Title: I Turn To You

Lenght: Three-Shots

Language: Indonesia

Pairing/Chara: YeWon/WonSung (SiwonxYesung), broken!YunSung, mild!TaecSung

Genre: Drama, Romance, Smut, mentioned!Rape

Rating: PG-13 for now and will change soon

Disclaimer: Yesung belongs to Siwon, Siwon belongs to Yesung. Unbreakable!

Warning: Yaoi (mentioning Crossdressing for Yesung's job).Bukan buat kalian yang anti yaoi, anti yewon ataupun anti uke!yesung. so please just step back!

Summary: Sebuah perjanjian pernikahan membuat Yesung harus kehilangan segalanya. Harta, tempat tinggal dan juga cinta. Atas dasar perasaan bersalah karena gagal memenangkan kasus untuk sang klien, pengacara muda, Choi Siwon menawarkan Kim Yesung sebuah tempat tinggal sampai ia mendapatkan pekerjaan dan tempat tinggal sendiri. Yesung mulai menyadari bahwa ia telah jatuh cinta untuk yang kedua kalinya dalam hidupnya, namun sekarang masalah utamanya adalah Choi Siwon itu straight!


Copyright © 2013

special collaboration between 8 vivid authors/readers


"r3diavolo89 :: yesunghyunggue90 :: yebaby07 :: yesungismine

fairy_siwoonie :: clou3lf :: vilsha sparkclouds :: cloudypricilia"


written for YEWONDAY (October 4th) only

so please

Enjoy Reading

and

Happy YEWONDAY! \(^o^)/


Beberapa kerutan kontras terlihat di dahinya. Mempelajari berkas kasus perceraian si klien yang saat ini terduduk di hadapannya terus terang membuatnya lelah. Choi Siwon tidak begitu suka dengan kasus macam ini. Sebuah penipuan dengan kedok pernikahan. Sejauh ini 2 kasus sebelumnya yang pernah ia tangani mungkin memang berakhir dengan sebuah kemenangan, namun untuk yang sekarang ini berbeda. Terus terang ia benar-benar ingin melarikan diri seandainya bisa. Seorang Choi Siwon tidak pernah menyukai kekalahan. Dan karena tahu kemungkinan menang untuk kasus kali ini berada di kisaran mustahil, ia sungguh ingin menghindar.

Ia mendesah sebelum akhirnya membuka suara, "Mungkin aku tidak akan bisa banyak membantu, Tuan Jung Yesung?" sedikit ragu saat menyebut marga sang klien.

Namja di hadapannya terlihat gusar dan beberapa kali mengigiti kuku. "A-apa benar-benar tidak ada kemungkinan untukku bisa menang di persidangan, pengacara Choi?"

"Terus terang ini sangat sulit. Kau menandatangani perjanjian pra nikah yang berisi kesepakatan untuk menyerahkan seluruh hartamu pada Jung Yunho seandainya kalian sampai bercerai. Surat perjanjian itu sifatnya seperti surat kuasa, Yesung-ssi. Jadi secara hukum, Tuan Jung Yunho mempunyai kuasa penuh atas seluruh hartamu setelah hakim resmi menyatakan perceraian kalian."

"Aku bahkan tidak tahu isi perjanjiannya seperti itu!" tukas Yesung mencoba membela diri.

"Tapi kau menandatanganinya dalam keadaan sadar dan sepenuhnya tidak berada dalam tekanan apapun. Semuanya sepenuhnya kesalahanmu karena tidak membaca dan mempelajari isi perjanjian pra nikah kalian terlebih dahulu," terang si pengacara, mencoba menjelaskan dengan gamblang bagian terbesar dari kesalahan namja di hadapannya itu.

"Aku menandatanganinya karena aku mencintainya. Aku pikir dia tulus padaku," Ujar si klien putus asa. Airmata mulai mengaliri kedua pipinya. Bagaimana bisa ia bertindak sebodoh itu? Kekayaan yang selama ini dengan susah payah dikumpulkan oleh mendiang orangtuanya melalui kerja keras dan ketekunan harus ia serahkan begitu saja pada orang lain gara-gara cinta buta dan kebodohannya sendiri. Mungkin saat ini ayah dan ibunya sedang mengutukinya di alam sana.

"Aku mohon padamu, pengacara Choi. Carilah cara untuk menyelesaikan masalah ini," dengan mata yang sembab, sekali lagi Yesung memohon.

Siwon -yang terduduk berseberangan- memandang Yesung dengan pandangan iba. Nalurinya bekerja mengetahui kemalangan apa yang menimpa Yesung. Memang bukan Choi Siwon yang menyalahi, tapi kalau sudah begini bagaimana bisa ia berpura-pura tutup mata dan lepas tangan begitu saja, apalagi jika si klien sudah memasang wajah yang benar-benar memelas macam itu. Ia menghela napas, setelah menutup matanya sedetik untuk lebih berpikir jernih, akhirnya Siwon memutuskan. "Baiklah, aku akan berusaha, Yesung-ssi."

Mendengar itu, seketika kedua mata Yesung berbinar cerah. "Benarkah pengacara Choi? Kau akan membantuku?" Ia bangkit dari duduknya lalu beberapa kali melakukan hal yang sama -membungkukkan badan dalam- sebagai tanda ucapan terima kasih yang besar.

"Aku sangat berterima kasih padamu. Sungguh. Kebaikanmu ini tidak akan aku lupakan seumur hidupku," isakan senang terdengar bergetar melalui celah bibirnya. Dengan tangan-tangan kecilnya ia mengusap wajahnya, bermaksud menghapus linangan airmata yang masih tidak berhenti mengalir. Kali ini airmata yang mencerminkan rasa lega dan senang.

Yang Yesung lakukan itu mengingatkan Siwon pada seorang anak kecil yang berhenti menangis hanya dengan dibujuk akan dibelikan es krim kesukaannya oleh orangtuanya. 'Namja yang polos. Bagaimana bisa ada orang yang tega melakukan ini padanya? Benar-benar tidak manusiawi'.

"Tidak perlu sungkan, Yesung-ssi. Aku pengacara resmimu mulai saat ini, jadi sudah menjadi tugasku membelamu. Sekarang pulang dan beristiharatlah, aku akan mempelajari berkasmu lebih lanjut dan menghubungimu jika ada sesuatu yang ingin kutanyakan."

Yesung mengangguk patuh dan tersenyum. "Baiklah. Kalau begitu aku mohon pamit, pengacara Choi," ujarnya seraya menunduk cepat.

Siwon mengangguk kecil menanggapinya.

"Yesung-ssi, kau cukup memanggilku Siwon," tambahnya tepat sebelum Yesung melangkah keluar.

Yesung -yang tangannya telah menyentuh knob pintu- menoleh dan kembali tersenyum. "Baiklah. Sekali lagi terima kasih, penga-, maksudku Siwon-ssi. Aku akan pulang sekarang." Wajah dan nada suaranya terdengar sangat ceria saat mengatakan itu, dan entah kenapa Siwon senang sekali melihat dan mendengar itu. Sebuah senyum tipis tercetak di bibirnya saat Yesung telah keluar ruangan.

:::

Namja berwajah manis bernama asli Kim Yesung itu tersenyum miris, memandangi sebuah pigura berukuran besar yang kini menjadi penghuni salah satu sudut gudang di rumahnya. Dalam foto itu ia tersenyum cerah bersama seorang namja tampan di sampingnya, begitu kontras dengan senyuman yang kini terpatri di wajahnya. Ia masih mengingatnya dengan sangat jelas, 2 tahun yang lalu ia merasa seolah tak mampu menemukan kata apa yang tepat untuk menggambarkan kebahagiaannya. Namja yang begitu ia cintai akhirnya resmi menjadi suaminya tepat satu tahun setelah mereka memutuskan untuk menjalin hubungan.

Jung Yunho awalnya begitu baik. Saat itu ia bahkan merasa seperti orang yang paling beruntung di dunia karena bisa memiliki seorang namja yang begitu sempurna di sisinya. Namun ternyata kenyataan tak berjalan sesederhana yang ia bayangkan. Sikap Jung Yunho mulai berubah di tahun pertama pernikahan mereka. Namja itu jarang meluangkan waktu untuknya, sangat jauh berbeda dengan Jung Yunho yang ia kenal selalu menjadikan dirinya prioritas utama.

Beberapa bulan yang lalu, akhirnya ia mengetahui apa yang menjadi penyebab perubahan sikap suaminya. Namja itu diam-diam menjalin hubungan bersama seorang wanita yang ia ketahui bernama Hwang Miyoung di belakangnya. Ia tidak tahu sejak kapan perselingkuhan itu berawal, namun sepertinya hubungan mereka sudah dimulai bahkan sebelum ia mengenal Jung Yunho.

Sudah sangat jelas, bukan? Jung Yunho memang hanya ingin mempermainkannya sejak awal. Cinta yang selalu ia agungkan itu tak pernah nyata untuknya. Namja itu hanya menggunakannya sebagai jembatan untuk menguasai seluruh asset yang ditinggalkan orang tuannya.

Tak perlu dijelaskan bagaimana hancurnya hati Jung Yesung yang mungkin sebentar lagi tak akan memiliki hak untuk menyandang nama marga itu di depan namanya. Ia akan kembali menjadi seorang Kim ketika persidangan meresmikan perceraiaannya dengan Jung Yunho. Dua bulan terakhir ini ia habiskan dengan menyesali dan menangisi kebodohannya. Sampai akhirnya Lee Donghae -salah satu teman baiknya- memperkenalkannya dengan Choi Siwon, seorang pengacara yang katanya cukup berkompeten dalam bidang ini.

Namun nyatanya saat ini keberuntungan masih belum ingin berpihak padanya. Choi Siwon yang terkenal hebat itu bahkan nyaris angkat tangan menangani kasusnya. Memang ia yang terlalu bodoh. Semua tidak akan menjadi serumit ini jika bukan karena ia yang terlalu dibutakan oleh cinta.

Kini ia hanya bisa berdoa besok Tuhan mau berdiri di sisinya. Besok adalah sidang yang menentukan kemana seluruh asset yang dulu menjadi miliknya akan berpindah tangan. Cukup sulit memang, bahkan Choi Siwon sudah mengatakan padanya untuk tidak terlalu berharap. Ia tahu namja itu sudah berusaha keras untuk membantunya –atau mungkin demi reputasinya sebagai seorang pengacara hebat—namun tetap saja, kecerobohannya membuat kemungkinan untuk menang menjadi sangat kecil –jika tidak ingin dikatakan tidak ada sama sekali.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Suara yang sama sekali tak asing untuknya itu terdengar menyapa pendengarannya. Ia tidak mungkin semudah itu melupakan suara tersebut meskipun sudah lebih dari satu minggu ia tak bertemu dengan calon mantan suaminya itu.

"Aku hanya ingin melihat rumahku," Yesung menjawab tanpa memutar tubuhnya.

Terdengar suara kekehan di belakangnya, "Apa kau lupa kau sudah tidak memiliki hak apapun atas rumah ini, Yesung-ah?"

Yesung mengepalkan tangannya kuat, berusaha menekan emosinya yang seketika terasa memenuhi dadanya. "Semua masih belum selesai, Jung Yunho. Kita bisa melihatnya besok, keadilan akan berpihak pada siapa."

Kekehan itu terdengar semakin keras, "Tapi kenyataannya bukan keadilan yang memiliki hak untuk berbicara di sini, Yesung-ah. Surat perjanjian yang kau tandatangani itu yang berhak untuk menentukan semuanya. Dan sudah jelas siapa yang akan menang, bukan?"

Yesung berbalik cepat, melemparkan tatapan tajam pada namja tampan di hadapannya, "Kau menipuku, Jung Yunho! Aku tidak akan membiarkanmu mengambil semua milikku!"

Sudut bibir Yunho terangkat, "Memangnya kau bisa apa? Kau bahkan tidak bisa melakukan apapun saat satu minggu yang lalu aku menendangmu keluar dari rumah ini, padahal saat ini kau masih menyandang status sebagai 'istri' dari seorang Jung Yunho. Kau pikir apa yang bisa kau lakukan setelah kita resmi bercerai? Orang-orang bahkan tidak akan memandangmu lagi,"

"Kau benar-benar brengsek, Jung Yunho! Aku tidak akan membiarkanmu menang begitu saja!"

"Daripada membuang waktumu untuk melakukan hal yang sudah pasti akan sia-sia, kenapa kau tidak menyiapkan tempat tinggal baru untukmu saja? Satu minggu ini kau mungkin masih bisa tinggal di hotel dengan menggunakan uangku, tapi setelah kita bercerai? Darimana kau bisa mendapatkan uang untuk menyewa sebuah hotel? Kau tidak lupa isi perjanjiannya, kan? Setelah kita resmi bercerai, kau harus pergi meninggalkan rumah ini dengan tangan kosong,"

Iris sewarna caramel milik Yesung perlahan mulai berkabut. Namja di hadapannya itu, benarkah namja itu adalah orang yang sangat ia cintai? Apa yang dulu menutup matanya hingga ia tak mampu melihat sisi yang sebenarnya dari namja itu?

"Cih kau menangis lagi, huh? Apa kau tidak lelah bersikap seperti seorang wanita?" Jung Yunho berkata sinis, "Sekarang lebih baik kau keluar dari rumah ini sebelum aku menyuruh security untuk menyeretmu keluar," ujarnya lagi sebelum kemudian keluar dari ruangan itu, meninggalkan Yesung kini jatuh menyandar pada dinding kusam di belakangnya.

"Aku membencimu, Jung Yunho! Aku tidak akan pernah memaafkanmu!"

:::

Dan disinilah Yesung sekarang. Di sebuah ruangan sidang dimana kasus perceraiannya tengah berlangsung, terduduk dan mencoba berpegang pada satu-satunya harapannya untuk saat ini, seorang Choi Siwon. Si pengacara tampan itu dengan kepercayaan dirinya yang tinggi kini tengah berbicara, berdebat dan memberikan pembelaan untuknya. Terlihat sangat luar biasa di mata Kim Yesung. Tak ada sedikitpun keraguan serta kecemasan dalam nada bicaranya.

Namun sungguh sangat disayangkan, sebab sehebat apapun Choi Siwon, sejak awal kekalahan memang sudah berdiri gagah disamping mereka.

Suara ketukan palu hakim terdengar sangat menyakitkan di telinga Yesung. Mulai detik itu juga, ia telah resmi bercerai. Dan hilanglah sudah seluruh hasil jerih payah, kerja keras dan ketekunan keluarganya selama bertahun-tahun, harta mereka berpindah tangan begitu saja, lenyap kedalam pelukan seorang namja brengsek macam Jung Yunho.

Yang lebih menyakitkan bagi Yesung adalah ia merasa harga dirinya pun telah diinjak-injak dengan sangat sempurna oleh orang itu. Seseorang yang dengan senyum penuh kemenangan berjalan keluar dari ruang sidang setelah sebelumnya menyalami hakim yang memutuskan perceraian mereka. Tepat sebelum ia melangkah keluar, kepala Jung Yunho menoleh ke arah Yesung, menghadiahinya sebuah seringai yang memuakkan.

:::

Choi Siwon baru saja akan masuk ke dalam mobilnya ketika iris obsidiannya mendapati Yesung tengah duduk dengan kepala menunduk di depan gedung tempat sidang perceraiannya baru saja dilangsungkan. Ia tahu bagaimana perasaan mantan kliennya itu, setidaknya menangani kasus Yesung selama hampir satu bulan membuatnya sedikit banyak mengerti permasalahan yang dihadapi oleh namja tersebut.

Merasa kasihan juga. Secara tidak langsung ia adalah salah satu faktor yang membawa kekalahan Yesung di persidangan tadi. Meskipun sebenarnya kesalahan terbesar berada di tangan yesung sendiri, namun tetap saja ia merasa sedikit bersalah. Apalagi melihat bagaimana keadaan namja itu sekarang.

Akhirnya Siwon mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam mobil dan menghampiri Yesung yang masih berada dalam posisi yang sama. Ia melepaskan jas yang dikenakannya kemudian memakaikannya pada tubuh mungil Yesung yang hanya berbalut sebuah kemeja tipis itu, membuat namja manis tersebut tampak sedikit tersentak.

"Siwon-ssi? Kau belum pulang?" Yesung sedikit membulatkan matanya begitu melihat Siwon berdiri di hadapannya.

"Lebih baik kau ikut aku pulang ke rumahku. Kau tidak memiliki tempat untuk pergi, kan?"

Yesung menggeleng cepat, "A-anni. Aku sudah terlalu merepotkanmu selama ini. Aku akan baik-baik saja,"

Siwon menghela napas, "Apa kau tidak melihat sebentar lagi akan turun hujan? Aku bertanggung jawab atas kekalahannmu di persidangan tadi, aku tidak mungkin meninggalkanmu begitu saja,"

"Aniya. Aku sangat berterima kasih kau sudah membantuku sejauh ini. Semua murni kesalahanku, jadi kau tidak perlu merasa bersalah," Yesung tersenyum tipis.

"Hubungan kerja di antara kita mungkin memang sudah selesai, tapi apa kita harus bersikap seperti orang yang tidak pernah saling mengenal? Aku sudah mengganggapmu sebagai teman, jadi apa aku tidak boleh membantu temanku?"

Yesung kembali melebarkan matanya mendengar ucapan Siwon. Namja itu bahkan sangat jarang tersenyum padanya selama satu bulan ini mereka sering bersama. Ia tahu Choi Siwon memang namja yang baik dibalik sikapnya yang terlihat dingin. Namun ia tidak menyangka kalimat semacam itu akan diucapkan oleh Choi Siwon padanya.

"Kau bisa tinggal di apartmentku sampai kau mendapatkan pekerjaan dan bisa menyewa apartment sendiri. Apartmentku masih cukup luas kalau hanya untuk menampung satu orang lagi, aku hanya tinggal sendiri di sana. Bagaimana?"

Yesung tampak berpikir sebentar. Benar juga, setelah ini ia mau tinggal dimana? Ia tidak mungkin meminta bantuan pada Lee Donghae, karena pasti Jung Yunho akan memberi pelajaran pada siapapun karyawan perusahaan yang berani membantunya. Sudah cukup ia merepotkan Donghae selama ini. Ia tahu dengan pasti hidup namja itu sangat bergantung pada perusahaan yang kini resmi menjadi milik Jung Yunho.

Lagipula penawaran Siwon tidak terlalu buruk, kan? Ia bisa tinggal di sana sampai ia mendapatkan pekerjaan. Jadi yang perlu ia lakukan adalah sesegera mungkin mencari pekerjaan agar tidak terlalu lama merepotkan namja itu.

"Baiklah," Yesung akhirnya menjawab. "Terima kasih sudah membantuku, Siwon-ssi," lanjutnya lagi sambil beranjak bangkit. Ia membungkukkan badannya beberapa kali untuk menunjukkan betapa ia sangat berterima kasih.

Siwon tersenyum, "Tidak perlu seperti itu, Jung Yesung. Aku senang bisa membantumu,"

"Namaku Kim Yesung," sahut Yesung membenarkan, karena baru saja haknya untuk menyandang nama yang disebutkan Choi Siwon tadi sudah hilang bersamaan dengan ketukan palu sang hakim yang menyatakan ia resmi bercerai dari Jung Yunho.

"Ah, cheosonghamnida. Aku sama sekali tidak bermaksud—"

"Aku mengerti. Jja, lebih baik kita segera pergi dari sini," Yesung kembali tersenyum tipis seraya menyodorkan jas Siwon yang tadi tersampir di bahunya.

"Kau saja yang memakainya. Cuaca sedang tidak bagus. Jja!" ujar Siwon seraya berjalan mendahului Yesung menuju mobilnya.

Yesung baru saja akan membuka mulutnya, namun kemudian ia mengurungkannya. Ia tersenyum sekali lagi sebelum kemudian menyusul Siwon yang sudah berada di dalam mobilnya.

:::

Apartment Choi Siwon memang cukup luas kalau hanya untuk menampung dua orang. Apartment itu memiliki dua buah kamar utama, satu ruang tamu, ruang makan, ruang tengah, dapur dan beberapa kamar lain yang sepertinya belum dimanfaatkan. Siwon membawa Yesung berkeliling sebentar sebelum kemudian mengantar namja manis itu ke kamar tamu yang berada tepat di sebelah kamarnya.

"Ini kamarmu. Memang jarang dipakai, tapi setidaknya cukup bersih untukmu tidur malam ini. Besok aku akan memanggil cleaning service untuk membersihkannya,"

"Anni. Kau tidak perlu repot-repot. Aku bisa membersihkan kamar ini sendiri. Sekali lagi terima kasih," sahut Yesung cepat.

"Baiklah. Kamarku tepat di sebelah kamarmu, jadi kalau kau membutuhkan apa-apa, kau bisa langsung mengatakannya padaku,"

"Aku namja yang sudah pernah menikah, Siwon-ssi. Kau tidak perlu memperlakukan aku seperti seorang anak kecil yang baru saja kehilangan ibunya. Sungguh kau tidak perlu memperlakukan aku seperti ini hanya karena merasa bersalah atas kekalahan di persidangan tadi,"

"Aku membantumu bukan karena aku merasa bersalah, Yesung-ssi. Aku melakukannya dengan senang hati karena aku memang orang baik, jadi kau tidak perlu merasa sungkan,"

"Apa kau sedang melucu?"

"Apa kau merasa ingin tertawa mendengar ucapanku barusan?"

Yesung langsung tertawa pelan, "Aku tidak menyangka pengacara Choi bisa melucu."

Siwon tersenyum, tangannya terulur mengacak rambut Yesung pelan, membuat tawa namja manis itu langsung terhenti, "Kau terlihat jauh lebih baik saat tertawa seperti ini. Lakukan lebih sering, okay?"

"A-ah, ne," jawab Yesung seraya menundukkan kepalanya. Kenapa tiba-tiba wajahnya memanas?

"Baiklah, aku mandi sebentar setelah itu aku akan menyiapkan makan malam untuk kita berdua. Sebaiknya kau juga mandi agar kau merasa lebih segar. Kau pasti sangat lelah, kan?"

"Ne," lagi-lagi Yesung hanya menjawabnya dengan anggukan pelan.

Choi Siwon kembali tersenyum sebelum kemudian keluar dari kamar itu, meninggalkan Yesung yang tengah sibuk mengatur detak jantungnya.

"Apa yang terjadi padamu, Kim Yesung?!" Yesung menggerutu pelan sambil memukul kepalanya sendiri.

Yesung berjalan menghampiri Siwon yang tengah duduk menunggunya di meja makan. Namja tampan itu hanya duduk diam sembari memainkan ponselnya tanpa menyentuh makanan yang ada di hadapannya, itulah yang membuat Yesung membuat kesimpulan bahwa namja tersebut sedang menunggunya.

"Maaf membuatmu menunggu lama," Yesung berucap seraya mengambil tempat duduk di hadapan Siwon.

Mendengar ucapan Yesung, Siwon segera meletakkan ponselnya dan beralih menatap namja manis itu, "Tidak apa-apa. Jja kita makan," ujarnya seraya tersenyum.

"Apa kau yang memasak semua makanan ini, Siwon-ssi?"

Siwon mengangguk seraya mengambil nasi ke dalam piringnya, "Aku tidak suka makanan cepat saji. Jadi selama tinggal di sini, kau harus membiasakan diri memakan masakanku,"

"Ah, jadi kau selalu masak sendiri?" Yesung kembali bertanya.

Siwon mengangguk sekali lagi, "Apa aneh kalau seorang namja bisa memasak?"

Yesung menggeleng, "Anni. Aku juga bisa memasak,"

"Benarkah?"

"Tentu saja," Yesung mengangguk, "Apa kau lupa kalau sebelumnya aku berstatus sebagai seorang 'istri'?" ujarnya sambil tersenyum kecil.

"Tidak. Hanya saja aku tidak berpikir orang yang terlahir dalam keluarga kaya sepertimu mau bersusah payah membuat masakan di dapur, meskipun kau berstatus sebagai seorang 'istri' dalam pernikahanmu,"

"Dulu aku sering membantu umma-ku memasak, jadi sedikit banyak aku tahu bagaimana cara membuat masakan yang enak. Yunho juga sangat menyukai masakanku," Yesung berujar masih dengan tersenyum, namun tak lama, senyuman tipis itu langsung memudar begitu ia menyadari apa yang baru saja ia katakan.

Siwon yang menyadari perubahan raut wajah Yesung pun langsung mencoba mencari topik pembicaraan lain, "Aku akan sangat senang kalau kau mau memasak untukku. Ya, seperti yang kau tahu, pekerjaan sebagai seorang pengacara membuatku sangat sibuk. Sepertinya akan lebih baik kalau di saat pulang kerja sudah ada makanan yang tersedia di atas meja makan, jadi aku tidak perlu repot-repot memasak," ujarnya sambil tersenyum.

"Kenapa kau tidak segera menikah, Siwon-ssi? Kau seusia denganku, kan? Kau juga sudah memiliki kehidupan yang mapan. Sepertinya akan lebih baik kalau kau segera mencari orang yang bisa mendampingimu,"

Siwon mengangkat bahunya ringan, "Aku hanya belum menemukan wanita yang tepat untukku,"

"Ah," Yesung mengangguk paham, tak ingin mencampuri urusan pribadi pengacara muda itu lebih jauh lagi, "Baiklah, aku akan memasak untukmu setiap hari. Lagipula aku juga merasa tidak enak kalau harus tinggal di sini tanpa bisa melakukan apapun sebagai balasannya,"

"Aku tidak memintamu untuk melakukan hal itu sebagai imbalan, Yesung-ssi,"

"Tapi aku tidak bisa menerima bantuan tanpa bisa melakukan apapun untuk membalasnya, Siwon-ssi. Besok aku akan mulai mencari pekerjaan, jadi aku bisa segera mendapatkan uang untuk menyewa sebuah apartment,"

"Tidak perlu terlalu terburu-buru, Yesung-ssi. Aku mengerti keadaanmu. Lebih baik kau menenangkan dirimu terlebih dulu. Lagipula hanya memberimu makan selama dua atau tiga bulan tidak akan membuatku jatuh miskin, jadi kau tidak perlu khawatir,"

Yesung tertawa kecil, "Ternyata kau memiliki selera humor yang sangat bagus. Kenapa saat menjadi pengacaraku aku seperti tidak pernah melihatmu tersenyum?"

"Itu bagian dari profesionalisme kerja, Yesung-ssi," sahut Siwon masih dengan tersenyum.

"Aku tidak pernah tahu kalau dilarang tersenyum adalah salah satu kode etik sebagai pengacara,"

Senyuman Siwon berubah menjadi kekehan ringan, "Maksudku aku harus terlihat serius saat melakukan pekerjaan,"

"Kau terlihat jauh lebih tampan saat tersenyum seperti ini. Lakukan lebih sering, okay?" ujar Yesung menirukan kalimat Siwon sebelumnya sambil membuat ok-sign dengan jemari mungilnya.

Siwon mengangguk, "Arraseo."

:::

Siwon memandangi sosok namja manis di dalam kamar tamunya sambil sesekali menghela napas berat. Kim Yesung terlihat tengah duduk di atas bed sambil memeluk kedua lututnya. Ia berani bertaruh, namja manis tersebut sudah berada dalam posisi seperti itu sejak lebih dari satu jam yang lalu.

Ia cukup mengerti. Meskipun Yesung selalu berusaha tersenyum di hadapannya, tapi tidak mungkin namja itu bisa melupakan semuanya dengan begitu mudah. Tidak sulit untuk ia menebak bahwa namja itu masih menyimpan perasaan cinta untuk Jung Yunho. Ia memang mengenal Yesung belum cukup lama, namun setidaknya ia tahu bahwa Kim Yesung bukan tipe orang yang akan menjadi gila hanya karena kehilangan harta kekayaannya. Satu-satunya yang membuat namja itu bergitu hancur adalah kenyataan bahwa orang yang ia cintailah yang telah menghancurkan hidupnya.

Setelah menghela napas sekali lagi, Siwon membuka pintu kamar Yesung sedikit lebih lebar sebelum kemudian masuk ke dalam ruangan itu.

Yesung tampak terkejut melihat kedatangannya, "Siwon-ssi? Kau sudah pulang?" dan sepertinya lebih terkejut lagi ketika melihat nampan berisi semangkuk sup dan segelas air putih serta satu gelas susu hangat di tangannya.

"Kau sama sekali tidak menyentuh makanan yang aku siapkan di meja makan tadi pagi?" Siwon bertanya sambil duduk di samping Yesung.

"A-ah itu.. a-aku hanya belum merasa lapar. Sebentar lagi aku pasti akan segera makan," jawab Yesung cepat.

"Kita makan bukan hanya karena lapar, Yesung-ssi, tapi karena kita membutuhkan asupan energi melalui makanan. Jja makanlah! Apa perlu aku menyuapimu?"

"A-anni!" Yesung kembali menjawab cepat, langsung direbutnya mangkuk di tangan Siwon kemudian ia segera menyuapkan sup itu ke dalam mulutnya. Ia tidak tahu apa yang membuatnya tiba-tiba merasa salah tingkah. Ia makan dengan sangat cepat sampai tiba-tiba—"Uhk!" –ia tersedak.

"Yah! Aku tidak menyuruhmu menghabiskannya dengan cepat, Yesung-ssi," seru Siwon sambil menyodorkan segelas air putih pada Yesung dan membantu namja manis itu meminumnya.

Dalam hati Yesung mengutuk dirinya sendiri. Kenapa ia bisa bertingkah begitu memalukan? Apa yang salah dengannya?

"Mianhae," ucapnya dengan kepala tertunduk malu.

Siwon tertawa ringan, "Gwenchanayo. Apa kau benar-benar lapar, huh?" godanya sambil mengacak rambut Yesung lembut, membuat namja manis itu harus kembali merasakan jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya.

"A-anni," jawab Yesung berusaha agar suaranya tidak terdengar gugup.

"Baiklah. Sekarang kau minum susu ini lalu cepat tidur. Kau membutuhkan banyak istirahat setelah hari-hari yang melelahkan kemarin," Siwon kembali berkata sambil menyodorkan segelas besar susu hangat untuk Yesung.

"Kau benar-benar memperlakukan aku seperti seorang anak terlantar, Siwon-ssi," Yesung mencoba tertawa seraya mengambil gelas itu dari tangan Siwon.

"Benarkah? Aku hanya melakukan apa yang bisa aku lakukan," sahut Siwon seraya mengambil kembali gelas tadi dari tangan Yesung setelah namja manis tersebut meneguk habis isinya.

"Sekarang tidurlah. Ada lingkaran hitam di bawah matamu, kau pasti kurang tidur akhir-akhir ini," ucap Siwon sambil mendorong pelan kedua bahu Yesung, mengisyaratkan pada namja itu untuk segera
berbaring.

Yesung hanya menurut dan membiarkan Choi Siwon menyelimutinya dengan sebuah selimut tebal berwarna babyblue. Ada sedikit rasa hangat menjalar di hatinya menerima perlakuan semacam ini dari seseorang. Hanya umma-nya dan Jung Yunho yang pernah memperlakukannya selembut ini. Ya, meskipun sekarang ia tahu apa yang dulu Yunho lakukan tidak lain adalah sebuah kebohongan.

"Gomawo," ucap Yesung ketika Siwon beranjak keluar dari kamar itu.

Siwon hanya membalasnya dengan senyuman sebelum kemudian ia benar-benar keluar dari kamar itu.

Yesung menghela napas pelan. Ada sesuatu dalam diri Choi Siwon yang membuatnya teringat pada Jung Yunho yang ia kenal dulu. Namja tampan itu memperlakukannya dengan begitu baik, sama seperti ketika awal-awal ia mulai menjalin hubungan bersama Yunho. Sesuatu yang membuat ia merasa begitu nyaman berada di sisi Yunho saat itu. Dan sepertinya kini rasa itu kembali melalui orang yang berbeda.

"Yah! Kim Yesung kau pasti sudah gila!"

:::

Yesung termenung diruang tengah, memikirkan apakah akan terus berlama-lama tinggal di apartment pengacara ini. Pandangannya tidak fokus ke televisi yang menyala didepan sana. Sudah dua minggu ia menumpang di apartment Siwon, dan ada sesuatu yang aneh.

Sesuatu tentang perasaan yang kadang datang tiba-tiba. Perasaan hangat yang menjalar di dada saat memikirkan wajah orang itu. Perasaan yang sama yang pernah ia rasakan pada mantan suaminya dulu. Yesung cepat menggeleng kepalanya. Tidak. Ini tidak boleh. Yang Yesung rasakan ini sangat salah. Mana boleh ia jatuh cinta dengan Choi Siwon, seorang pengacara muda yang straight dan yang sudah berperan bagai seorang pahlawan baginya selama 2 minggu terakhir ini.

Yesung berusaha keras memikirkan hal lain. Tiba-tiba ia jadi teringat saat kemarin ia membeli bahan makanan di supermarket terdekat, secara tidak sengaja ia bertemu dengan seseorang bertubuh tambun di jalan. Orang itu menghampirinya lalu memberikan sebuah kartu nama padanya. Dia menawarkan sebuah pekerjaan yang sebenarnya agak vulgar.

"Aku seorang photographer untuk majalah dewasa bertema Boys Love. Saat ini kami sedang membutuhkan model, seorang namja yang manis dan menarik. Saat melihatmu terus terang aku sangat yakin kau cocok untuk pekerjaan ini. Kami akan memberikan bayaran yang mahal untuk itu," terang si namja asing saat itu.

Yesung mengeluarkan sesuatu dari saku celana jeans-nya. Sebuah kartu nama. "Shindong," gumamnya pelan saat membaca nama yang tertera disana. Juga terdapat 2 nomor telepon yang dapat dihubungi di kartu tersebut. Setelah menimbang-nimbang lebih jauh, akhirnya Yesung memutuskan. 'Baiklah, ini saja,' mantabnya dalam hati.

Ia mengetikkan beberapa kata di layar ponselnya, setelah mengirimkan pesan ke salah satu nomor yang tertera di kartu itu ia menunggu sejenak dengan gelisah. Ya, Yesung sengaja tidak menelpon, agak riskan untuknya menelpon seseorang untuk membicarakan pekerjaan macam itu di rumah orang lain. Setelah beberapa menit, ponselnya bergetar, pertanda ada pesan yang masuk. Segera ia membukanya. 'Kita bertemu di café dekat dengan tempat pertama kita bertemu'.

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, segera Yesung bangkit dari tempatnya duduk dan bergegas menuju kamar untuk mengambil hoodie merah maroon-nya, dompet dan juga topi.

Saat ia telah memakai sepatunya dan hendak keluar, suara seseorang menegurnya. "Kau mau pergi?"

"Ah iya, maaf aku lupa untuk berpamitan," Yesung menoleh dan heran melihat Siwon hanya memakai kaos putih dan celana pendek selutut. "Kau tidak ke kantor?"

"Hari ini aku ingin beristirahat," Siwon tersenyum. "Sayang sekali ya, padahal aku sedang ingin bersantai dan mengobrol banyak denganmu di rumah, tapi sepertinya kau sangat terburu-buru. Aku jadi sedih dan kesepian sekarang," ujar Siwon dengan ekspresi wajah yang dramatis.

Yesung yang melihat itu merasa agak bersalah, dengan wajah sendu dia berucap. "Siwon-ssi, aku benar-benar minta maaf. Sungguh, kalau saja aku tahu kau akan mengambil libur hari ini, aku pasti tidak akan membuat janji dengan seseorang."

Siwon yang melihat ekspresi sedih Yesung justru malah tertawa, "Ya Tuhan Yesung, aku hanya bercanda. Tidak apa-apa, kalau kau ingin pergi, pergilah. Tidak perlu merasa bersalah seperti itu." Siwon melangkah maju di hadapan Yesung, lalu mengacak rambut Yesung pelan.

"Kalau bisa pulanglah sebelum makan siang, aku akan memasak. Oke?" tawarnya.

Yesung mengangguk beberapa kali dengan polosnya, "Arra!" serunya. "Sekarang boleh aku pergi? Seseorang sudah menungguku," Yesung mendongak, memberikan Siwon puppy eyes yang sulit untuk ditolak.

Siwon tertawa melihatnya, sekali lagi tangannya mengacak rambut Yesung. "Kau ini benar-benar ya. Lucu sekali, benar-benar menggemaskan." Tangannya beralih untuk mencubit kedua pipi Yesung, "Ya sudah, pergilah sekarang. Jangan buat temanmu lebih lama menunggu." Siwon pun mendorong tubuh Yesung menuju pintu keluar.

Setelah mengantarkan kepergian Yesung dan menutup pintu, Siwon terdiam sejenak. Terasa ada yang aneh. Ya, sangat aneh, tapi sayangnya seorang pengacara Choi tidak mengetahui hal aneh macam apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya sendiri.


::: T B C :::


harap maklum kalau diksi, pemilihan kata dan lain-lain terasa berbeda per paragraf. Collab 8 orang sekaligus itu benar-benar kacau XD

and once again HAPPY YEWONDAY!