Fiction. AU. VKOOK.

Chapter 1

2011, Maret 7

Senin.

Seminggu sebelum hari ini, Jungkook sudah mencoba berkeliling kota Seoul. Awalnya, dirinya ditemani oleh Park Jimin, kakak sepupunya yang baik hati. Tapi kamis kemarin, Jungkook mencoba pergi sendiri dan beruntung dia tidak salah naik bus atau lupa jalan pulang. Jadi kini, Jungkook tak harus bergantung pada Jimin untuk berangkat sekolah. Di Seoul, Jungkook tinggal di rumah keluarga Park, di mana ibu Jimin adalah kakak dari ibunya. Mereka memperlakukan Jungkook seperti anaknya sendiri.

Tiga hari di awal adalah masa orientasi bagi murid kelas sepuluh. Meski begitu pelajaran wajib sudah mulai berlangsung. Saat bel pertama berbunyi pukul 08.00 pagi, pelajaran di mulai hingga empat jam kedepan. Artinya, tepat saat matahari berada di puncak maka bel istrirahat akan berbunyi. Dan satu jam kemudian akan ada bel lagi yang menandakan pelajaran kembali berlangsung. Tapi bagi anak kelas sepuluh selama tiga hari itu, bel ketiga menandakan mereka harus berkumpul bersama di aula untuk masa pengenalan sekolah.

SMA MIN, merupakan satu dari jenjang pendidikan yang tersedia di lingkungan pendidikan milik MIN Grup. Jungkook beruntung bisa masuk ke sini. Dia hanya pemuda biasa dari Busan yang sedang hoki mendapat beasiswa langsung dari pemilik sekolah ini karena kecerdasan otaknya dan koneksi milik ayahnya- sebenarnya koneksi milik paman park lebih tepatnya. Apapun itu Jungkook bersyukur walau awalnya dia berpikir bahwa isi sekolah ini hanyalah anak-anak orang berada yang saling pamer seperti di drama-drama yang kerap di lihat ibunya di televisi. Ternyata tidak semua drama itu benar.

"Perkenalkan nama Saya Jeon Jungkook. Umur Saya 15 tahun."

Jungkook bertutur dengan suaranya yang masih lucu di usianya yang sekarang. Matanya menatap ketiga mentornya yang berdiri di depan barisan kelompoknya.

"Saya berasal dari Busan dan baru seminggu di Seoul. Mohon bantuannya... dan salam kenal semuanya."

Dia mengakhiri perkenalannya dengan senyuman yang manis setelah melakukan bow sebagaimana mestinya.

"Depannya!".

Suruh sang mentor yang menyandang posisi sebagai bendahara OSIS itu. Kini mereka sedang berkenalan dengan masing-masing orang dalam kelompok yang sudah di bagi. Satu kelompok terdiri dari sembilan orang yang di mentori oleh dua orang anggota OSIS kelas dua dan satu orang anggota OSIS kelas tiga. Jungkook mendengarkan setiap perkenalan yang di lakukan dan mengingat-ingat nama-nama yang tersebut dari setiap mulut. Di tiga jam terakhir setelah pelajaran wajib usai. Jam 13.00 sampai jam 16.00, orientasi itu berlangsung dengan keseruan yang membosankan.

Jungkook mencatat apa yang dia dapatkan dalam benaknya.

Hari pertama orientasi.

Kelas 1-A ; Jungkook duduk di baris ke dua dari pintu, deret ke tiga. Sebelah kanannya Bambam.Di depannya Yuju. Di belakangnya Lisa. Di sebelah kirinya... laki-laki- Jungkook tidak tahu siapa namanya.

Kelompok 2 dari 8 kelompok di dalam aula; dibimbing 3 anggota osis (2 orang kelas 2 dan 1 orang kelas 3). Mereka adalah A-sunbae, B-sunbae, dan Kim Taehyung-sunbae.

( ^^ )

.

Hari kedua orientasi.

Jungkook satu bus dengan Kim Taehyung, salah satu mentor masa orientasinya. Jungkook bingung untuk menyapa karena Taehyung bersama seorang gadis. Jennie Kim, tertulis pada name tag di atas saku dadanya. Mereka berdiri berhadapan dengan Taehyung yang menahan diri untuk tidak memepet Jennie, melindunginya dari himpitan penumpang lain. Jungkook memilih diam, toh suasana bus yang padat tidak memungkinkannya untuk menyapa.

.

Hari ketiga orientasi.

Jungkook melihat Taehyung di depan minimarket sepulang sekolah, menggenggam sebungkus rokok. Selama masa orientasi Taehyung memang mentornya yang baik dan terkesan ramah. Terlebih banyak anak angkatannya yang tertarik pada sunbae itu menandakan bahwa dia adalah orang yang tidak dapat kau abaikan. Tapi melihatnya membawa hal yang tak seharusnya di miliki seorang pelajar membuat Jungkook urung untuk menyapa. Basa-basi itu tak perlu. Jadi Jungkook hanya diam dan berlalu di depannya. Seharusnya Taehyung melihatnya melintas lalu menyapanya saja. Tapi kakak kelasnya itu hanya diam seakan Jungkook adalah serangga tak terlihat. Seolah mereka tak saling kenal. Seolah mereka dua orang asing yang tak saling bersinggungan.

Jungkook berbalik pada langkahnya yang ke sepuluh setelah melewati Taehyung. Memalukan, tapi dia serius menghitung langkahnya. Pemuda itu tak lagi di sana. Punggungnya menghadap pada Jungkook. Semakin menjauh dan Jungkook tak mengerti kenapa dia berbalik hanya untuk mendapati punggung mantan mentornya hingga menghilang di ujung jalan.

( ^^ )

.

Kamis, hari pertama pelajaran penuh selama tujuh jam. Jungkook mendapat wali kelas seorang guru Sastra Korea. Mereka melakukan sesi perkenalan yang asik dengan sebuah permainan klasik. Setiap siswa menulis nomor yang mereka inginkan di selembar kertas, 1-24; sesuai jumlah murid. Jika ada angka yang serupa mereka harus bernyanyi dengan gerakan yang lucu sebelum memperkenalkan diri. Jika tidak ada yang menyamai maka hanya sebutkan nama saja. Jungkook menulis angka 13, seorang diri.

Pemuda pidahan dari Busan itu menghabiskan waktu istirahatnya dengan Bambam di kelas setelah makan siang di kantin. Mereka sibuk memilih klub mana yang akan mereka isi formulirnya. Jungkook suka bernyanyi tapi dia sangat malu jika di lihat banyak orang, dia hanya bernyanyi saat sedang sendirian. Ada klub Basket dan dia berpikir untuk mendaftar tapi pesan ibunya untuk tidak bermain basket lagi bergema di kepalanya. Lagi pula formulir bertuliskan klub Jurnalistik itu terdengar keren. Sayang Bambam tidak tertarik dan memilih klub Basket.

( ^^ )

.

Hari Jumat, Jungkook mengikuti ekskul Jurnalistik. Hanya perkenalan singkat meski berlangsung selama setengah jam. Ada 10 orang anggota baru yang mendaftar selain Jungkook.

Jumat selanjutnya, seniornya di klub Jurnalistik membagi tugas untuk anggota baru. Masing-masing orang mewawancarai seorang ketua klub ekskul lain yang tidak mereka ikuti. Ini tugas individu namun jika belum berani sendiri, boleh berdua dengan catatan, hanya menemani satu sama lain.

Jungkook belum cukup dekat dengan siapapun anak baru di klub. Dan tidak ada yang mengajaknya bersama. Kelihatannya mereka sudah punya teman untuk mewawancarai targetnya masing-masing. Jadi Jungkook hanya sendiri dan omong-omong hari selasa adalah deadline-nya. Maka kesempatan Jungkook untuk mewawancarai narasumbernya adalah hari sabtu, minggu, atau senin. Coret minggu, dia tak seberani itu untuk membuat janji dengan kakak kelas terlebih untuk kepentingannya sendiri. Sabtu dan senin, ini hanya wawancara sederhanakan, jadi tidak akan makan dua hari. Berarti antara sabtu atau senin, pulang sekolah nanti dia harus menyusun pertanyaannya.

Berhubung Jungkook hanya ikut klub Jurnalistik. Dia bisa mewawancarai ketua klub lain manapun yang tidak di ikutinya. Jungkook harap dia tidak mendapat target perempuan, akan sangat malu nantinya; juga gugup. Tolong, jangan ketua klub Cheerleaders atau klub Menyanyi atau apapun yang berketua perempuan, rapalnya dalam hati, berulang.

Park Bo Gum, sekertaris klub Jurnalistik itu bertanya siapa yang tidak mengikuti klub Bahasa Inggris. Ada sekitar tujuh orang yang mengangkat tangan dari sebelas murid kelas satu. Jungkook salah satunya. Bo Gum menyebut nama ketua klub tersebut dan Jungkook bernapas lega bahwa dia laki-laki. Namanya Joshua Hong, seseorang bernama Mina mendapatkannya. Sial.

Jungkook belum juga mendapat narasumber. Tersisa ketua klub Basket, klub Voli dan klub Menyanyi yang belum di berikan pada anggota baru Jurnalistik. Masih ada lima orang yang belum memperoleh mandat, jadi dua orang lainnya akan mewawancarai guru. Baiklah, klub apapun itu berikan padaku, jangan guru. Jungkook mengubah harapannya di tengah kegugupan.

"Lima orang yang tersisa adalah mereka yang hanya memilih klub Jurnalistik".

Bo Gum berujar sesantai mungkin.

"Jadi, Jeon Jungkook".

Matanya bergulir pada kelima orang yang belum menerima nama sang target. Jungkook yang merasa terpanggil menggigit bibir bawahnya begitu namanya di sebut. Tangan kanannya terangkat ragu.

"Saya, Sunbae".

"Ketua klub basket".

Bo Gum menatapnya tepat di mata membuat Jungkook tanpa sadar menelan kegugupannya. Rasanya seperti tenggorokan yang berfungsi sebagai jalur napasnya mengecil.

"Kelas 3-A, Taehyung Kim".

Adalah satu dari tiga orang yang memonitori kelompok Jungkook saat orientasi, jika kalian lupa. Jungkook masih ingat wajahnya. Bendahara OSIS yang tampan dan mereka bilang murid teladan dengan prestasi gemilang. Tidak mengada-ngada karena Jungkook mendengar desas-desus itu selama dua minggu ini. Dalam hati Jungkook mengucap syukur untuk tidak mewawancarai salah seorang guru. Tapi rasanya Jungkook agak heran merasakan bulu kudunya meremang. Jeon Jungkook bertugas mewawancarai ketua klub Basket, Kim Taehyung. Entah hal apa yang membuatnya bersyukur dan tidak dalam waktu yang bersamaan.

( ^^ )

2011, Maret 23

Rabu

Jungkook gagal mewawancarai si ketua klub Basket sabtu kemarin. Bukan, Jungkook gagal mewawancarai si mantan ketua klub Basket. Hari sabtu dan selasa sepulang sekolah adalah waktu di mana klub basket memiliki jadwal berkumpul dan latihan.

"Sial, kenapa tidak setiap hari saja".

Gumam Jungkook setengah sebal di sela langkahnya menyusuri sudut sekolah.

Seharusnya Jungkook senang karena kemarin, tepatnya hari sabtu adalah waktu yang pas. Dia sudah menyusun daftar pertanyaan untuk narasumbernya. Meluangkan waktu untuk menunggui latihan anak basket selesai. Ini permintaan dari si mantan mentornya. Saat jam istirahat, Jungkook sudah menemuinya tapi-nanti saja pulang latihan, katanya. Jadi Jungkook duduk di kursi penonton sambil menikmati bubble tea yang di belinya sebelum ke ruang olahraga.

Jungkook datang saat latihan sudah berjalan setengah jam, Bambam terlihat paling bersemangat di antara murid kelas sepuluh. Dan si ketua klub itu memiliki permainan dan strategi yang bagus, jika boleh Jungkook akui. Permainan yang berlangsung di lapangan sangat seru, meski hanya latihan. Membuat beberapa kali anggota Cheerledears yang juga tengah latihan di sisi lain ruang olahraga memekik saling menyoraki tim jagoan masing-masing. Bahkan Jungkook sesekali ikut bersorak saat tim si ketua itu mencetak angka.

Mereka bermain dua babak yang terasa sangat singkat. Jungkook tersenyum pada Bambam yang tengah mengelap wajahnya dengan handuk kecil. Dia berdiri di pinggir lapangan setelah turun dari bangku penonton begitu permainan usai. Sepertinya mereka akan berkumpul dulu sebentar, karena kini para anggota klub itu duduk berselonjor dalam lingkup yang berdekatan. Si ketua berdiri di samping pelatih mereka yang berperut agak buncit. Jungkook masih mengamati kegiatan itu hingga ada seorang murid laki-laki yang ikut berdiri dibarengi tepukan yang riuh dan sorakan. Target Jungkook ikut tersenyum dan tertawa dengan lugasnya.

Hal yang Jungkook sesalkan adalah apa yang terjadi setelah itu. Si bendahara OSIS yang menjadi narasumber Jungkook karena dia adalah ketua klub Basket tidak mau di wawancarai. Bukan sombong atau apa hanya saja dia tidak lagi menyandang gelar sebagai ketua klub Basket. Baru saja resign, katanya. Kim Jongin-sunbae-nya yang kelas 2, adalah orang yang tadi menerima banyak sekali tepuk tangan, yang ternyata pengganti posisi si mantan ketua klub Basket.

Jungkook berusaha membujuk si bendahara OSIS itu-atau mungkin dia juga sudah jadi mantan bendahara OSIS, -Jungkook membatin. Agar tetap dia yang di wawancara oleh Jungkook karena namanyalah yang disebut untuk menjadi narasumbernya. Meski status ketua tak lagi di sandangnya. Tapi, mentornya-mantan mentornya itu malah memanggil si ketua baru dan mengatakan bahwa Jungkook punya hal yang ingin dibicarakan padanya. Maka dengan keinginannya serta harapannya agar ini cepat selesai, karena dia lelah menunggui dan tidak mau penantiannya berakhir sia-sia, Jungkook mengalah dan mewawancarai si ketua baru.

Sebenarnya Jungkook merasa agak tidak nyaman saat berbicara pada si ketua klub Basket baru karena dia agak lebih gelap dan wajahnya tidak seramah si sunbae penyandang banyak kata mantan yang sudah berlalu dari ruang olahraga. Jungkook sempat menatapnya yang menghampiri seorang gadis di klub berisikan gadis-gadis akrobat dan mereka keluar bersisian.

Niatnya Jungkook untuk mengumpulkan tugas Jurnalistik itu sebelum deadline tapi si ketua klub Basket baru, Kim Jongin malah minta agar dia menjawab pertanyaan wawancaranya di rumah saja. Jadilah semua kalimat tanya milik Jungkook di bawa pulang dan hari seninnya di kembalikan pada Jungkook. Sehingga Jungkook baru bisa menyusun semua kalimat jawaban milik ketua baru di malam harinya. Padahal kan Jungkook luang saat minggu. Jungkook mengumpulkan tugas itu kemarin, tepat pada deadline-nya; hari selasa.

Sudah seharusnya perkara wawancara selesai seperti itu, tapi kenapa Jungkook harus merasa kesal di hari rabu ini? Jawabannya karena seorang senoirnya di klub Jurnalistik, pagi tadi menemui Jungkook dan mengembalikan hasil wawancaranya. Karena wajibnya adalah Taehyung sebagai sasaran.

Meski Jungkook sudah memberi tahu bahwa ketua klub Basket bukan lagi si mantan mentornya itu, tetap saja mereka ingin Jungkook mewawancarai seorang Kim Taehyung. Jungkook agak skeptis dan merasa bahwa dia di kerjai selayaknya para anak baru yang di permainkan seniornya. Tapi ketika Jungkook bertanya, kenapa? kan sudah ada yang baru. Yang kemudian di jawab oleh Irene-Sunbae, perwakilan klub Jurnalistik yang menemui Jungkook bilang,

"Yang baru kan belum berpengalaman jadi Ketua, untuk apa mewawancarainya jika ada mantan ketuanya yang punya segudang cerita pahit manisnya klub Basket, dongsaeng-ah".

"Tapi, Sunbae-".

"Oh! Jeon tolong, tidak bisakah kau lakukan saja?".

Nada suara itu agak berbeda dari yang sebelumnya manis.

"Lagi pula Kau butuh ini untuk standar penerimaanmu kan, just do it! Alright? Dan jangan lupa fotonya".

Gadis bermarga Bae itu pergi begitu saja meninggalkan Jungkook yang masih mencerna kata-katanya.

Foto.

Benar, Jungkook juga harus berfoto dengan narasumbernya. Dia lupa melakukan itu pada Kim Jongin kemarin. Toh, tidak ada gunanya juga kan untuk sekarang.

.

Jungkook masih melangkah melewati koridor dan tangga. Melirik jam di tangan kirinya. Masih lima belas menit sebelum bel pelajaran ke lima berbunyi. Dia harus bertemu dengan sunbae penyandang mantan itu. Omong-omong Jungkook melewatkan makan siangnya karena sibuk mencari bekas mentornya. Jungkook terus naik hingga lantai empat dan menuju atap sekolah. Biasanya dalam drama kan atap sekolah selalu di kunjungi oleh murid yang sedang bersembunyi. Mungkin Sunbae-nya itu memang sedang bersembunyi di area rooftop kan.

"Cu-hkup!".

Jungkook berhenti melangkah begitu mendapati dua orang yang saling berhimpitan di dekat pintu rooftop; yang baru saja di lewatinya. Matanya membola dan pipinya memerah. Jika tidak dalam suasana canggung seperti ini, kedua orang yang tadi asik bercumbu itu pasti sudah memekik gemas dan mencubiti pipi Jungkook yang lucu. Tapi mereka sama-sama terkejut hingga mereka bertiga seakan kehilangan cara untuk menghembuskan napasnya masing-masing.

Beberapa detik dan satu-satunya gadis di atap itu sadar bahwa dia terjebak dalam hal yang memalukan. Secepat mungkin dia bergerak menyingkirkan tubuh pasangannya dan membenahi rambutnya asal. Untung saja seragamnya masih lengkap dan dirinya masih sanggup berlari keluar area atap kemudian melewati pintu di samping Jungkook. Sementara si pemuda yang adalah pasangan bercumbu gadis tadi terlihat salah tingkah. Pun Jungkook yang mencengkeram erat lembaran hasil wawancaranya sambil menatap ujung sepatunya. Bingung harus mulai bicara untuk minta maaf atau mending langsung pergi dari sana saja.

"Jeon Jungkook!"

Panggilan itu pelan tapi seakan bergema dalam telinga Jungkook dan mampu menarik atensinya untuk segera menyudahi acara mengamati sepatu. Matanya menatap si pemuda yang merapalkan namanya barusan. Masih dengan wajahnya yang merona malu dan canggung.

( TBC )

Terima Kasih.

Hanya menyumbangkan ide lama yang terpendam/elah.

RnR ?

.

Coming Soon Chapter 2.

"Kau telanjang".

"Jadi, bisakah kau sedikit menunggu untuk ku?".

Taehyung berujar dengan lembut seakan bicara pada seorang anak kecil. Tapi kenapa harus dengan matanya yang seolah perpaduan antara sayu dan tajam. Jungkook sangat canggung dengan posisi mereka, bahkan degup jantungnya masih terasa cepat karena...

"Sunbae, ini-".

"Apa kata ku soal panggilan Jung?".

"H-hyung, ini..."

"Bercanda sayang, kau hanya butuh duduk dan tunggu aku bersiap. Yeah?".

.