Si cantik itu bukanlah seorang putri. Bukan juga gadis miskin yang tersakiti oleh ibu tirinya. Namun entah kenapa dia begitu menarik perhatiannya./ Dia begitu bersinar dan baik hati. Sifat yang paling dia jauhi. Namun entah kenapa dekat dengannya membuatnya nyaman./ SHO-AI
.
.
.
Touken Ranbu (c) NITROPLUS & DMM
Ichigo Hitofuri x Yamanbagiri Kunihiro
Warning: Sho-ai, efek garing kriuk kriuk/?/, cemilan IchiManba everywhere, something like chara-switch akibat ke-inosen-an Ichi yang gak inosen banget
Setting: Beberapa bulan sebelum Crane's Lover
.
.
.
.
.
Chapter 1
...
...
"Saya adalah Ichigo Hitofuri. Satu-satunya tachi yang dibuat oleh Awataguchi Yoshimitsu. Para Toushiro adalah adik-adik saya,"
...
...
Kedatangan Ichigo Hitofuri –bagi para tantou Toshiro- adalah yang paling mereka tunggu-tunggu. Bagi mereka, bertemu dengan saudara tachi mereka, kakak mereka yang selama ini begitu mereka rindukan adalah sebuah keberkahan.
Ichigo Hitofuri akhirnya telah sampai ke benteng mereka.
Betapa mereka begitu mengasihani kekasihnya kelak—EH BUKAN!
Maksudnya, betapa mereka bersyukur bisa berkumpul kembali.
Yagen menghela nafas berat. Sudah hampir satu jam dia menunggu di depan pintu ruangan aruji mereka. Dengan sabar dirinya duduk memeluk lutut dengan bersandarkan dinding. Mencoba mengupingpun tidak ada gunanya. Entah kenapa ruangan aruji mereka dibuat kedap suara.
Tunggu—kedap suara?
ICHI-NII!
Srak!
"ICHI-NII! Kau baik-baik saja kan? Kau tidak diapa-apakan di dalam kan? Kenapa lama sekali bicaranya?" Yagen membombardir kakak berambut birunya yang baru saja hendak hengkang dari ruangan aruji mereka.
Ichigo bahkan belum menutup pintu.
Sraak...
Ichigo menutup pintu dengan pelan, sebelum kemudian berbalik menghadap adiknya, "Memangnya kenapa, Yagen?" tanyanya.
"Jawab saja Ichi-nii, apa yanng Ichi-nii lakukan di dalam? Apa yang Taisho bicarakan?" cecar Yagen, menatap Ichigo Hitofuri dalam-dalam dari balik kacamatanya.
Ichigo terdiam sesaat, sebuah senyum lalu tersungging di bibirnya, "Bagaimana kalau kita bicarakan sambil berkeliling benteng, Yagen," tawar kakaknya yang kini berjalan duluan meninggalkan lingkup ruangan aruji mereka. Mau tak mau Yagen menurut, mengikuti kakaknya yang sudah berjalan duluan.
Haaaaaaaaaahhhhhhh...ROYALS.
...
...
"Jadi?"
"Aruji-sama berniat untuk menjadikanku sekretaris kedua untuk membantu Heshikiri Hasebe karena benteng sudah mulai ramai," jawab Ichigo sekenanya, karena memang itu kenyataannya sih.
Yagen mengangguk, "Hee, begitu rupanya," gumamnya.
Langkah keduanya kini menyusuri serambi rumah yang langsung menghadap ke pohon sakura yang bunganya sedang bermekaran. Di sana mereka menemukan Mikazuki Munechika dan Uguisumaru yang tengah meminum teh dalam diam sambil melihat kelopak sakura yang berguguran. Ekspresi mereka begitu tenang dan menghayati.
Kegiatan yang orang tua sekali.
"Oh~, Ichigo Hitofuri sudah datang ternyata, hahaha..." orang yang pertama menyadarinya adalah Mikazuki, diikuti dengan Uguisumaru yang mengalihkan atensinya pada sosok pedang rupawan bersurai biru yang kelihatan...pangeran sekali.
"Ah, kita bertemu lagi, Ichigo Hitofuri," sedetik setelah melihat penampilannya, barulah Uguisumaru dapat mengingat namanya. Satu-satunya tachi karya Awataguchi Yoshimitsu.
Yah, karena digunakan oleh orang yang memiliki pangkat tertinggi di istana—tidak heran kalau pakaiannya mirip seperti pangeran-pangeran yang digambarkan di shojo manga.
Tapi ketika mengetahui sifat Okatana Yoshimitsu itu...Uguisumaru hanya bisa geleng-geleng kepala.
Semoga kekasihnya kelak diberi ketabahan dan kesabaran.
Eh?
Ichigo lalu duduk di belakang Mikazuki dan Uguisumaru yang langsung memutar tubuhnya untuk menghadap pedang bersurai biru itu, "Senang bisa berjumpa dengan anda berdua, Mikazuki-dono, Uguisumaru-dono," katanya sambil membungkukkan badannya pada dua orang tua itu.
"Hahaha, tidak usah formal begitu—bukankah kita pernah tinggal satu atap, hahaha," kata Mikazuki dengan nada suaranya yang ringan. Sepasang mata heterochromenya menghilang dibalik kelopak matanya yang menutup.
"Ah, kau pasti sedang berkeliling benteng ya," kata Uguisumaru, mengalihkan perhatiannya pada Yagen yang berdiri dari sudut matanya, "Jangan biarkan kami menghalangi petualanganmu, Ichigo Hitofuri," kata Uguisumaru dengan senyum yang menenangkan—tapi Yagen tahu itu kelihatan palsu sekali.
Uguisumaru seperti melempar 'sinyal' pada Ichi-nii—tapi apa?
Ichigo lalu mengulas senyum diplomatik/?/, "Hai',"
...
...
Mereka kembali berjalan menyusuri benteng—kali ini mereka berada di luar rumah. Mereka baru saja dari kebun, dimana mereka bertemu dengan Aizen dan Nakigitsune. Dan sekarang sedang berjalan menuju ke kandang kuda, dimana salah satu wakizashi yang kesukaannya adalah melempar 'Unko' itu tengah bekerja dengan Shishiou.
Berdoa saja semoga Shishiou masih bernafas.
"Jadi,...apakah Ichi-nii dekat dengan Mikazuki?" tanya Yagen tiba-tiba ketika mereka berjalan beriringan. Ichigo dengan masih menatap ke depan menjawab, "Dekat yang seperti apa Yagen?" tanyanya.
Yagen bingung sendiri mau bertanya bagaimana, "Um...etoo...pemilik Ichi-nii dan Mikazuki kan pernah seorang suami-istri—"
"Kami hanya sebatas pernah tinggal di rumah yang sama Yagen...jadi tenang saja," potong Ichigo dengan cepat, tidak enak juga kalau menggungjing seseorang di belakang punggungnya. Nanti kalau insting Mikazuki yang sangat kuat itu menangkap pembicaraan mereka bagaimana?
Lagipula—Mikazuki Munechika itu...
"Mikazuki-dono bukan tipeku, Yagen,"
Kalau Yagen sedang minum, dia yakin pasti akan menyemburkan minumannya saat itu.
Tapi karena tidak, jadi dia hanya bisa menatap kakak berambut biru mudanya itu dengan tatapan kaget, "Bukan?!" entah kenapa dia sangat kaget. Mikazuki kan anggun, indah, cantik...layaknya putri-putri kerajaan./?/
KENAPA?!
Ichigo menghentikkan langkahnya. Jari telunjuknya lalu bertengger manis di dagunya. Yagen masih melihatinya dengan tatapan antisipasi pada ekspresi berpikir pedang tempaan Awataguchi Yoshimitsu itu.
"Um...tipeku itu lebih ke—cantik /tentu saja/, rendah hati, baik, mandiri...um...mengayomi," gumaman Ichigo itu masuk ke telinga Yagen, "—seperti itulah Yagen, hahaha," dan ditutup dengan tawa halus milik Ichigo Hitofuri.
Meninggalkan Yagen yang masih memproses informasi dari kakaknya itu dengan lamat-lamat. Pikirannya juga membandingkan siapa saja pedang yang masuk ke daftar tipe kakaknya.
Cantik?
Semua pedang kan cantik—bahkan pedang yang tak sudi dibilang cantik pun, cantiknya unearthly.
Rendah hati.
Ada beberapa sih, tapi Yagen tidak akan menyebutkannya karena terlalu banyak.
Baik.
Sama, beberapa.
Mandiri.
Pedang yang masih muda berarti—karena pedang sekaliber Mikazuki kita tahu seperti apa pekerjaannya. Kalau tidak minum teh, ya mengganggu pedang lainnya.
Mengayomi.
Ah...kalau yang ini mungkin yang sering menjadi kapten ekspedisi.
WRRRRRRR!
Roda pikiran Yagen berputar.
"—ah...mungkin berambut pirang...uchigatana juga boleh..."
Eh tunggu sebentar—sepertinya tadi Ichi-nii menambahkan sesuatu.
Pirang?
Eeeeeee...ada beberapa sih. Tapi kelihatannya hanya satu pedang yang Yagen tahu rambutnya benar-benar berwarna pirang.
Lalu—uchigatana?
Ah...
Yamanbagiri Kunihiro—kah?
He?
EHHHH!
SELAMATKAN YAMANBAGIRI!
"Ichi-nii!" seru Yagen sambil menolehkan kepalanya dengan cepat ke arah dimana kakaknya berdiri tadi—dia harus menghentikan Ichigo sebelum semuanya terlambat. Tapi...
Wushhh...
Hanya ada suara angin yang menjawab panggilannya.
"ICHI-NII!"
...
...
Ichigo duduk menekuk lutut di depan pohon sakura berukuran besar yang terdapat di bukit tak jauh dari benteng. Matanya mengamati dengan serius hal yang begitu menarik perhatiannya sejak dia menyeberangi halaman benteng mereka yang luas. Jemari tangan kanannya yang bersarung tangan putih itu menopang dagunya. Pandangannya bergerilya pada sosok yang tengah terlelap tanpa pertahanan di depannya.
Mulai dari bawah ke atas—sepasang sepatu putih, celana jersey merah, kaus putih dan...tudung putih yang lusuh?
'Memang sudah musim semi sih, tapi kan masih dingin...' batinnya, apalagi sosok itu hanya mengenakan kaus putih dibalik tudungnya yang sedikit tersingkap—yang kini menutupi sebagian wajahnya.
Tangan Ichigo Hitofuri lalu bergerak melepas jas biru tuanya, untung saja dia sudah melepas atribut perangnya, jadi dia tidak terlalu kesusahan. Tachi tersebut berangsur menyelimutkan pakaiannya ke tubuh atas pedang yang terlelap itu.
Namun perhatian Ichigo teralih ketika melihat helaian rambut sang pedang yang masih terlelap itu mengintip dari balik tudung yang masih menutupi kepalanya. Rasa penasaran menguasai pedang Awataguchi Yoshimitsu itu. Setelah menelan ludah penuh antisipasi, tangan kanannya bergerak ke arah tudung yang masih menyembunyikan wajah pedang di depan Ichigo.
Oh...
Ichigo terdiam ketika tangannya berhasil menyingkap tudung yang menutupi wajah pedang yang masih setia terlelap itu.
Cantik sekali...
Cantik yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata, apalagi dengan surai pirangnya itu. Sebuah kecantikkan yang bisa menghipnotis Ichigo Hitofuri untuk—
Chu!
Mencium bibir merah mudanya.
Blush...
Ichigo menarik wajahnya dengan cepat-cepat setelah itu. Semburat merah tipis terlihat di pipinya ketika menyadari apa yang sudah dia lakukan pada pedang yang masih dibuai alam mimpi itu. Untuk melakukan hal intim semacam berciuman dengan pedang yang bahkan belum dia ketahui namanya—
'Ugh...benar-benar kacau,' batinnya sambil menutup wajah dengan kedua tangannya. Kalau begini kejadiannya mana mungkin dia tidak berusaha bertanggung jawab atas perbuatannya.
Lelaki mana yang tega meninggalkan gadis—ah, maksudnya seseorang, yang sudah dia nodai terlunta-lunta sendirian?!
Prinsip hebat disaat yang salah memang.
Ichigo Hitofuri sudah meneguhkan tekadnya. Di depan sosok Yamanbagiri Kunihiro—pedang bersurai pirang yang baru saja dinodai bibirnya oleh satu-satunya tachi Awataguchi Yoshimitsu itu...
Yagen dan Namazuo menarik kakak tertua mereka.
Ironi.
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.
Yuhuuu minna-sannnnnn...
Ada yang kangen sama ym nggak? /kedip mata/
Yaiss...kayanya baru kemarin ku bilang bakal buat IchiManba, dan gak tau bagaimana prosesnya udah jadi aja chap satunya, wkwkwkwk...entah kenapa ku merasa sakti /#plak/ dan entah kenapa kaya aku itu gak ada kerjaan sama sekali—padahal besok masih ada uas, hasemelehhh
Well, seperti yang udah kujelaskan di Crane's Lover—yang sayangnya kudu komplit karena emang ceritanya sampe situ doang /entah kenapa ini kata mbulet amat/ Pacarnya Pangeran ini ceritanya cuma berisi IchiManba doang, heheheh...
Yah doakan di kemudian hari...tahun depan mungkin...ku ada waktu buat mempertemukan mereka..cinta segitiga /halah bilang aja trisum/ agak membingungan buat ym, hohoho
Well, segitu aja reader-san. Mohon bantuan review reader sekalian untuk jalannya ini kapal IchiManba—umpamain aja tiket masuknya/#DOR/
Salam kapal kita,
ym
