Disclaimer: Masashi Kishimoto
CHAPTER SATU: NAMANYA MEI TERUMI
Shinobi itu berjalan tenang ke tempat dimana dia menyambung hidupnya (dalam arti harfiah) selama 10 tahun ini. Langkahnya tegap, lebar-lebar, sepatunya menjejak tanah dengan pasti. Sorot matanya tajam seperti serigala yang mengintai rusa untuk dicabik.
Yups, dia adalah guru mata pelajaran Fisika di Konoha High School, sebuah sekolah ternama di Provinsi Hi, Jepang. Namanya Uchiha M-a-d-a-r-a, bagi yang belum bisa baca dieja dulu tidak masalah (*plak*)
Sekolah dimulai pukul setengah delapan pagi, sedang sekarang masih setengah tujuh. Madara memang rutin berangkat jam-jam pagi seperti ini, berkebalikan dengan teman sekaligus rivalnya yang juga menjabat sebagai kepala sekolah KHS, Senju Hashirama yang langganan berangkat pukul tujuh lebih lima belas menit. Cih, bukannya kepala sekolah harus jadi teladan yang baik?
"Pagi, Madara", sapa sebuah suara yang familiar di telinganya.
"Ha-ha-ha-Hashirama ?!" Madara menjawab dengan latah.
"Kau terlihat seperti melihat hantu saja!" Omel lawan bicaranya.
"Lha gimana nggak kaget aku, kamu kan kepala sekolah yang datangnya paling siang di seluruh penjuru Alam Semesta, kenapa sekarang malah lebih awal dariku?" Tanyanya sambil memincingkan mata.
"Oh, gitu ya...hehe", Hashirama menganggapi dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Madara sweatdrop. "Aku datang pagi-pagi begini karena ada info bahwa sekolah hebat ini akan kedatangan guru baru..." jelas Hashirama sambil tersenyum.
Madara mengerutkan dahi. "Guru baru?" Ia membeo. Hashirama mengangguk.
"Namanya Mei, dia dari Kirigakure. Dia ditugaskan disini untuk sekitar 5 tahun ke depan. Dia mungkin akan mengajar matematika di kelas 12", jelas Hashirama.
"Berarti dia mengajar di kelas yang sama denganku", Madara menanggapi dengan lugu.
"Mudah-mudahan dia cukup tampan dan kreatif untuk membuat pelajaran itu tidak membosankan" katanya setengah meremehkan.
Hashirama menepuk dahi. "Tampan?!Kau ini dari dulu memang payah kalau menganalisa orang dari namanya, ya! Kau pikir Mei itu nama perempuan atau laki-laki ?!" Serunya agak keras.
"Nama tidak ada kaitannya dengan jenis kelamin kan?" Selidik Madara dengan wajah inosen.
"Mei itu nama perempuan, baka! Kau ini, jangan-jangan dampak dari kejeniusanmu di bidang hitung-menghitung efek sampingnya tidak bisa menganalisa nama ya?! Awas kalau kau jadi bagian administrasi dan mengirim ke para Daimyo 'Hashirama Senju adalah seorang perempuan' !" Hardiknya.
"Ouwh" jawab Madara alay sambil melenggang santai ke ruangannya.
"Aku akan membawamu ke rumah sakit jiwa selesai sekolah, Madara!", Seru Hashirama di depan pintu kantornya. Tapi tentu saja rivalnya sejak Zaman Batu(?)itu tidak menoleh samasekali.
-oOo-
KRRIIIIINNNGGG...! Bel berdering nyaring menciptakan jutsu 'Basho Tennin' yang tidak terlihat namun efeknya cukup dahsyat. Ya iyalah, semua siswa bergegas masuk ke kelasnya masing-masing, apalagi bagi siswa kelas 12 A, yang kebagian jatah pelajaran Fisika pada jam pertama.
Mereka semua sudah paham betul, Madara-sensei adalah guru paling disiplin dalam sejarah KHS. Bahkan lebih disiplin daripada Hashirama-sama (ya iyalah). Jika ada yang telat satu detik saja, dia akan menampar pantat untuk laki-laki dan menampar pipi untuk perempuan.
Menampar dengan tangan sih masih di standar hukuman biasa. Nah, Madara menampar 'terpidana'-nya dengan tangan Susano'o-nya. Kebayang kan betapa sakitnya ditampar tangan segede itu.
"Baiklah, anak-anak. Silakan buka buku paket kalian halaman 120, kita bahas PR yang saya berikan kemarin", perintahnya dingin.
"Ada yang tidak mengerjakan?" Tanyanya sedetik kemudian. Nah, ini dia pertanyaan yang dapat menyeret siswa ke lubang neraka dunia.
Sunyi. Keadaan kelas kini mirip kuburan yang 100 tahun tidak dikunjungi. "Bagus. Ingat, jika ada yang tidak mengerjakan, kalian tahu akan ada apa" , gertak Madara dengan cengiran jahatnya.
GLEK, siswa berambut kuning dengan mata biru safir menelan ludah kecut. Aduh, gimana nih? Aku samasekali belum mengerjakan! Pikirnya kalut. Ia mencolek siswi yang duduk di depannya.
"Sakura-chan, kau sudah mengerjakan?"Selidiknya. Sakura hanya menoleh dengan tatapan yang mengisyaratkan 'Jika aku pernah tidak mengerjakan PR, pastilah itu tanda-tanda dunia akan kiamat'.
"Aduh, bodohnya aku, bisa-bisanya tanya begituan ke siswi serajin kamu", kata Naruto sambil menepuk dahi.
"Haruno Sakura, kau kerjakan nomor 1 dan 2", panggil Madara-sensei tiba-tiba.
"Aburame Shino, kau kerjakan nomor 3 sampai 5", lanjutnya.
"Nara Shikamaru, nomor 6 sampai 9..."
"...dan..."
"...Uzumaki Naruto, nomor 10 saja", Madara mengakhiri.
GAWAT! Inner-Naruto memukul-mukul kepalanya. Weits, sejak kapan Naruto punya inner ?
Akhirnya tiba gilirannya.
"Uzumaki Naruto", panggil suara khas Uchiha itu.
Naruto maju dengan pede. Cih, apa-apaan kau, dari dulu selalu saja sok tingkah seperti itu. Emang enak ya dihukum...? Pikir Sakura yang memperhatikannya dari jauh.
"Kau mau aku menunggu sampai kapan? Cepat kerjakan", perintah Madara-sensei sambil membalik-balik buku.
"Anu...anu..."
Madara meninggalkan bukunya dan kini mata onyx-nya beradu denga safir biru Naruto.
"Anu, sensei !"
"Anu apa ?"
"Kasih tau nggak eaa...?" Naruto malah menggoda.
Seluruh siswa di kelas gemetaran. Mampus lo, Naruto! Pikir mereka.
"CEPETAN !" Hardik Madara sambil mengaktifkan Sharingan-nya.
"Anu, sensei ! Terasi itu asalnya dari udang !"
GUBRAK
GEDUBRAK
DUBRAK
"KURANG AJAR KAU, UZUMAKI !" Umpat Madara lagi.
"Tentu tidak, sensei! Siapa bilang udang berasal dari terasi ?"Balas Naruto.
Madara mulai panas. "Kau kerjakan PR nomor yang sudah kutetapkan atau kucolok matamu pakai pedang Susano'o-ku ?" Ancamnya.
"Begini, sensei. Sensei mohon tenang dulu" Naruto bersiap memulai cerita.
"Tadi sebelum saya berangkat sekolah, saya sudah menuliskan jawabannya dalam pikiran saya, biar hemat kertas, sensei. Lagian kertas kan dibuat dari kayu, kayu itu kan dari pohon. Nah, masa kita mau tebang pohon terus? Lagian kasihan Hashirama-sama capek nge-reboisasinya lagi..." jelas Naruto panjang lebar.
"Tapi begitu saya tiba di sekolah, kepala saya kebentur pintu, jadi sekarang lupa" katanya cengar-cengir.
Mendadak, tampak oleh seisi kelas seberkas cahaya merah dari mata guru horror mereka.
"Eternal Mangekyo Sharingan...", desis Kiba ngeri.
"Kalau aku, ditatap dengan mata itu saja sudah kempes, apalagi Naruto..." bisik Chouji pada Shikamaru di sebelahnya.
Aura biru mulai terlihat di sekujur tubuh sensei itu. Sepertinya Hashirama harus bersiap menganggarkan dana baru untuk merenovasi ruang kelas 12 A yang terancam hancur karena amukan seorang guru...
"M-A-D-A-R-A-!" Seru sebuah suara mendadak mengagetkan mereka. Madara lantas mengurungkan niatnya untuk membangkitkan Susano'o.
Hashirama nongol dibalik pintu. "Ayo ke pintu gerbang! Guru baru itu akan segera datang".
Madara menghela nafas. Memang, salah satu keasyikan-nya jadi guru disini adalah menghukum murid. Saat-saat bersejarah seperti itu harus ditunda atau bahkan dibatalkan samasekali hanya karena seorang guru laki...eh, perempuan baru.
Madara pasrah. "Baik. Kerjakan saja halaman berikutnya. Dan kau, Uzumaki ! Beruntung sekali Hashirama datang tepat waktu. Jika tidak, aku akan mengulitimu hidup-hidup", ancam Madara sambil menon-aktifkan EMS-nya lalu beranjak pergi. Naruto memeletkan lidah dari belakang. Jam kosong, cihuy !
BRAK. Terdengar suara pintu kelas ditutup oleh horror nomor satu di sekolah mereka.
Sebagian bersorak. Sebagian yang jatuh cinta sama pelajaran fisika mendesah kecewa. Sebagian tepuk-tepuk meja. Sebagian menghela nafas lega.
"Eh, eh, eh, kalian dengar apa yang dikatakan Hashirama-sama?",Selidik Sakura pada seluruh teman-temannya.
"Tentang guru baru?",Sahut Ino.
"Yup. Kurasa sekolah ini akan kedatangan guru baru",simpul Sakura sambil menjentikkan jari.
"Laki-laki atau perempuan? Kalem seperti Kakashi-sensei atau galak seperti Madara-sensei? Apa dia juga hobi olahraga seperti Guy-sensei? Apa dia suka makan ramen seperti Naruto-kun? Atau..."
"DIAM, LEE !" Teriakan koor seluruh kelas kompak membungkam sukses mulut shinobi cungkring bermata bola berambut bowlcut.
"Sebaiknya kita selesaikan ini dengan menguntit mereka ke aula guru", Saran Sasuke yang sejak tadi diam saja.
"Tapi siapa? Jangan sampai kita sekelas ikut semua. Yang kita butuhkan sekarang adalah ninja yang ahli dalam mengikuti tanpa ketahuan",gerutu Naruto.
"Tidak perlu repot-repot, aku akan menyuruh beberapa seranggaku untuk mengintai mereka",usul Shino.
Sementara itu
"Mana?" Madara celingak-celinguk di depan gerbang Konoha High School dengan Hashirama di sampingnya.
"Itu dia", Hashirama menunjuk sebuah mobil sedan yang mendekat ke arah mereka, lantas menurunkan sesosok kunoichi cantik berambut panjang warna oranye, kulit putih dengan mata hijau muda yang jernih.
"Ohayo, Hashirama-san, Madara-san!" Sapanya ceria.
"Heh? Bukannya kami belum memperkenalkan diri?" Selidik Hashirama.
"Haha, kalian kira aku tidak berusaha mencari informasi apa-apa begitu ditugaskan ke sekolah di daerah lain?" Mei tertawa kecil.
"Kalau begitu kurasa kau bisa lebih fleksibel menyesuaikan diri. Aku akan mengenalkanmu pada setiap kelas. Kita akan membuat upacara dadakan lebih dulu dan mengenalkanmu. Karena masih pagi, kau tidak keberatan kan jika harus mengajar hari ini juga?" Tawar Hashirama ramah.
Mei mengangguk ringan. "Baik, Madara, kuharap kau juga bis...". Kata-kata Hashirama terhenti saat melirik Madara yang menatap ke depan dengan tatapan kosong. "Madara?" Panggilnya lagi.
Yang dipanggil masih tidak bergeming. Asyik dalam fantasinya sendiri, entah kenapa ninja super calm dan super jaim itu mendadak seperti tersihir begitu melihat Mei turun.
"Madara-san? Anda baik-baik saja kan?" Selidik Mei sambil mengibas-ngibas tangan di depan wajah calon rekan-nya itu.
"Oh, iya, aku sudah sarapan kok", jawab Madara begitu lamunannya pecah.
Tawa Hashirama dan Mei meledak. Menyisakan Madara yang bingung.
"Apa yang lucu?" Tanyanya ketus.
"Haha...Mei bertanya...kau baik-baik saja kan?! Kau malah menjawab sudah sarapan, sepertinya aku memang harus membawamu ke rumah sakit jiwa! Hahaha!" Ledek Hashirama. Mei hanya tersenyum.
"Begitu ya...", balas Madara sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal. Dia tampak salah tingkah.
Hashirama tertawa dalam hati. Baru kali ini aku lihat Madara seperti ini, batinnya. "Aku akan umumkan kedatanganmu, Mei. Madara, tolong antarkan Mei ke kantor guru",perintah Hashirama lalu berjalan cepat ke ruangannya, meninggalkan Madara yang masih bengong bersama Mei.
"Madara-san!" Panggil Mei untuk yang kedua kalinya. Madara menoleh. Iris onyx hitam-nya beradu dengan iris ermeland Mei sesaat. Eh, ralat, bukan sesaat, tapi banyak saat.
Tak urung, Mei gelagapan. "Ehm...ayo", Mei akhirnya menuntaskan pandangan Madara yang entah kemana maksudnya. Madara hanya menjawab dengan anggukan lalu berjalan sepanjang koridor menuju ruang guru.
"Madara-san"
"Madara-san..."
"Madara-san !"
"Hmm?", Madara menoleh. Dilihatnya Mei di belakangnya tampak bingung.
"Kalau kau mau ke kamar kecil dulu, bilang saja, tidak usah sungkan. Dan kenapa kau memilih toilet perempuan?" Selidik Mei.
Madara kembali menatap arah yang ditujunya. Ya ampun! Pintu ruang guru sudah kelewatan, dan sekarang mereka berdua di depan pintu toilet guru! Lebih memalukannya lagi, sekarang Madara dalam posisi siap membuka pintu-toilet perempuan !
"Umm...maaf...tadi...aku...kurang konsentrasi",desisnya. Mati aku! Kemana harga diriku sebagai Uchiha Madara ?! Pikirnya.
Mei hanya tertawa. "Haha, tidak apa-apa. Sebagai guru kau pasti punya beban pikiran. Ayo ke ruang guru",ajak Mei. Eah, bukannya Madara yang mengajak malah diajak.
Sialan, kenapa hanya dengan bertemu wanita bernama Mei Terumi bisa membuatku aneh begini ? Kenapa juga aku lama-lama menatap mata dan wajahnya tadi? Pikir Madara sambil memegang dahi.
Sementara, serangga Shino buru-buru kembali ke kelas untuk menyampaikan informasi paling baru...
-TOBECONTINUED-
Chapter 1 selesai juga...akhirnya rencana saya bikin pair MadaraXMei terwujud juga,khakhakhakha...
Silakan review jika ada masukan, readers !
