The Last Nexus : Earth

Author : Omaigatou

Disclaimer : All of Character i've write down

Genre : Science-Fiction, Fantasy, Etc.

Rate : M (Explisit Word)

Warning : Another Universe, Multi!Universe, Multi!Anime, Multi!Character, Duplicate!Universe, Dimension Travel, Typo, Time Travel, OC, OOC, and other.

Cerita ini hanyalah fiktif belaka, semua hal yang memiliki kesamaan di dunia nyata dibuat tanpa adanya unsur kesengajaan ataupun maksud tertentu.

Volume 1

.

Chapter 1

Prolog

.

.

.

Kalian tau Big Bang? Sebuah teori awal mula dunia yang dikemukakan oleh salah satu ilmuwan terkenal dunia sekarang menjadi salah satu teori yang paling masuk akal untuk menjabarkan asal muasal terciptanya dunia ini jika dilihat dari segi ilmu pengetahuan. Itu semua benar. Yah... Dari sudut pandang tertentu.

Semua itu berawal dari sebuah ledakan besar, dentuman besar yang memencarkan ratusan ribu juta zat-zat yang pada akhirnya saling berhimpitan satu sama lain. Dan bagaikan debu yang menumpuk, benda-benda itu membentuk hal-hal baru mulai dari bentuk sub-atomik hingga planet-planet berukuran jutaan kilometer. Kumpulan dari ratusan juta benda langit yang terbentuk tadi, secara ajaib bergerak melingkari suatu benda bersinar, bercahaya saking terangnya dapat memanggang planet itu dari jarak cukup jauh. Bintang, benda bersinar dengan bahan bakar gas metana yang entah kenapa terus menerus tercipta. Dari sanalah kehidupan berasal.

Big Bang mengawalmulakan kehidupan dinamis di planet-planet berbagai galaksi. Air, salah satu zat yang tercipta menjadi sumber kehidupan. Suatu planet bertanah yang memiliki air mulai membentuk suatu organisme. Lambat laun, tumbuhan pun tercipta. Sebuah makhluk hidup pasif yang menyerap karbon dioksida, menciptakan oksigen. Berbagai organisme mikro berevolusi. Mulai mendiami tanah dan air. Membesar, seleksi alam, berbagai individu berubah sesuai lingkungan hidupnya. Jauh didalam air, organisme berubah, tumbuh sirip, sistem pernafasan yang bermutasi. Saat mereka mulai berenang, tubuh mereka berubah menjadi lebih pipih, susunan tulang yang berubah, membuat mereka lebih mudah meliuk-liuk di air. Saat mereka perlu makan, tubuh mereka berubah, menciptakan sistem pencernaan, menyesuaikan makanan yang masuk ke tubuh. Disamping itu, mereka yang di darat berevolusi lebih hebat. Organisme tumbuh membesar, sangat besar. Saat mereka perlu berjalan, tungkai muncul dari tubuh mereka. Mereka memiliki cara tersendiri untuk berjalan. Mereka yang memakan tumbuhan tinggi berusaha mencapai dahan, tubuh mereka mengabulkannya, leher tumbuh, memanjang, otot-otot mereka tumbuh. Beberapa makhluk hidup baru berusaha memakan makhluk hidup lainnya, kebutuhan nutrisi yang lebih besar. Mereka berubah menjadi predator, tubuh mereka tumbuh menyesuaikan, gigi runcing, kaki yang kuat untuk berlari kencang.

Jutaan tahun kemudian, spesies itu tumbuh semakin besar. Saling mendominasi rantai makanan. Beberapa makhluk hidup terbang di udara, menguasai langit. Di darat, bahkan ada makhluk berukuran puluhan meter yang bisa menginjak hancur bebatuan besar. Beberapa mulai merusak sekitarnya. Beberapa makhluk bersayap tumbuh menentang hukum alam. Tubuh mereka bermutasi memanipulasi unsur alam. Entah bagaimana, beberapa spesies dapat menyemburkan air dari mulutnya. Kelenjar ludah mereka bermutasi, mampu menyemburkan air berliter-liter sebagai pertahanan. Mereka menjadi makhluk yang menguasai pesisir perairan, langit sekitarnya. Mangsa-mangsa kecil hanya bisa bersembunyi dibawah bayangan makhluk yang lebih besar. Takut pada kekuatan makhluk yang lebih besar.

Selang waktu berjalan, beberapa hewan yang bersayap terbang terlalu tinggi. Ceroboh masuk ke kawah gunung berapi. Mereka hangus terbakar. Sedikit yang selamat, mengalami luka hebat, mereka belajar dari pengalaman. Akibat melewati panas kawah, tubuh mereka mengeras bisa menahan panas yang tiada tara. Kulit mereka bersisik hitam keras, sisik yang bahkan bisa menghadang semburan lava. Lahar panas entah kenapa tidak berpengaruh pada mereka, mereka bahkan dapat meminumnya tanpa kesusahan jika terminum tanpa sengaja. Habitat mereka yang semula disekitar kaki gunung berapi lambat laun berubah, naik ke puncak gunung, mendiami bibir kawah. Seringnya tubuh mereka mencerna lahar panas dan bebatuan arang, tubuh mereka berubah kembali melanggar hukum alam. Mereka dapat menyemburkan lahar. Kemampuan itu terwaris secara genetik kepada keturunannya. Menciptakan spesies baru yang bisa menyemburkan api. Mereka menguasai langit dan menyemburkan api pada mangsanya.

Tentu saja siklus musim tidak dapat dicegah.

Musim dingin tiba. Setiap makhluk bersayap terutama beberapa ras yang berhabitat khusus dipinggir lahar pergi berhibernasi ke daerah lebih hangat, mengamankan telur dan suhu aman bagi tubuh. Penyembur lava terbang berbondong ke daerah hangat. Arah terbang mereka menuju daerah habitat ras penyembur air, penguasa pantai. Pelanggaran teritorial. Tak terelakkan, ras penyembur air melawan ras penyembur api. Pertempuran pertama dalam sejarah. Membabat habis kedua ras hingga tersisa dua di antara keduanya. Kemusnahan kedua ras bergantung pada dua makhluk tersisa. Rantai makanan bergulir, mereka tidak lagi berdiri diatas segalanya. Ras penyembur mulai menghilang seiring lemahnya garis keturunan tersisa. Saat yang terberat telah pupus, masalah yang dibawahnya mulai terlihat.

Muncul satu makhluk yang bisa berjalan diatas dua kakinya. Seisi bumi heboh, setiap makhluk yang telah berkembang intelegensinya mulai mencari tau kebenarannya, mengisahkan pada koloninya. Salah satu makhluk perairan cerdas berusaha berkomunikasi kala bertemu dengan makhluk aneh itu. Komunikasi berhasil. Ada satu makhluk lagi dibelahan bumi lain, serupa dengannya. Bak efek kupu-kupu, perbuatan makhluk yang mencoba berkomunikasi mempengaruhi pikiran makhluk yang berjalan di dua kaki. Dengan bantuannya, makhluk itu bertemu dengan lawan jenis yang serupa dengannya, menjalin hubungan. Pelan tapi pasti, jumlah mereka semakin banyak. Mereka mulai menguasai alam, begitu tamak, begitu rakus. Makhluk itu mempunyai tingkat intelegensi yang sangat tinggi. Mereka membabat habis alam dengan ukuran tubuh mereka yang relatif besar. Hewan non-predator kembali bersembunyi. Keturunan ras penyembur api bangkit melawan, melakukannya sebagai kehendak alam, panggilan dan perintah alam kepadanya. Tak dinyana, garis keturunan yang lemah membuat mereka hanya bisa menyemburkan api dan asap, tak ada lahar panas tiada tara. Makhluk itu mundur, kalah, bahkan beberapa meninggal. Berkumpul, berembuk tentang hancurnya tempat tinggal, beberapa waktu kemudian makhluk dua kaki naik ke gunung, menyerbu membalas dendam. Ras penyembur api kelabakan, hanya ada beberapa yang bisa menyemburkan api, sisanya hanyalah tubuh kosong yang hanya mengeluarkan hawa hangat. Mencoba melawan, ras penyembur api terluka, ribuan makhluk itu menggunakan bebatuan yang dikikir tajam, menggores kulit yang tak sekeras pendahulunya. Ras penyembur api terdesak mundur, turun gunung.

Saat keadaan genting, alam memberikan mukjizat. Ratusan ras penyembur air terbang menuju ribuan manusia. Membanjiri hutan dengan semburan air mereka, bertingkah seolah melindungi ras yang berlawanan darinya. Makhluk itu melawan, memukul kepala penyembur air agar semburannya meleset. Untuk kali ini, kuantitas mengalahkan kualitas. Sedikit demi sedikit, ras penyembur air kalah. Tewas mengenaskan, kulit mereka tak sekeras penyembur api. Dengan sisa tenaga, satu-satunya ras penyembur api yang tersisa naik ke gunung, melompat ke kawah lahar yang biasa mereka endapi. Ia bermandikan lava, meminum lava layak kehausan lima bulan, menelannya rakus.

Dan saat itulah, langit menganugerahkan evolusi terbesar.

Makhluk itu membesar tiga kali ukurannya. Mulutnya meneteskan lava merah, kulitnya retak-retak beralur lava. Uratnya bersinar, darah telah terganti lahar, tanduknya tumbuh membara, tubuhnya menghitam gosong, kulit sekeras baja. Saat ia mengaum, udara berubah menjadi panas, memuai meledak-ledak. Makhluk aneh itu sekarang hanya setinggi tumitnya. Saat penyembur api mengembangkan sayapnya, mengepak, udara panas kawah menyembur makhluk aneh itu. Beberapa yang berada di garis depan mati terpanggang udara, darahnya mendidih. Jumlah mereka langsung berkurang signifikan saat ras penyembur api memuntahkan lahar sebanyak letusan gunung berapi keatas kerumunan ras aneh itu.

Alam menunjukkan kuasanya. Makhluk dua kaki yang tersisa lari tunggang langgang, meninggalkan sanak rekan yang tercerai berai.

Bencana berakhir sudah.

Penyembur api terakhir melengos, mengindahkan penyembur air tersisa, ia terlalu sedih untuk memikirkan soal teritorial. Ia mengembangkan sayap, mengepak ganas menuju pegunungan lain, pegunungan yang tidak menyimpan perasaan aneh baginya. Beberapa waktu kemudian, makhluk itu diberitakan diam di gunung, tak lagi menyerbu predator yang lewat. Kekuatan yang besar membuat tubuhnya tak sanggup menhan dingin bahkan jika malam hari saja. Ia kemudian mencelupkan diri ke lahar menggelegak. Berpuluh tahun gempa kemudian, gunung itu mengatup mengubur ras penyembur api terkuat. Legenda yang tertidur.

Dengan kemampuan komunikasi yang sangat berkembang, populasi ras dua kaki mengalahkan makhluk lain yang lebih dulu mendiami bumi. Jumlahnya ratusan juta. Mereka menggeser populasi makhluk berbahaya. Seiring waktu, ras dua kaki semakin berkembang dan makhluk lainnya terhenti ditengah jalan. Tak ada evolusi, mati satu persatu, punah. Ras dua kaki semakin merusak bumi, menghancurkan apapun. Beberapa ratus tahun kemudian mereka membangun peradaban besar. Menghancurkan segala yang mereka tak suka. Kehidupan berjalan buruk, makhluk yang dulunya disegani di darat menjadi makanan mereka. Tak cukup puas, mereka menjelajahi perairan. Bumi semakin tak terawat.

Hingga kemudian muncullah satu ras baru, terbang mengambang diatas langit, menatap sombong pada ras dua kaki yang menganggap dirinya superior. Jutaan ribu dari mereka berseru-seru, melempari sosok itu dengan tombak batu. Hingga sebuah kalimat yang terpahat di pikiran para manusia itu terdengar dari sosok itu.

"Biarkan Kedamaian Kembali ke Peradilan ini."

Seketika langit berguncang, sosok itu menghilang entah kemana ditelan cakrawala. Gemuruh besar disertai kilat muncul di langit. Batu sebesar gunung muncul tiba-tiba seperti hantu, diselimuti api yang entah kenapa berwarna merah pekat mengekori. Mereka yang dibawah lari terluntang-luntang. Beberapa kilat menyambar ke mereka dibawah. Beberapa berhasil lari menghindar jauh-jauh. Yang tidak beruntung tertimpa bebatuan kecil yang mengikuti batu besar itu.

Dan tak ayal lagi, kerak bumi patah dihantam batu sebesar gunung. Bumi muntah, lahar menyiprat dari retakan tanah. Gunung-gunung rata seketika, gelombang hempas mengerikan membelahnya hingga habis. Satu benua melesak masuk seperti pelat tanah liat yang diinjak. Pasak bumi hancur, tsunami setinggi puluhan kilometer muncul melibas habis semuanya tanpa kecuali. Benua lepas mengambang tercerai berai, air tsunami memenuhi lubang retakan, menciptakan laut. Terakhir, ledakan besar lepas dari batu itu. Bumi semakin tak karuan. Kiamat besar, lapisan ozon menahan dentuman ledakan yang membumbung tinggi. Lalu bumi pun sunyi, senyap. Sosok itu muncul lagi bak ilusi. Melayang menantang bumi yang hancur lebur. Hanya tersisa satu gunung yang bertahan. Gunung itu retak, kemudian muncul makhluk sebesar ratusan meter dari sana.

Makhluk itu mengaum keras. Bangkit dari dalam gunung itu. Tubuhnya hitam dengan uliran merah lava. Mulutnya meneteskan lava cair. Sayapnya mengembang merah membara bak besi panggang. Ia menatap sekitarnya lalu makhluk yang terbang diatas. Sangat kontras. Bumi yang menghitam tandus dengan sosok berjubah putih. Ia mengepakkan sayap, terbang menyamakan diri dengan sosok yang terbang mendekat. Rambutnya pirang, berjubah putih. Makhluk yang mirip dengan ras yang pernah hampir memusnahkannya. Sosok itu memegang kepalanya. Entah kenapa ia tak merasakan ancaman. Rasanya aneh, seperti seorang teman yang berbagi keluh kesah. Ia terbelalak saat menyadari bahwa otaknya terasa aneh. Intelegensinya naik drastis. Tubuhnya membesar hingga puluhan kilometer. Bumi sekarang bahkan terasa kecil. Ekornya bisa mencapai ujung lain bumi sementara tubuhnya diam. Sebelah kakinya bahkan tercelup kedalam palung dalam hingga pangkal yang hanya sebatas lututnya. Sayapnya mengembang hingga melewati langit. Ia menatap titik kecil didepan matanya yang bahkan puluhan kali lipat besar sosok itu.

"Apa... Ini." Suaranya menggelegar. Entah kenapa ia bisa berbicara selancar ini. Lidahnya melunak, pita suara berubah.

"Ku anugerahkan langit dan celah antar galaksi untuk kau jaga. Manifestasimu sebagai makhluk terakhir bumi ketujuh akan kutangguhkan selamanya." Ucap sosok itu. Makhluk itu rasanya ingin mengaum tapi otaknya yang telah berkembang paksa menentang itu semua. Insting hewaninya entah kenapa berubah dan sangat tajam. Bak bisa mengetahui masa depan.

"Siapa kau?" Sosok putih terbang mundur, merentangkan tangan ke sekitarnya.

"Aku bukan siapa-siapa. Aku hanya menjalankan tugas." Lima makhluk hidup yang sekarat entah darimana mengambang disekitarnya. Salah satunya telah makhluk raksasa itu kenali. Salah satu ras penyembur air.

Tubuh yang sekarat bersinar hijau. Luka yang tertoreh sembuh seketika, tulang yang patah tersambung kembali, sel yang layu tersulam baru. Mereka sembuh seketika. Tiga makhluk bersayap dan dua manusia.

"Apa yang akan kau lakukan?" Makhluk raksasa itu berujar. entah kenapa otaknya seperti berputar berpikir.

"Dan datanglah satu kesempatan. Kepolosan, itu bagai tinta yang memoles kertas. Makhluk yang penuh dengan potensi. Akan ada pelurus setiap ada yang berbelok. Akan kutata ulang." Ucap sosok berjubah putih, makhluk raksasa itu menatapnya aneh.

"Apa kau tuhan?"

Sosok itu tergelak. Tiga makhluk yang masih pingsan membesar dua kali lipat.

"Tentu saja bukan. Aku dengan-Nya bagaikan partikel sub-critical dengan bandingan seluruh semesta ini."

"Berarti kau pernah bertemu dengannya." Ucap makhluk raksasa. Sosok berjubah menatap keatas. Matanya menerawang, senyum simpul muncul di bibirnya.

"Itu adalah hal yang paling kuingat."

"Lalu mereka untuk apa?" Sosok berjubah mengalihkan pandangan. Menatap raksasa itu tiba-tiba.

"Wahai! Kuanugerahkan engkau kekuatan." Makhluk raksasa itu terbelalak.

"Aku akan memberimu sebuah tugas. Bukan, ini adalah kewajibanmu selamanya. Kau akan tebebas dari ruang waktu. Kau harus menjaga siapapun yang mencoba keluar dari batas ruang angkasa tanpa izin." Makhluk raksasa itu mengangguk saat menatap mata sosok berjubah putih. Mata berwarna merah, dengan pupil yang berlapis-lapis, bak bulatan kecil yang bertingkat-tingkat besarnya. Pola tetesan air yang mengetuk danau tenang. Ia tak bisa membantah, ia seperti terikat.

"Manusia adalah makhluk terhebat yang pernah Ia ciptakan. Tak menutup kemungkinan bahwa makhluk ini akan berkembang sangat hebat hingga melanggar hukum semesta. Hanya Ia yang tau alasan kenapa makhluk seperti mereka ia ciptakan." Sosok berjubah putih itu mengarahkan tangannya ke dua manusia berbeda gender. Sinar hijau itu menghilang, berganti putih. Dua manusia itu mengambang ajaib menuju sisi-sisi sosok berjubah putih.

"Mereka?" Sosok berjubah putih menoleh kearah tiga makhluk bersayap yang mirip dengan makhluk raksasa di depannya.

"Bentuk kalian sangat mirip, aku akan menamakan kalian ras Naga."

"Itu tidak buruk."

Sosok berjubah menyentuh kening ras yang ia namakan Naga -yang melayang- paling kiri. Sosok itu tumbuh hingga ratusan meter. Kulitnya yang semula abu-abu menjadi merah. Sayapnya membentang luas.

"Dia akan kunamakan Great Red, Merah yang hebat, penjaga celah dimensi. Aku tidak akan menganugerahkan pengetahuan padanya. Biarlah insting Naga-nya yang menuntun."

Sosok berjubah beralih menyentuh Naga putih. Naga itu membesar seukuran Great Red yang ada di sebelahnya. Tubuhnya melunak, terlihat bak kulit Naga yang halus. Sayapnya indah terkulai lemas. Naga itu masih pingsan. Sayapnya terkulai.

"Infinity, Ophis. Aku menganugerahkan kekuatan setara Great Red dan pengetahuan tanpa batas. Ia akan menjadi lambang ketidakterbatasan."

Sosok itu melepas tangannya dan menempelkannya pada Naga yang ketiga, Naga yang hitam. Naga itu membesar tiga kali ukuran Great Red. Dari lehernya, muncul banyak kepala lain yang setiap kepala mempunyai wajah masing-masing. Tanduk yang sangat banyak dan lambang 666 di dada. Tubuhnya dibanding Naga raksasa itu hanya setumit Naga raksasa jika sekarang kaki Naga itu tidak tenggelam ke samudra.

"Ini adalah Trihexa, pelambang kehancuran. Sesuai titah-Nya, dia akan kutidurkan hingga akhir kelak. Ia akan menghancurkan bola-bola yang berkehidupan. Saat tugasnya selesai, kau akan menghancurkannya. Kurasa itu hal yang mudah mengingat ukuranmu itu." Ketiga Naga bercahaya sama seperti dua manusia.

"Lalu apa lagi yang kau lakukan sekarang?"

Sosok itu terbang keatas, lima cahaya makhluk itu mengecil hingga menjadi bulat dan mengejar tubuhnya. Naga raksasa menegakkan tubuhnya, sayapnya mengembang. Sekali tebas, bumi yang dipeluknya tadi berguncang, sayapnya melepaskan kekuatan sangat besar. Satu detik, ia telah berada di luar angkasa. Sosok berjubah terbang tinggi sekali. ia mengepak sayap, mencapai tinggi sosok berjubah putih.

Saat Naga raksasa mencapai posisi sosok berjubah putih, bola cahaya yang mengejarnya telah bertengger melayang melingkari punggungnya.

"Aku akan menciptakan tujuh ruang dan tujuh realitas. Semuanya akan berjalan tanpa saling singgung. Great Red akan berada diantara itu. Ophis akan berada dalam satu dimensi paling berbahaya dan Trihexa akan kubawa ke ujung ruang angkasa." Tubuh mereka seperti melintasi cahaya, menembus bulatan transparan. Ruang angkasa menghilang tergantikan cahaya biru dengan jutaan cahaya putih yang berterbangan kesana kemari. Atas, bawah, kiri, kanan, depan, belakang, semuanya hanyalah ruang cahaya biru. Saat Naga itu berbalik, ada bulatan seperti gelembung sebesar dua kali tubuhnya, berwarna hitam dengan jutaan titik bersinar. Itu adalah ruang angkasa.

Lalu dua detik kemudian, terciptalah tujuh gelembung yang sama besar, sama isinya, berputar mengelilingi gelembung yang tengah. Lalu tujuh gelembung itu dibungkus dengan gelembung lagi sehingga bentuk akhirnya, ada tujuh gelembung dalam satu gelembung raksasa. Satu bulatan sinar masuk ke gelembung itu. Bulatan itu berubah menjadi Great Red, Naga itu langsung terbang mengelilingi sela-sela antara tujuh gelembung. Bulatan sinar kedua muncul ditempat yang sama namun masuk kedalam gelembung yang paling bawah. Cahaya itu berubah menjadi Ophis.

Terakhir, bulatan ketiga masuk langsung menuju ke tengah, tempat ruang angkasa pertama tadi.

"Jadi tugasku dimulai dari sini?"

Naga raksasa itu berucap. Sosok berjubah putih mengangguk, berbalik.

"Aku, dengan otoritasku, melimpahkan tanggung jawab semesta padamu. Draco!"

Naga raksasa mengangguk. Tubuhnya bak noda hitam yang mencemari sekitarnya. Ia dapat melihat kemanapun, ini semua hanya ruang kosong selain apa yang ada didepannya. Intelegensinya yang sangat berkembang memberitahunya bahwa inilah alam semesta. Draco, sebuah nama yang disematkan oleh makhluk yang ia bahkan tidak tau asalnya. Untuk alasan tertentu, ia menyukai nama itu.

"Apa... Kau memiliki sesuatu agar aku bisa memanggilmu?" Draco -Naga raksasa- melemaskan sayapnya. Tak perlu gaya dorong karena tubuhnya mengambang disini. Makhluk disampingnya mengulurkan tangan ke gelembung ruang angkasa. Bulatan sisanya masuk kesana dan entah kenapa menjadi banyak.

"Aku tidak mempunyai nama. Aku hanya sesekali menuju surga, beberapa kali menuju neraka, mereka memanggilku The Only One, Yang satu, tapi kurasa aku tak pantas menggunakan nama itu. Hanya Dia yang berada diatas segalanya yang cocok dengan nama itu." Naga dibelakangnya terdiam. Sejurus kemudian, sebuah ucapan muncul.

"Beyonder." Makhluk itu menoleh pada Naga raksasa. "Kurasa itu nama yang cocok."

"Beyonder yah... Dibelakang semuanya."

Makhluk itu menatap gelembung galaksi didepannya. Tatapannya menerawang jauh ke masa depan. Tujuh galaksi dengan ratusan miliar planet bintang telah ia ciptakan. Sekarang ia hanya perlu menjaga semuanya tetap pada tempatnya. Ia masuk ke gelembung itu diikuti Draco, pemandangan berubah menjadi hitam dengan milyaran bintik cahaya. Mereka memasuki bagian paling luar ruang angkasa, analogikan dengan putih telur dalam telur mentah.

"Akan kuberikan manusia akal pikiran, tubuh yang kuat, serta inti kehidupan yang bisa berbuat banyak pada dunia. Nexus, pecahan kekuatanku akan kuanugerahkan pada yang terpilih oleh jiwaku. Ketika bulatan akan menyatu saling mendominasi, yakinlah apapun masalah itu akan selesai dengan ketulusan."

"Ketujuh dimensi ini suatu saat akan terpecah-belah terpaksa menyatu. Sesuatu yang ada awalnya selalu memiliki akhir kecuali Dia yang tidak berawal maupun berakhir. Pada saat itu, kau tidak perlu terkejut jika ada beberapa yang mungkin mendekati diriku. Draco sang penjaga semesta, kurasa pertemuan kita berakhir disini. Kuserahkan bagian ini padamu. Ada beberapa hal yang harus kuurus."

Naga raksasa itu mengangguk, mengerti. Beyonder, sosok yang berada dibelakang semuanya, memudar. Bak ilusi yang terhapus kenyataan, tubuhnya hilang. Kehidupan lama yang terukir selama ratusan tahun telah berakhir, sekarang telah ditata kehidupan baru. Ia akan menjaga bagian pelindung luar ketujuh gelembung ruang angkasa. Untuk alasan yang tidak ia ketahui, ia lebih memilih untuk keluar ke tempat penuh cahaya. Ketujuh ruang angkasa lengang. Bulatan manusia telah masuk kesana. Ia hanya bisa berharap tak ada lagi perseteruan.

Dan begitulah kesimpulan kisah yang mengawali semua ini. Big bang, dentuman besar membentuk ruang, mengadakan sesuatu yang tidak ada, mengawali kehidupan demi kehidupan, memang jika dipikir bisa masuk akal untuk sebuah teori tanpa adanya bukti. Tapi, sebagai hal yang penting untuk diingat, 'sesuatu' ada karena tercipta, dan 'sesuatu yang tercipta' ada karna diciptakan. Dan saat kita membicarakan ciptaan, itu tak lepas dari penciptanya. Apalah arti sebuah teori dibandingkan kenyataan. Seorang manusia takkan bisa memahami hal yang diluar kuasanya.

Sesuatu ada bukan karena apa, tapi karena siapa.

...

The Last Nexus Volume 1

Earth

.

Omaigatou

...

Bersambung ke chapter selanjutnya...

.

.

A.N

Hello All

Saya mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya karena telah menelantarkan fic saya yang sebelumnya. Sebenarnya chapter tiga itu udah diketik lima puluh persennya dan tinggal menyelesaikannya lagi tapi malah terbengkalai. Yah... Fic yang satu itu memang dibuat tanpa plot karena sekedar melepas penat aja kan? Jadi pas mau ngelanjutinnya bingung.

Dan kali ini, saya datang membawakan sesuatu yang baru. Sebuah fic skala kosmis sebagai obat rasa bersalah saya pada kalian. Saya emang orangnya kurang konsisten. Semoga fic yang ini bisa terus dilanjutin dengan semangat. Amin.

Untuk yang bingung dengan konsep fic ini, saya menggabungkan tujuh konten baik anime maupun film yang bahkan belum saya tau apa aja. Beberapa anime atau film akan punya tujuh realitas sendiri. Mamam tuh... gimana mau ngembangin ceritanya ini...

Untuk anime pertama saya akan mengambil cerita dari anime Naruto tentu saja. Untuk selanjutnya sudah tidak diketahui. Mungkin Highschool DXD yang saya lihat paling top, atau kalian mungkin punya saran?

Author note-nya udah empat paragraf lebih, ntar membebani word. Jadi saya akhiri disini.

Daah! Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menunaikannya