Hallo, Minnaaaaa~ (^o~)/
Apa kabarnya nih selama liburan natal n tahun baru?
Pastinya asyik dong yah...
Mari kita mulai kehidupan yang lebih baik di tahun yang baru ini ok?
jangan buang masa lalu, tapi simpan saja.
Karna kita tanpa masa lalu tak akan ada.
Tapi terlalu terpaku masa lalu juga tak baik.
Cerita ini akan sedikit membahas mengenai hal itu.
Tapi yang mau shera sampaiin di Fiction ini adalah, bahwa kita gak boleh terpaku pada masa lalu, tapi kita juga gak boleh melupakan masa lalu. Masa lalu itu disimpan dahulu hingga tiba waktunya di masa depan untuk membukanya nanti.
Ok, maaf pembukaannya gaje begini..
~Enjoy Reading aja ya~
SHERA LIUZAKI PRESENT
.
.
DISCLAIMER CHARA © MASASHI-SENSEI
DISCLAIMER STORY © SHERA LIUZAKI
.
.
"WHEN THE SAKURA FALLS"
.
.
1 January 2013
.
.
Happy New Year All!
.
.
Part 1 : A Meeting Like A Fairy Tale
.
.
Enjoy Reading
.
.
Dahulu kala, hiduplah sebuah pohon sakura yang siap berkembang. Dan seorang pemuda yang selalu datang ketika senja untuk duduk di bawahnya. Sang sakura selalu menunggu kedatangan pemuda itu.
Hingga sampai tiba saatnya…
"Dewa, aku ingin menjadi manusia."
Ketika sakura jatuh cinta…
Seorang pemuda berjalan menuju taman yang biasa dikunjunginya ketika langit mulai berwarna oranye. Itu karena ia merasa langit saat itu indah, dan dari puncak bukit ia dapat melihatnya dengan jelas.
Uchiha Sasuke—nama pemuda itu—berjalan dengan cueknya tanpa memperdulikan jeritan histeris gadis-gadis yang dilewatinya. Bukannya ia ingin bersikap sok keren atau apalah, itu karena ia hanya tak ingin berurusan panjang dengan gadis—lagi. Cukup oleh seorang gadis saja di masa lalu.
"Sasuke-kun~"
Sasuke menoleh ketika mendapati dirinya dipanggil. Ia membulatkan matanya. seorang gadis dengan mahkota pink panjang dan beberapa kelopak sakura yang menempel. Senyumnya yang tersipu malu. Pakaiannya yang nyaris seperti kimono modern namun lebih aneh—menurutnya. Gadis itu berlari mendekatinya. Ia ingin tak peduli padanya seperti yang biasa ia lakukan dengan gadis lainnya, tapi rasanya tubuhnya mematung seketika.
"Aku senang bisa bertemu Sasuke-kun~" senyumnya dengan tulus. Sasuke tersentak saat ia merasa mengenali gadis ini. Tapi ini adalah pertemuan pertama mereka. Ya, Sasuke yakin ia baru pertama kali melihatnya, tapi kenapa seakan auranya familiar.
"Kau ini… siapa?"
"Aku adalah pohon sakura yang biasa kau datangi."
Ucapan gadis itu membuat Sasuke menaikkan alisnya bingung. Gadis ini sepertinya gadis yang aneh, atau lebih parahnya bisa saja ia seorang maniak. Oh, sepertinya otak cerdas Sasuke sedang menganalisa gadis—yang bahkan dia sendiri pun dalam hati mengakui kalau ia manis—ini.
"Kau gadis aneh. Apa kau tersesat? Ini sudah sore, sebaiknya kau pulang saja." sahut Sasuke mencoba seramah mungkin. Saat Sasuke membalikkan tubuhnya, sebuah tangan mungil menahannya untuk beranjak. Dan benar saja, tangan lembut itu adalah milik gadis itu. "Haaahhh… yang benar saja. Baiklah aku akan menemanimu, tapi setelah ini pulanglah kerumahmu, setuju?"
Gadis itu kemudian sumringah dan menganggukan kepalanya dengan semangat. Sasuke yang melihatnya pun hanya dapat mendesah pasrah. Gadis ini bukanlah gadis kecil berusia 5 tahun yang tersesat karena kehilangan ibunya. Ini adalah gadis yang kira-kira seumuran dengannya—atau mungkin lebih kecil sedikit. Tapi tingkahnya yang polos dengan senyuman manis membuatnya terlihat sangat muda.
"Kau sendirian?" Sasuke memulai pembicaraan sambil memperhatikan gadis itu yang kini berjalan bersamanya menuju bukit tempat ia biasa berada.
"Tidak, ada rumput liar, burung-burung kecil, mawar, lily, lavender, dan yang lainnya." Sasuke kembali menggumamkan kata 'aneh' dalam hatinya. Semua yang disebutnya bukanlah termasuk golongan 'manusia'. Apakah karena ia tak mempunyai teman?
"Tapi… yang lebih penting, ada Sasuke-kun juga disana."
Sasuke kembali disuguhi oleh senyuman polosnya. Sekali lagi Sasuke mendengus menanggapinya. Dia memang gadis yang aneh. Dan mungkin perlahan Sasuke mulai terbiasa.
Terbiasa?
Terbiasa atas apa?
Semua tak ada yang abadi, bahkan pertemuan adalah awal dari perpisahan. Benarkan, Sasuke? Kau yang paling mengerti itu.
"…ke…Sasuke-kun~!" Sasuke mengerjapkan matanya saat melihat sebuah lambaian tangan tepat di depan mukanya. Ia pun melirik ke arah gadis yang melakukan itu. "Sasuke-kun selalu membawa suling bamboo kan? Apa hari ini kau membawanya?"
"Darimana kau tahu aku membawa suling? Aku bahkan tak mengeluarkannya atau mengucapkan kata mengenai suling."
"Itu karena aku selalu memperhatikan Sasuke-kun."
"Selalu? Jangan-jangan kau stalker ya? Aishh… sudah kuduga sebelumnya, kau ini gadis yang aneh. Lihatlah rambut pink-mu itu dan pakaianmu yang seperti sedang cosplay saja."
"Apa-apaan itu? Stalker itu apa? Cosplay itu apa?"
"…"
"Hn? Sasuke-kun…?"
"Ternyata kau juga bodoh."
Tanpa disadari Sasuke bisa cepat akrab dengan gadis itu. Aneh, ya sejak tadi memang perasaannya aneh. Tapi ia merasa nyaman di sampingnya. Disamping orang yang bahkan baru ditemuinya hari ini, tapi ia seakan mengenal Sasuke seperti sudah sangat lama. Seingat Sasuke ia tak mengalami amnesia. Benarkan?
"Hn?"
Tak lama mereka pun sampai pada puncak bukit. Tempat favourite Sasuke yang biasa ia datangi untuk melihat senja yang indah. Memandanginya dan membuat perasaanya larut kepada lukisan senja karya Tuhan itu. Tapi ada sesuatu yang aneh disana. Bukan, ada sesuatu yang hilang disana. Sesuatu yang menyempurnakan keindahan disana.
"Kemana pohon sakura yang ada disini?"
Ya, pohon sakura yang hampir mekar indah itu tak ada disana. Menyisakan kehampaan yang luas. Namun tanpa menjawab, gadis yang sejak tadi bersamanya itu beranjak dan berdiri di hadapan Sasuke. Ia kembali mempersembahkan senyuman manis kepada Sasuke.
"Aku sudah bilang kan… aku adalah pohon sakura yang biasa kau datangi."
Sasuke membelalakan matanya. Memangnya ada cerita dongeng seperti itu? Di zaman yang seperti ini kenyataan seperti itu bukanlah sesuatu yang mudah diterima oleh akal sehat. Tapi untuk permulaan, mau tak mau Sasuke berusaha mempercayainya.
"Sasuke-kun, sepertinya kita sudah terlambat. Senja sudah berlalu." Sahut gadis itu sambil mengacungkan jarinya ke arah senja yang mulai menghilang dan langit yang mulai menggelap. "Kau akan pulang? Aku akan menunggumu disini. Kalau kau membutuhkanku, datanglah ke tempat ini."
Sasuke terdiam melihatnya. Ada rasa tak ingin berpisah mendadak menggerogoti perasaanya. Senyuman masih belum hilang dari wajah manis gadis itu. Sasuke menundukkan kepalanya. Sudah lama ia tak merasakan perasaan seperti ini, sejak…kejadian bersama-'nya'.
"Kau…mau ikut denganku?"
"Eh?"
"Ma…maksudku kulihat kau seperti tak memiliki tempat tinggal. Dan aku…aku tinggal sendiri…jadi… ah, tapi bukan maksudku untuk macam-macam! Aku hanya menawari saja, kalau tak mau ya tak apa-apa… ah, maksudku… lupakan saja lah!"
Sasuke menutupi mukanya yang memanas itu. Darah mengalir seluruhnya menuju wajahnya sehingga membuatnya memerah sempurna seperti buah tomat kesukaannya. Gadis itu terdiam melongo sejenak melihat tingkah gugup Sasuke. Bukankah sangat langka kesempatan dimana melihat seorang Uchiha Sasuke gugup dan malu seperti ini?
"Permisi… aku masuk ya. Waaaahhhh… luas sekaliii…!"
"Hey! Jangan berdiri di atas sofa!"
"Sasuke-kun, apa ini? Gambarnya bergerak-gerak. Apa mereka nyata?"
"Kau hidup di zaman dimana televisi belum muncul ya?"
"Sasuke-kun, Sasuke-kun, Sasuke-kun…"
Memungut. Mungkin itulah kata yang tepat untuk menjabarkan situasi ini—yah, setidaknya situasi yang dialami Sasuke. Sasuke melihat tingkah gadis itu yang berlarian melihat-lihat di sekeliling apartemennya. Benar-benar seperti anak kecil saja. Tapi melihatnya Sasuke jadi ingin menguji satu hal.
"Sasuke -kun, lihat i—"
.Greb.
Dengan sekali dorongan ringan tubuh mungil gadis itu terjatuh di karpet bulu-nya. Mata gadis itu membulat sempurna menyadari betapa dekatnya jarak mereka. Sasuke terdiam, sorot matanya mengelam. Ia menatap jauh menusuk ke dalam berlian emerald yang ditemukannya disana. Sang gadis bergidik, wajahnya memerah pekat. Debaran jantung pun terdengar berpacu dengan detingan jarum jam.
"Sa…Sasuke-kun~" kelopak mata itu memejam, menyembunyikan permata indahnya. Sasuke seakan tersadar kembali kepada kenyataan. Ia bergegas menjauh memberi jarak pada dirinya dan gadis itu.
"Pulanglah."
Itu adalah jawaban Sasuke akan tatapan tanda tanya dari sang gadis. Gadis yang bahkan tak ia ketahui namanya itu berlari menjauh dan keluar dari apartemen Sasuke. Sasuke pun menggeram dan meremas rambut ravennya keras.
"Ekspresi itu…"
Kembali terbayang wajah gadis semanis bunga sakura itu ketika sedang menatapnya. Goresan garis-garis merah di kedua pipinya. Aroma khas musim semi yang tercium di tubuhnya. Dan ada satu hal yang disadari Sasuke, bahwa gadis itu sangat mirip dengan 'wanitanya'.
Sasuke terbangun begitu pagi hari ini tiba. Ah, mungkin lebih tepatnya ia tak dapat tidur sampai pagi. Bayangan gadis merah muda itu terus menghantuinya, ekpresinya saat Sasuke menolaknya dan menyuruhnya pulang. Ia memang belum dapat mempercayai segala yang diceritakannya. Mengenai dirinya adalah pohon sakura? Yang benar saja. Dongeng pun akan lebih masuk akal untuk didengar.
"Sasuke-kuuuuuuunnn~!"
'Wah, benar-benar panjang umur dia.' batin Sasuke sambil meneguk secangkir white coffee yang dibuatnya. Sasuke tak terlalu ambil pusing dengan keadaan dimana gadis itu mulai mengenali letak barang-barang di apartemennya.
"Sasuke-kun rapi sekali. Mau pergi ya?" tanyanya sambil meneguk sebotol susu coklat yang ditemukannya dari kulkas Sasuke.
"Aku akan ke sekolah. Dan… jangan bilang kau tak tahu apa itu sekolah?" Sasuke bangkit dari kursinya dan mengambil tas ranselnya yang berada tak jauh dari sana.
Dengan corak warna hitam merah yang serasi dengan seragamnya. Sepatu putihnya yang bersih. Gaya rambut 'emo' nya—yang menyerupai pantat ayam. Cukup untuk membuat gadis muda ini tersipu melihatnya. Sasuke menyadari bahwa gadis itu mengikutinya sampai keluar ruangan. Dan ia melirik adanya sebuah kelopak sakura yang terselip di engsel pintunya.
'Jadi ini caranya masuk.' pikir Sasuke
"Kau, tunggulah aku sepulang sekolah di bukit kemarin. Mengerti?"
Gadis itu terdiam. Sasuke pun merasa penasaran akhirnya menghentikan langkahnya dan melirik ke arah gadis itu. Sang gadis menatap tepat ke dalam mata onyx Sasuke. Memberinya pesona bagi sang onyx untuk tak berpaling darinya.
"Sakura. Namaku Sakura. Kau bisa memanggilku Sakura mulai dari sekarang." sahutnya dengan senyuman manis yang membuat sang onyx kembali membulat.
Senyum yang sama bukan, Sasuke?
Apa kau merindukannya?
"Jadi kau tinggal disini?" sahut Sasuke sambil melirik gadis—yang menyebut dirinya adalah Sakura—itu.
Suasana puncak bukit di sana sudah cukup berubah sejak menghilangnya pohon sakura besar tempat dimana ia biasa bersandar dan menikmati senja. Bersamaan dengan hilangnya pohon itu, muncul seorang gadis bernama Sakura yang mengaku ialah pohon sakura itu. Apakah cerita itu memang benar? Lantas kekuatan magis apa yang dimiliki Sakura?
"Sasuke-kun, maukah kau memainkan sebuah lagu untukku?" sahutnya dengan sebuah senyuman manis. Sasuke hanya menghela nafas, pertanyaannya saja bahkan belum dijawab.
Perlahan Sasuke mengeluarkan sebuah suling bamboo dari dalam tas ranselnya. Ia mengusap pelan ujung suling itu, mengecek kalau-kalau ada debu yang menempel disana.
"Kau mau lagu apa?"
"Lagu yang biasa Sasuke-kun mainkan saat bersandar padaku disini."
Tanpa berkomentar lagi Sasuke segera memposisikan jarinya pada suling itu. Sakura dalam diam terus memperhatikannya. Gerakan jarinya yang membuka tutup lubang-lubang yang ada disana, bibirnya yang mengembuskan nafas untuk meniup suling itu. Sakura kembali merona, inilah alasan ia begitu mencintai pemuda ini. Karena ia begitu indah dengan segala yang dimilikinya.
Sakura ikut bergumam mengikuti nada lembut dari suling Sasuke. Sasuke yang awalnya menutup matanya kini membukanya perlahan. Ia melirik, mendapati sosok gadis dengan angin yang sedang memainkan rambut panjangnya. Pakaiannya sama sekali tak berubah sejak mereka pertama bertemu, entah karena tak mempunyai pakaian lain, suka dengan pakaian itu, atau apalah Sasuke tak ingin memikirkannya lebih dalam.
Karna semakin dalam kau memikirkannya, semakin sulit untukmu keluar dari sana. Benarkan, Sasuke?
"Lagu itu begitu indah…" sahut Sakura sambil memejamkan matanya. "Aku menyukainya. Menyukai alunan suara yang keluar dari suling itu."
"Itu namanya 'nada'." sahut Sasuke dengan senyumannya. Ia sendiri tak pernah mengira dapat merasakan perasaan lega seperti ini. Sudah lama mungkin ia selalu suntuk akan kehidupannya yang monoton.
"Sasuke-kun, mengapa kau menyukai tempat ini?"
"Disini aku bisa melihat senja yang indah, perpaduan warna oranye dan kuning yang cerah serta berapa kelopak sakura yang berguguran. Seakan seorang gadis tengah tersenyum dibaliknya." Sakura terdiam menatap ekspresi Sasuke saat memandang senja saat itu. Perasaannya seakan penuh ingin meledak.
"Sasuke-kun." Sasuke menoleh mendengar panggilan lirih dari Sakura. Sakura mengeratkan pelukannya pada kedua lututnya.
"Aku selalu menyukaimu. Aku jatuh cinta pada Sasuke-kun."
Sasuke terdiam memaku. Melihat Sakura yang menatapnya dengan tatapan cinta membuat hatinya sesak. Sudah lama berlalu sejak ia membuang seluruh perasaanya termasuk cinta. Karna segalanya tak ada yang abadi. Keindahan senja, kelopak sakura yang mekar, semua akan segera berlalu dan menghilang.
"Sasuke-kun…?" Sakura memandang bingung kepada pemuda itu. Kini Sasuke tengah menundukkan kepalanya. Tanpa berkata apapun lagi ia memasukkan kembali sulingnya dan merangkul tas ranselnya. Ia bangkit dan meninggalkan Sakura.
Sakura hanya dapat terdiam melihat kepergian pemuda pujaan hatinya itu. Pertama kali ia melihat Sasuke adalah saat pertama kali ia mekar. Sasuke adalah pemuda pertama yang memuji kecantikannya.
"Kau mekar dengan indah."
Itulah kalimat yang diucapkan oleh Sasuke. Sejak saat itu Sasuke sering datang untuk melihat senja atau sekedar bermain suling seperti tadi. Wajahnya sangat bahagia saat itu. Tapi suatu hari Sasuke terlihat sedih, ia berhenti bermain suling untuk beberapa waktu dan hanya terdiam menatap senja tanpa senyuman di wajahnya. Sakura penasaran, Karena itulah ia memohon kepada Dewa untuk menjadikannya manusia.
"Kau bahagia, Sakura?"
Sebuah suara datang menyapa indra pendengaran Sakura yang sendirian disana. Ia tak terlihat bingung, tak terlihat mencari atau ingin tahu mengenai asal suara itu. Karena ia telah mengetahuinya. Sakura masih terdiam beberapa saat. Ia juga tak mengerti harus memberikan jawaban seperti apa untuk pertanyaan macam itu.
"Apa Sasuke-kun bahagia, Dewa?" tanyanya kembali.
"Waktumu tak banyak Sakura, apa kau hanya akan menghabiskannya dengan kebimbangan seperti ini?"
"Aku hanya ingin tahu, apa arti 'kebahagiaan' bagi manusia. Aku ingin memberikannya kepada Sasuke-kun. Tapi entah mengapa rasanya sulit sekali membaca pikirannya."
"Sakura… manusia itu makhluk yang sangat kompleks. Mereka memiliki emosi yang bermacam-macam, dan terkadang emosi itu bisa meledak tanpa mereka sadari. Kau akan mengerti hal itu. Manusia tak sesimple kita."
"Tapi ekspresi Sasuke-kun… melihatnya seakan melihat suatu kejadian yang sangat menyedihkan. Aku penasaran dengan apa yang sebenarnya dilihat oleh matanya itu."
Sakura kembali dilanda kesunyian. Suara itu tak terdengar lagi, tapi Sakura masih merasakannya. Ia masih menemaninya disana. Walau langit malam kini sedang menaburkan berliannya yang berkelap-kelip, hatinya terasa hampa oleh bayangan sang pemuda yang bersikap dingin kepadanya.
"Kau sudah hampir mekar, Sakura."
"Sasuke-kuuunnn~"
Sasuke kini sedang 'gerah' oleh desahan manja seorang gadis yang akhir-akhir ini datang mengganggu hidupnya. Meski terkadang ia merasa sedikit tenang juga karena hari-harinya yang sepi kini ditemani oleh orang lain. Tapi sepertinya ini sudah dapat dikategorikan sebagai kata 'berisik'.
"Sasuke-kun, ini apa namanya? Yang ini apa? Kalau yang itu? Cara pakainya yang ini bagaimana, Sasuke-kun…? Sasuke, lihat, itu apa? Kenapa bisa seperti itu, Sasuke-kun~?"
Sasuke, Sasuke, Sasuke, ia sampai muak mendengar namanya sendiri disebut berulang kali. Tak di sekolah, tak di rumah, semua gadis mengelilinginya dan memanggil-manggilkan namanya mencari perhatian. Tapi kali ini tingkah gadis merah muda kali ini berbeda dengan gadis lainnya. Biasanya mereka selalu memamerkan tubuh mereka atau kelebihan mereka lainnya kepada Sasuke, tapi Sakura justru kebalikkannya… ia seakan memperlihatkan sisi kurangnya. Seperti tingkahnya yang kekanakan, rasa ingin tahunya yang besar, pertanyaan-pertanyaan polosnya.
Contohnya saja seperti…
"Sasuke-kun, ini apa?"
Sasuke segera memasang wajah pucat melihat apa yang sedang dipegang oleh Sakura. Dengan wajah polosnya ia memegang sebuah 'pengaman' alias 'kondom' yang disembunyikan oleh Sasuke ditempat rahasia—di bawah kasurnya. Entah harus menjawab bagaimana akhrinya Sasuke memilih untuk diam.
Sakura tak berhenti sampai di sana, ia mulai menjelajahi kamar Sasuke itu. Saat tanpa sepengetahuan Sasuke, Sakura tertarik pada sebuah foto satu-satunya yang tertutup di atas meja Sasuke. Ia pun dengan lancangnya membuka foto itu. Sakura membulatkan mata melihat siapa yang ada dalam foto itu.
"Apa yang kau…" Sasuke menghentikan kalimatnya saat melihat apa yang digenggam oleh Sakura.
.Greb.
Dengan kasar Sasuke segera merebut foto itu dari tangan Sakura. Sakura pun hanya dapat terpaku saking terkejutnya atas perlakuan Sasuke itu. Ekspresi Sasuke… sama seperti apa yang pernah dilihat Sakura waktu itu. Apakah gadis yang bersamanya dalam foto itulah penyebab Sasuke memiliki ekspresi seperti itu?
"Sasuke-kun~" Sakura mencoba mengulurkan tangannya untuk meraih Sasuke, tapi…
.Plak.
Tangan mungil itu terkena tamparan keras bukti penolakan dari Sasuke. Mata Sakura maupun Sasuke kembali membulat. Sakura menundukkan kepalanya, melihat hal itu Sasuke hanya dapat menggeram dan mengepalkan tangannya erat-erat.
"Sakura… pulanglah."
Sasuke menatap foto yang berada dalam genggamannya itu. Terlihat ia yang sedang merangkul seorang gadis dengan mata aquamarine yang menyejukkan tersenyum menghadap kamera. Sungguh masa yang indah. Sorot mata Sasuke meredup. Ia mengelus foto gadis itu. Betapa rindunya ia akan kehadiran senyumannya yang indah.
Sasuke kembali menggeram saat sebuah bayangan lain terlintas dalam pikirannya. Bayangan seorang gadis bermahkota merah muda dan senyuman yang seindah namanya. Sakura. Ia merasa, mulai dari sekarang hidupnya kan dilanda badai kencang sebelum ia dapat kembali melihat senja.
-TBC-
Gimana nih chap pertamanya, apa mudah dimengerti?
Bahasanya lebih banyak menggunakan kiasan ya?
Pairnya tetep SasuSaku, tapi nanti mungkin ada sedikit kejutan yang semoga gak terlalu ditanggapi melenceng sama readers semua ya...
Ok, Mind to review?
Keep Trying My Best!
~Shera~
