Declare: I DO NOT OWN NARUTO
Synopsis: Naruto sangat mencintainya, bagi Naruto gadis itu adalah wanita pujaannya sekaligus cinta pertama dan terakhirnya. Di mata Naruto dia sangatlah sempurna; bak bidadari yang turun dari Khayangan. Sangat cantik dan tak berdosa. Tapi kenyataannya…?
"Perkataan,"
'Pikiran,'
Di cerita Ini Naruto berumur 17 tahun.
.
"Ayolah Sasuke," pinta Sakura dengan suaranya yang lembut.
"Tidak Sakura, Naruto adalah sahabatku."
Sahut Sasuke sambil memalingkan wajahnya dari Sakura.
Sakura menarik bahunya hingga Sasuke kembali berhadapan dengannya lalu Sakura mencium bibir Sasuke.
Sasuke mendorong tubuh Sakura hingga kini bibir mereka terpisah. Sakura tidak mau kalah dan kembali merayu Sasuke.
'Naruto, maafkan aku.' Batin Sasuke.
-.
"Naruto, turutilah apa yang dikatakan oleh ayahmu."
suara Kushina yang lembut terdengat sedang membujuk anak tunggalnya yang sangat keras kepala.
Naruto terus memandang ke lantai dan tidak berani memandang ibunya.
Dia hanya terdiam.
"Kali ini saja… Naruto, setiap orang tua pasti dan selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya."
"Tapi Bun, aku yakin bahwa dia adalah yang terbaik bagiku,"
Kini Kushina bergeser dari tempat duduknya dan lebih mendekatkan diri lagi pada anaknya, lalu dengan tangan kanannya ia mengusap-usap bahu dan punggung anaknya sembari berkata;
"Tapi aku tidak yakin Naruto, tidakah kau lihat tingkah lakunya saat kau memperkenalkannya pada kami beberapa bulan yang lalu. Dia sangat kacau; terutama dari tatapan dan cara berpakaiannya. Dengan melihat semua itu saja, kami dapat mengetahui bahwa dia bukanlah gadis yang kau kira." Jelas Kushina pada anaknya.
Naruto terdiam, karena walau bagaimanapun jauh di lubuk hatinya ia tahu bahwa apa yang dikatakan oleh ibunya itu benar adanya.
"Cobalah untuk mengerti dan dengarlah apa kata kami. Kau adalah anak yang baik, kau pantas untuk mendapatkan yang lebih dari dia."
Naruto langsung membantahnya, "Bunda, tolong jangan jelek-jelekan dia lagi! Aku sudah besar dan aku tahu apa yang baik dan yang tidak untuk ku!"
Naruto langsung berdiri dari tempat tidurnya dan mengambil langkah untuk keluar dari kamarnya, namun ia berhenti sejenak sebelum melangkahkan kakinya keluar.
"Ternyata apa yang dikatakan oleh Sakura memang benar,Ayah dan Bunda memang tidak suka akan dirinya dan berusaha memisahkan kami dengan meracuni pikiranku."
Kushina yang mendengar perkataan Naruto kini terkaget karena putra kesayangannya kini berani melawan, membentak dan menuduhnya dengan hal yang keji.
"Naruto…"
Rintih Kushina pelan seiring dengan air matanya yang mengalir. Namun Naruto tidak menghiraukannya dan tetap pergi entah kemana.
Well… kurasa seluruh dunia pun tahu kemana kakinya menuntun.
-.
Naruto mencoba membuka pintu apartemen sahabatnya dan terkejut saat mendapati bahwa pintunya tidak dikunci.
'Sasuke bodoh, bagaimana jika ada maling! Dasar—' batin Naruto berhenti saat;
Naruto mendengar ada suara bising di dalam apartement Sasuke; sahabat baiknya. Namun yang membuatnya aneh adalah karena ia mendengar ada suara wanita yang sangat mirip dengan suara pujaan hatinya di dalam apartemen sahabatnya itu.
Lalu dia mendengar suara sahabatnya dan wanita yang dicintainya itu lebih jelas saat ia mengambil langkah menuju ruang tamu.
Naruto terus mendekati suara itu yang ternyata berasal dari kamar sahabatnya.
Dan kali ini di pintu kamar sahabatnya terlihat ada sedikit celah hingga membuat suara mereka semakin terdengar dengan semakin dan semakin jelas.
Kini ia dapat dengan jelas mendengarnya;
"Ayolah Sasuke,"
Terdengar suara pujaan hatinya dengan sangat menggoda di balik pintu itu. namun yang membuat Naruto paling terkejut adalah jawaban dari sahabatnya itu.
"Tidak Sakura, Naruto adalah sahabatku."
"Jangan bilang kau merasa bersalah setelah bertahun-tahun kita melakukannya,"
Naruto bingung dan otaknya seolah sangat sulit untuk mencerna semua itu.
"Sakura, bagaimana jika Naruto tahu? Tidakah kau mencintainya walaupun hanya sedikit setelah bertahun-tahun kalian bersama,"
"Aku? Mencintainya? Tentu saja tidak! Dia itu hanyalah lelaki bodoh yang ku kencani hanya agar dapat dekat denganmu… Sasuke,"
"Tapi Saku—" semenjak itu tidak terdengar suara keduanya lagi.
Naruto kini telah muak dengan drama yang tengah sahabat dan kekasihnya lakukan di belakangnya.
'Jadi selama ini aku hanya…' hatinya tidak mampu melanjutkannya.
Emosi membakar tubuhnya hingga ia langsung menerobos masuk ke dalam kamar dan membuat kaget sahabat dan kekasihnya yang kala itu sedang… berciuman (!) dengan mesra.
Sasuke yang kala itu hanya memakai celana jeansnya dengan dada yang terbuka terlihat kaget setengah mati akan kedatangan Naruto; sahabatnya dan kekasih dari kekasih gelapnya.
SedangkanSakura yang kala itu hanya mengenakan pakaian dalamnya yang sangat tipis itu terlihat tidak kalah kagetnya dengan Sasuke; sahabat dari kekasihnya dan sekaligus adalah kekasih gelapnya.
Naruto terlihat sangat marah sampai-sampai membuat Sasuke yang biasanya sangat tenang kini banjir dengan keringat dingin.
"Naruto, kau—"
"Naruto-kun, kami—"
Sasuke dan Sakura berbicara bersamaan namun dihentikan oleh Naruto
"Cukup Uchiha! Dan kau juga!"
Mereka langsung diam.
Naruto menundukan wajahnya dan berkata, "Jadi selama ini kalian melakukan semua ini di belakangku? Sudah berapa lama? Huh… aku memang bodoh, ku pikir kedekatan kalian tidak lebih dari sekedar teman, ternyata kalian memang lebih dari sekedar teman. Aku tidak menyangka kau tega berbuat seperti ini Uchiha—"
"Nar—' ucap Sasuke memotong Naruto.
"Sst… diamlah. Hell…! Aku memutuskan persahabatanku dengan Kiba dan Shino hanya demi kau dan kini… aku benar-benar bodoh!"
Ucap Naruto pada Sakura.
"Naruto-ku—"
"STOP PANGGIL AKU 'NARUTO-KUN'! AKU MUAK MENDENGARNYA!" bentak Naruto pada Sakura yang seolah tak bersalah dan tak punya malu itu.
Sasuke hanya diam seribu bahasa mendengar temannya membentak Sakura.
"Baiklah, jalani saja urusan kalian sendiri. Aku tidak mau tahu, karena mulai sekarang kita bukanlah siapa-siapa. Anggaplah aku tidak pernah ada dalam kehidupan kalian."
Lalu Naruto pergi meninggalkan mantan sahabat dan pacarnya yang seolah speechless itu.
'Apa yang telah aku lakukan! Aku membentak Bunda dan membuatnya menangis hanya demi… ha! Sial! Apa yang harus aku lakukan?' ratap Naruto.
Naruto yang bingung kini pergi ke tempat kesukaannya untuk menenangkan dan menjernihkan pikirannya agar dia bisa menemukan jalan keluar.
Saat sampai dia membuka atap mobilnya; membiarkan segarnya angin pantai menerpanya dengan bebas hingga rambutnya yang jabrik bergerak tak karuan.
Dulu di saat-saat seperti ini sahabat masa kecilnya selalu mendengarkan semua keluh kesahnya dan dengan baik hatinya memberikan solusi yang Naruto yakini bahwa itu adalah yang terbaik.
'Kurasa dia dapat membantuku,' pikirnya.
Lalu naruto men-dial salah satu kontak di handphonenya.
Setelah beberapa kali mendengar; nuuut… nuuuut… akhirnya ada suara seorang yang menjawab dengan suaranya yang terdengar baru bangun tidur itu.
"What the hell! Aren't you known what time is it! Fu—" tiba-tiba ia berhenti ketika mendengar suara Naruto.
"Yo… Neji, aku mengganggu mu? Aku minta maaf, aku…" suara Naruto terdengar sangat parau.
Mata Neji langsung melotot ketika mendengar suara sahabatnya yang seperti itu; sudah lama sekali ia tidak mendengar suara Naruto yang begitu hancur.
"Naruto, tidak… hanya saja tadi aku kira salah satu teman sekolah ku. Kau kenapa? Apa yang terjadi?"
Naruto terdiam.
"Naruto, bicaralah padaku. Kau tahu aku kan?" Sambung Neji.
"Em… dia… ternyata… selama ini—dia—menghianatiku."
"Dengan?"
Kini Neji mengerti apa yang terjadi dengan sahabatnya itu.
"Sasuke."
"Apa!—em, maaf. Sejak?"
"Aku tidak tahu pasti—namun… kurasa sudah lama. Dan yang membuatku sangat…karena dia ternyata sama sekali tidak mencintaku dan selama ini alasan dia berpacaran denganku hanya untuk mendekati Sasuke. Dan—dan—aku sangat sakit ketika tahu bahwa Sasuke melakukan ini padaku… selama ini, mereka melakukannya di belakangku,"
"Tenangkan pikiranmu," ucap Neji.
"Dan kau tahu? Aku telah membentak Bunda ku untuk yang pertama kalinya hanya karena dia… aku benar-benar tidak berguna. Dan—Kiba juga, aku memutuskan tali persahabatan kami saat Kiba berusaha memperingatkanku bahwa dia adalah wanita yang tidak baik. Aku—"
"Aku mengerti Naruto. Menurutku kau memang salah; namun Love is Blind men…! Dan aku yakin Ibu mu dan Kiba akan mengerti dengan hal itu. Walau bagaimanapun mereka adalah orang-orang yang menyayangi mu, ingat?"
"Tapi kurasa—"
"Berhentilah dengan semua 'Kurasa dan Kurasa' mu itu. lihat apa jadinya dengan semua kurasa-mu itu!" seru Neji.
FlashBack:
"Kurasa dia adalah gasi yang baik. Dan kurasa dia adalah jododhku, cinta sejatiku!" seru Naruto pada Neji saat ia menceritakan tentang pacar barunya yang berambut pink itu.
End FlashBack
"Em…"
"Lalu bagaimana rencana mu seterusnya?" tanya Neji.
"Aku… aku akan menerima usul Ayah untuk melanjutkan kuliah ku di luar negeri."
"Di mana?"
"Entahlah… Ayah bilang itu semua terserah padaku. Sebenarnya itu hanyalah alasan untuk memisahkanku dari wanita sialan itu. Namun setelah ku pikir… tidak ada gunanya juga aku terus berada di Jepang; hanya untuk melihat mereka setiap hari?"
Neji tertawa di ujung telpon sana. Naruto bingung;
'Memang apa yang lucu?' gumam hatinya.
"Kau bercanda kan? C'mon Naruto, kita sudah lama tak bertemu! Kuliahlah di sini, bersama ku! Aku jamin kau akan segera melupakannya!"
Seru Neji dengan semangat '45.
Naruto kini menyadari tentang kebodohannya dan tersenyum.
"Kau—ah! Kenapa aku tidak kepikiran sejak tadi! Baiklah, sudah ku putuskan! USA, I'm coming!"
-.
How?
bagus gak? Tolong review kalau kamu pengen aku lanjutin FanFic ini!
Dan aku bakalan lanjut kalau ada 5 review.
Thank you for wasting your time reading my boring FanFic!
Thank you very much!
