HE TURNS !

SUMARRY : MAU COBA BUAT FANFIC MIKASA X REVAILLE :)

HAPPY READING !

"Eren !" - teriak mikasa melihat tubuh raksasa eren yang mulai dimakan oleh para raksasa

Tanpa sadar mikasa mulai menebas raksasa itu satu persatu namun dia tidak sadar bahwa ada raksasa yang menangkapnya dari belakang

Raksasa itu memegang tubuh mikasa erat dengan tangannya sampai-sampai mikasa memuntahkan darah dan seketika tubuhnya tidak bergerak.

"Mikasa..mikasa..mikasa… "

Mata mikasa mulai terbuka dan melihat armin disamping dengan senyum dan air mata yang mengalir

"Armin, dimana eren ? bagaimana keadaannya ? "

"Eren baik-baik saja mikasa, dia diselamatkan oleh revaille heicou, namun…."

"Namun kenapa armin ? apakah ada yang terjadi terhdap eren ? cepat jawab !"

"Bukan eren mikasa, namun heicou revaille saat dia sudah menyelamatkan eren dia mencoba menyelamatkan mu, namun tanpa sadar ada raksasa yang menendangnya sampai tubuhnya tersungkur menabrak tembok dan dia sampai sekarang belum sadarkan diri mikasa…"

"Lalu eren ?"

"Dia sudah pulih dan sekarang sedang menjaga revaille heicou.."

"Apakah kau mau mengantarkan ku bertemu eren ? "

"Tidak mikasa, tubuh mu belum pulih, lebih baik istirahat biar nanti aku yang akan meminta eren menenui mu disini.."

"Armin meninggalkan mikasa, dan mikasa terpikir perkataan armin mengenai kondisi revaille yang sudah menolongnya, walaupun dia sangat membenci revaille karna kejadian saat dipengadilan."

Malam hari ….

Mikasa terbangun dari tidurnya dan lagi-lagi terus terpikir oleh kondisi revaille walaupun ia sudah tenang saat sore bertemu eren dan mengetahui kondisinya yang sudah pulih dan sudah dapat tertawa bersama. Namun karna terus terpikir oleh keadaan revaille akhirnya ia memutuskan untuk keruangan revaille.

Grek… - suara pintu yang terbuka

Dan didalam ruangan yang bersih dan tertata rapi itu sesosok pria terbaring diatas kasurnya dan tidak bergerak walaupun suara pintu itu cukup menggema dalam ruangan itu. Mikasa berjalan menuju sosok itu dan duduk disebelahnya…

"Oi, revaille bangun sudah cukup kau tidur apa perlu aku mengacak-acar ruangan mu ? "

Suasana sepi senyap, revaille masih terbujur kaku diatas kasurnya..

"Mikasa ?" – suara yang tiba-tiba muncul dari belakangnya.

Saat dia menengok berdiri sosok yang dikenalnya sejak kecil.

"Eren" … - panggil mikasa

"Mikasa buat apa kau disini ?" Tanya eren sambil menghampirinya

"Aku mendengar dari armin mengenai yang dialami oleh revaille dan aku merasa bersalah karna sudah membuatnya seperti ini …"

"Aku pun sama, seharusnya aku yang menyelamatkan mu dari raksasa bodoh itu namun aku tidak bisa, maaf kan aku mikasa …"

"Tidak apa eren, yang terpenting untuk ku kau selamat dan sudah pulih saat ini karna itu hal baik yang ku dengar .."

"Mikasa, bisa aku bertanya padamu ?"

"Apa eren ?"

"Benar, kau memiliki perasaan kepada ku ?"

Mikasa terdiam mendengar pertanyaan eren dan bibirnya mendadak kaku untuk menjawab pertanyaan eren.

"Mikasa, kenapa kau diam ? mungkin memang kau tidak memiliki perasaan itu karna kau adalah keluarga ku, buat ku kau segalanya dan aku menyayangi mu seperti saudara ku dan aku akan selalu melindungi mu karna aku tidak ingin sendiri setelah ibu …"

"Eren ! cukup" – potong mikasa terhadap pembicaraan eren.

"Kenapa mikasa ?"

"Eren, bagaimana jika aku memang menyukai mu lebih dari sekedar saudara ?"

"Tentu hal bodoh !" jawab eren sambil ia menepuk kepala mikasa

"Kenapa eren ?"

"Sudah ku jelaskan kau keluarga ku, cukup pembahasan bodoh ini lebih baik kau kembali ke kamar mu dan istirahat karna jika kau disini bisa-bisa revaille menjadi tidak nyaman karna berisik .."

"Baik, kau duluan saja kembali ke kamar karna ada hal yang ini ku sampaikan ke revaille lalu aku kan kembali ke kamar …"

Eren pergi dari ruangan revaille dan mikasa duduk dan meneteskan air matanya karna pembicaraannya tadi dengan eren karna mikasa merasa bahwa selama ini perasaanya hanya di anggap sebagai kebodohan oleh eren.

"Oi, kau sudah berhasil mengotori ruangan ku …" - suara datar itu terdengar di ruangan dan mikasa menoleh ke revaille karna suara itu mirip dengan suara revaille.

"Revaille ?" mikasa melihat revaille yang membuka matanya.

"Oi, bocah kenapa kau menangis ? apa karna kau sedih melihat ku seperti ini ? "

"Kau, sudah sadar ? sejak kapan ? apa kau …"

"Lanjutkan tangisan mu di sofa sana aku ingin tidur karna isakan mu cukup menggganggu ku .."

Mendadak mikasa memeluk tubuh revaille yang sudah duduk, dan revaille pun terkejut atas reaksi orang yang selama ini selalu membencinya dan menatapnya dengan tatapan akan membunuh namun sekarang orang itu memeluknya erat sampai sesak nafasnya namun entah kenapa revaille merasa nyaman dengan pelukan itu sama seperti dulu petra pernah memeluknya sehangat ini.

"Oi, bocah kenapa kau ? apa kau ingin membunuh ku dengan memeluk sampai aku kehabisan nafas .."

Mikasa melepaskan pelukannya dan matanya masih bercucuran air mata dan dalam hati mikasa berkata " bodoh, apa yang kau lakukan !" dan mikasa berdiri lalu berjalan menuju pintu saat membuka pintu berdiri sosok hanji dengan muka menahan senyum dan mikasa sudah bisa menebak kenapa hanji seperti itu, tanpa berucap sedikit pun mikasa pergi.

Pagi hari diruang makan …

"Mikasa, apa apa benar semalam kau memeluk revaille ?"

Mendengar pertanyaan eren mikasa menyemburkan buburnya ke muka sasha, sampai sasha kepanasan namun ada jean yang sigap mengelap bubur itu dari muka mikasa.

"Mikasa, apa kau sudah tidak menyukai si eren bodoh itu ? lantas kenapa harus si revaille itu bukan kah kau membencinya ? kenapa tidak mulai menyukai ku ? "pertanyaan jean sambil ia memegang tangan mikasa.

Tanpa menjawab apapun mikasa meninggalkan ruangan itu, saat dia menyusuri tangga dilihatnya sosok pendek yang berdiri didepannya dengan tongkat di tangan sebelah kanannya. Mendadak mikasa diam dan wajahnya memerah karna teringat atas kejadian semalam diruangan revaille. Namun sosok itu berjalan disebelahnya dan berkata " bacah, bersihkan ruangan ku sekarang karna kau sudah berhasil mengotorinya, saat aku kembali belum bersih maka akan ku memberi mu hukuman". Lalu revaille pergi meninggalkan mikasa yang masih terdiam.

"dasar pendek!" keluh mikasa dalam hati, sambil berjalan menuju ruangan revaille. Sampainya diruangan itu tatapan mikasa fokus pada meja revaille karna disitu ada secangkir kopi yang masih panas serta cake disampingnya. Saat mikasa menghampiri meja itu ada secarik kertas dibawah cangkir kopi itu dan di kertas itu tertulis "BOCAH INI UCAPAN TERIMA KASIH KU ATAS PERLAKUAN MU SEMALAM".

"REVAILLE BODOH ! PENDEK !" teriak mikasa dan tiba-tiba suara pintu terdengar dan sosok pendek yang diteriakan mikasa muncul dengan wajah datarnya.

"kenapa masih belum bersih ruangan ini, apa kau ingin aku hukum ?"

"Hoi, apa maksud mu perlakuan ku selamam ? aku hanya tidak sengaja dan hanya refleks saja karna kau sudah menyelamatkan ku dengan eren …"

"Eren ? kau manyukai bocah itu ? oh, Cuma kau sudah di tolaknya bukan ? menyedihkan. "

"KAU ! berhenti atau akan ku patahkan kaki mu itu ! "mikasa berjalan menghapiri revaille dan menatap tajam padanya.

"Aku mengatakan yang sejujurnya, kenapa kau malah marah ?"

"CUKUP ! "mikasa mendorong revaille namun karna tongkatnya revaille mikasa pun ikut terjatuh dan posisinya mikasa menindih revaille dan mikasa memeluknya lagi dan disitu bibir mereka bertemu. Kemudian saat mikasa memalingkan wajahnya yang mulai memerah, revaille membisikannya " tidak bisa kah kau melihat ku ? tidak kah kau menyadarinya selama ini ? selalu kau melihat eren tanpa melihat ku sedetik pun"

"Revaille" - suara hanji sambil membuka pintu dan melihat posisi revaille dan mikasa. Lalu hanji tertawa terbahak-bahak sambil berkata " kau sudah memenangkannya revaille ? apa dia sekarang melihat mu seperti melihat si jeager" sambil terus tertawa.

"hanji-san ! apa yang kau bicarakan aku hanya terjatuh dan tidak sengaja menimpa revaille" terang mikasa sambil berdiri dan wajah yang memerah

"Oi bocah teruslah berbohong, tidak kah mau ingin membangunkan ku sebelum aku menceritakan semuanya kepada hanji ?"

"Apa revaille apa mikasa telah menci… "- ledek hanji

"STOP ! cukup ! tidak terjadi apa-apa" – mikasa menjulurkan tangannya ke revaille dan revaille pun bangun lalu memegang pinggang mikasa lalu menciumnya.

"kau masih tidak bisa melihat ku, bodoh ! " – sambil melepaskan pegangannya di pinggang mikasa. Kini mikasa berdiri kaku dan tidak bisa berkata apapun terhadap kejadian yang dia alami saat ini.

"mikasa ?" – suara eren memanggilnya

Mikasa mencari sumber suara itu dan melihat ere terbelangak, mungkin eren pun tidak percaya dengan apa yang diihatnya seperti dirinya tidak percaya dengan yang dialaminya sekerang, namun sosok eren kini berjalan menjauh dan mikasa kembali melihat revaille yang berdiri dengan muka datarnya dan mencoba mencerna mengenai apa yang di alaminya.

Saat mikasa berjalan meninggalkan ruangan itu, revaille berkata " aku masih ingin kau melihat ku lebih". Namun mikasa berjalan mengejar sosok eren yang sudah menjauh.

"eren, tunggu aku !" teriak mikasa dan akhirnya mikasa bisa menyusul eren dan kini eren dihadapannya.

"mikasa, kau benar mempunyai perasaan terhadap revaille ? bagaimana dengan ku ?

Mikasa mendadak terdiam kaku dan tidak bisa menjawab semua pertanyaan eren dan kini eren memalingkan wajahnya dan berkata "aku akan latihan, anggap saja aku tidak berkata apapun tadi". Dan eren meninggalkan mikasa.

"revaille, apa aku benar tidak melihatnya, selain eren buat ku revaille sama pentingnya walaupun aku memang membencinya atas perlakuannya kepada eren dulu, namun aku tetap melihatnya beda, dan apa aku ini benar menyukai eren atau aku memang mempunyai perasaan terhadap revaille, saat revaille terbaring lemah, sama dengan eren aku sangat berharap revaille tidak meninggalkan ku dan pelukan malam itu aku memang tulus karna rasa senang ku bukan sedih ku atas pernyataan eren !" ucap mikasa dalam hati yang masih berdiam diri.

Okeh sampai sini dulu

Lanjut nanti yaaa