu berbahaya. Keluarga kita sudah diincar, Ayah dan Ibu sudah tidak ada, aku tidak mau kalau harus kehilangan saudaraku satu-satunya. Aku akan kembali lagi nanti kalau aku sudah membereskan semuanya, sekarang kau tinggallah bersama Kakashi. Cari Kakashi dan berikan surat ini padanya. Jangan pernah kau pakai nama Uchiha lagi. Sekarang aku harus pergi, jaga dirimu baik-baik Sasuke'

'Tunggu dulu Aniki! Aniki―!'

'Sasuke, Ayah dan Ibumu―mereka sudah tidak ada. Mereka hangus terbakar bersama dengan rumahmu. Kau telah dititipkan oleh Itachi padaku,'

'Bagaimana kabar Itachi? Kenapa tidak ada seorangpun yang memberitahu kenapa bisa keluargaku jadi seperti ini? Apa alasan mereka membakar rumahku? Apa salah Ayah dan Ibuku? Aku bahkan tidak boleh datang ke pemakaman mereka. Ini terlalu kejam! Siapa yang berani-beraninya merusak kehidupanku! Kubunuh! Akan kubunuh mereka yang berani-beraninya merusak! Akan kubunuh!'

'Sasuke, kau tidak sendirian, aku ada disini bersamamu.'

'Bohong! Itachi pembohong! Kau membuangku! Kalian semua membuangku! kalian―'

"―hey!"

"Hey! Kau baik-baik saja?"

Sasuke terbangun dari tidurnya, ia kembali terengah-engah. Jantungnya berdetak sangat kencang, dan ia merasakan pening di kepalanya. Ia baru sadar ada seseorang disampingnya saat ini.

"Hey? Kau kenapa? Apa kau baik-baik saja? Kau sakit?"

Mata onyxnya menoleh kesamping, dan yang pertama ia lihat adalah biru jernih seindah safir dengan sorot khawatir. Wajah yang manis dengan kulit berwarna tan dan rambut blonde yang acak-acakan. Beberapa detik cukup untuk membuat seorang Uchiha Sasuke tidak melepaskan pandangannya. Bocah berambut blonde tersebut menggoyang-goyangkan telapak tangannya didepan wajah Sasuke.

"Heeey, ada apa denganmu? Ada yang salah dengan mukaku?" Tanyanya pada Sasuke yang kini sudah terbangun dari lamunannya. Sasuke kembali memasang wajah kecutnya tanpa menjawab semua pertanyaan yang sudah dilontarkan bocah―yang menurutnya―bermata indah tersebut. Melihat itu, si bocah yang entah muncul darimana itu mengerutkan dahinya sambil menyilangkan tangannya didepan dada.

"Heh kau menyebalkan sekali. Aku sudah susah payah beramah-tamah seperti tadi juga."―sambil membuang mukanya kearah lain, tetapi kemudian ia mengingat sesuatu. "Oh iya! Tadi itu aku ingin bertanya padamu, kau itu kan murid baru disini, kenapa tidak ikut upacara? Teman-temanmu sudah ada disana semua. Cepat sana ke lapangan!" Dahi Sasuke mengernyit mendengarnya. Memangnya siapa dia beraninya menyuruh Sasuke seperti itu. Sasuke memberikan tatapan dingin―sedingin es―miliknya pada laki-laki yang menurutnya aneh ini. Ia tidak menggunakan seragam seperti dirinya, dan ia hanya memakai t-shirt putih polos dan celana training.

"Apa urusanmu?" Dengan tidak menurunkan suhu kedinginan matanya itu Sasuke bertanya. Namun yang diajak bicara malah memperlihatkan wajah keheranan. Dan tanpa aba-aba, Sasuke merasakan panas dikupingnya. Bocah berambut blonde tadi menjewer telinga Sasuke? Oh my god.

"Bicara apa kau bocah? Aku ini guru disini. Jangan bertingkah sok seperti itu," Sasuke mencoba untuk melepaskan tangan yang mengapit dikupingnya sambil mengaduh-aduh. "Adudududuh, le-lepaskan―!" Ya mana Sasuke tahu kalau pria dihadapannya ini adalah gurunya, jelas-jelas perawakannya saja masih seperti bocah begitu, apalagi ia lebih pendek dari Sasuke. Dan apa-apaan penampilan serampangan itu?

"Mana aku tahu kalau kau guru! Cepat lepaskan, aku sedang tidak enak badan!" Ucap Sasuke sambil menangkis tangan yang membuat kupingnya kini memerah. Ia memperlihatkan wajah tidak senangnya pada orang yang baru diketahuinya sebagai gurunya itu. Serentak ia kaget melihat ekspresi orang itu yang kembali beraut khawatir. "E-eh? Benar kau sedang tidak enak badan? Apa kau sakit? Iya juga ya… tadi kau sampai menangis begitu saat tidur," Dahi Sasuke kembali mengernyit. Hah? Menangis? Kapan? Pikir Sasuke.

"Kau―lupakan apa yang kau lihat." Sasuke beranjak dari kursinya, meninggalkan pria serampangan itu. "He―hey! Katanya kau sakit? hey―! Murid baru! Tunggu!" Ia mencoba mengejar sosok Sasuke yang sudah berjalan jauh didepannya, dan hilang begitu ia keluar dari koridor. "Tsk! Dasar bocah." Ucapnya sambil membuat wajah yang tidak enak dilihat.

*xxx*

"Sasuke, kemana saja kau tadi? Benar-benar anak nakal, masa hari pertama sekolah sudah bolos jam pelajaran pertama dan kedua sih." Sasuke hanya mendengus mendengar ocehan Suigetsu. Ia menjawab dengan malas-malasan, "Aku butuh istirahat." Katanya singkat dan melanjutkan dengan memasang earphone ditelinganya. "Menyebalkan juga ada batasnya, tapi ini bentuk menyebalkan yang keren! Akan aku ikuti!" Setelah mengucapkan kalimat itu dengan semangat, Jugo memukul kepala Suigetsu dengan bukunya. "Bodoh. Mana bisa diikuti. Kalau Sasuke sih mau tidak belajar juga sudah pintar, kalau kau? Belajar sampai kepalamu botak saja belum tentu satu kalimat kau ingat." Neji dan Shikamaru yang mendengarnya hanya tertawa perlahan. "Akh! Kau―! Jugo, seperti kau pintar saja!" Jugo hanya menampilkan seringaiannya yang menyebalkan. "Yah, aku peringkat kelima dari perolehan ujian masuk sekolah ini." Dan dengan itu Jugo sukses membuat Suigetsu berteriak 'SIALAAAAN' dengan berisik.

Neji awalnya hanya menatap Sasuke yang sudah melamun lagi melihat keluar jendela, sedikit khawatir dengan sikap Sasuke belakangan ini. Neji menghela nafas dan menutup matanya, ia mengedarkan pandangannya pada seisi kelas. Kelas yang berisik. Banyak perempuan dikelas ini yang berbisik-bisik menatap kearahnya dan keempat temannya yang lain―mayoritas melihat pada Sasuke. Dan matanya berhenti untuk melihat sosok yang menarik perhatiannya. Seorang pria dengan rambut merah maroonnya dan kulit pucat yang sedang membaca buku di sudut ruangan kelas tersebut. Tipe orang pendiam dan mudah dikerjai, pikir Neji. Ia menaikkan sudut bibirnya keatas, membentuk sebuah seringaian jahil. Dan sepertinya ia telah menemukan target 'mainan' barunya.

"Wajahmu seperti baru menemukan santapan saja. Atau memang benar?" Tanya Sasuke yang ternyata sadar akan tabiatnya itu. Neji menoleh kearahnya, "Yah… sepertinya sih. Aku menemukan yang seperti Sasori." Ucapnya sambil menyenderkan tubuhnya ke bangku. Sasuke menumpukan kepalanya pada tangan kanannya. "Kau masih saja memikirkan Sasori. Apa kau menyesal sudah membuatnya dikeluarkan dari sekolah hm?" Neji menutup matanya, membiarkan ia mengingat bagaimana ia membuat salah satu guru 'kesayangannya' ia permainkan dan dikeluarkan dari sekolah. "Aku tidak menyesal, aku malah menikmatinya. Coba saja kalau dia tidak kabur dari apartemenku waktu itu, aku pasti tidak akan membuatnya dikeluarkan kan? haha" Mendengar itu Sasuke mendengus. Dan tatapannya kembali teralih pada pemandangan diluar jendela. "Yah… kau memang brengsek," Neji tambah melebarkan senyumannya. "Sama-sama Hatake,"

'SREEEK'

"Yak semuanya, maaf terlambat. Aku harus mengurusi bocah-bocah nakal terlebih dahulu, baru bisa datang ke kelas ini sampai jam pelajaran ketiga seperti ini, sekali lagi maaf atas keterlambatanku." Seisi kelas itu bengong melihat seorang laki-laki dengan kemeja yang seperti tidak niat dipakai, dasi yang seperti tidak berbentuk dasi, rambut blonde cerah dan acak-acakkan serta aura cerah bersemangat yang malah menggambarkan kebodohan orang tersebut.

"Namaku Uzumaki Naruto, umur 24 tahun dan akan menjadi wali kelas kalian. Salam kenal semuanyaaaa!" Ucapnya riang dan bersemangat. Murid-murid dikelas itu ada yang bengong melihatnya, ada yang senyam-senyum tidak jelas, ada yang berbisik-bisik, dan ada yang menyambut dengan riang. Namun ada juga yang tidak memperhatikan seperti bocah berambut blue-black diujung kelas yang sedang mendengarkan musik dan menatap keluar jendela. Sasuke tentunya.

"Hei kau yang rambutnya aneh! Lepaskan headset mu dan perhatikan!" Ucap Naruto sambil menunjuk Sasuke dengan gulungan kertas dari depan kelas. "Sensei, percuma kau teriak-teriak begitu, Sasuke-kun kan mana bisa dengar." Perempuan berambut pink berkata sambil memasang muka malas. Naruto hanya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, "Oh iya ya, yasudah, kau yang berambut panjang coklat! Siapa namamu?" Tanya Naruto pada Neji yang sedang mengobrol dengan Shikamaru. "Siapa? Aku? Namaku Hyuuga Neji." Jawabnya singkat, "Ya Neji, bangunkan temanmu yang sedang melamun itu!" Ucapnya bersemangat.

"Hh… merepotkan," Neji bangun dari tempat duduknya dan menarik earphone yang masih terpasang di kuping Sasuke. Sasuke menoleh kearah Neji yang sedang bertolak pinggang.

"Ada apa?" Tanya Sasuke singkat dengan tatapan dinginnya. Neji hanya mengendikkan bahunya, "Tuh lihat kedepan, sensei kita yang manis sedang berbicara." Ucap Neji sebelum kembali ketempat duduknya. Pandangan Sasuke teralih kedepan, dan sedikit ia tersentak melihat orang yang membangunkannya tadi pagi sudah berdiri didepan kelas.

"Sudah melamunnya Sasuke-kun? Atau kau sedang menangis lagi?" Naruto menatap lurus kepada sosok Sasuke yang kini mengernyitkan dahinya. Oh dan sungguh mood Sasuke kini benar-benar hancur. Serempak murid-murid dikelas itu berbisik-bisik mempertanyakan apa benar seorang Sasuke menangis. Pria berambut blonde itu menyeringai, yang dibalas dengan sorotan tajam Sasuke.

Sepertinya ada yang membuat gara-gara dengannya, dan Sasuke tahu apa yang harus ia kerjakan. Dia akan mengerjai sensei barunya itu habis-habisan, seperti yang temannya pernah lakukan saat SMP. Lihat saja nanti… Sensei.

TBC

Saya sangat senang kalau ada yang berkenan untuk me-review n_n

Dan salam kenal semuanyaaaaaaa