"Baiklah, Uchiha. Sudah cukup! Kau masih tidak mau mengaku?"

"Hn, karena memang bukan aku pelakunya, kan?"

"Sudah jelas kalau kalian—anak laki-laki—yang mencuri seragam kami dan menjualnya. Buktinya ada dalam tas Naruto!"

"Kalau begitu Naruto pelakunya, bukan aku."

"Tapi kau kan, yang menjadi ketua bagi anak laki-laki di kelas ini? Pasti kau otak dari semua ini!"

"Hn? Tidak."

"Jangan main-main, aku serius Uchiha! Jangan boho—"

"—aku tidak bohong. Aku tidak tahu apa-apa. Jadi bisa kau hentikan interogasi bodohmu ini, Haruno?"

"Apa? Cih, mulai saat ini, kami—siswi perempuan—menyatakan perang pada kalian. Dasar kalian pencuri!"

"Hn? Terserah. Tapi aku bukan pencuri."

.

.

.

Disclaimer: Bukan fanfic namanya kalau Naruto punya Michi, kan? Hak cipta Naruto ada sama Masashi Kishimoto

Tapi fanfic ini punya Michi!

T Rated

Sasuke Uchiha x Sakura Haruno

Romance / Friendship / Hurt / Comfort

Warning: OOC, AU, Highschool fic, ide pasaran, etc.

Don't like don't read!

.

.

.

Kalau kau masuk ke SMA Konoha, tepat di ujung koridor sebelah kiri di lantai dua, maka kau akan melihat sebuah ruang kelas. Di depan pintu kelas tersebut terdapat sebuah papan kayu yang bertuliskan 2-A. Kalian pasti bertanya, apa hal yang istimewa dari kelas ini? Sebenarnya tidak ada yang istimewa, hanya…

BRAK!

… pagi itu, tekanan darah para siswi di kelas tersebut lebih tinggi dari biasanya.

"Baiklah, Sasuke Uchiha. Sudah cukup! Kau masih tidak mau mengaku?" gadis berambut merah muda itu menggeram kesal sambil menggerebak meja kayu di depannya. Mata hijau cerah miliknya menatap tajam sosok yang berdiri berhadapan dengannya yang hanya dihalangi oleh meja kayu yang baru saja menjadi korban sebagai pelampiasan emosi sang gadis.

Laki-laki yang baru saja dibentak hanya menatap datar sang gadis. "Hn, karena memang bukan aku pelakunya, kan?" jawabnya santai dan bersilang dada.

"Sudah jelas kalau kalian—anak laki-laki—yang mencuri seragam kami dan menjualnya. Buktinya ada dalam tas Naruto!" teriak sang gadis. Seperti seorang polisi yang sedang menginterogasi tersangka.

"Kalau begitu Naruto pelakunya, bukan aku." Sasuke—nama pemuda itu—berkilah. Mencoba membela diri.

"Tapi kau kan, yang menjadi ketua bagi anak laki-laki di kelas ini? Pasti kau otak dari semua ini!"

"Hn? Tidak."

"Jangan main-main, aku serius Uchiha! Jangan boho—"

"—aku tidak bohong. Aku tidak tahu apa-apa. Jadi bisa kau hentikan interogasi bodohmu ini, Haruno?"

"Apa? Cih, mulai saat ini, kami—siswi perempuan—menyatakan perang pada kalian. Dasar kalian pencuri!"

"Hn? Terserah. Tapi aku bukan pencuri."

Yah, dan dari sinilah, semuanya dimulai.


"Sakura!"

Merasa dipanggil, gadis berambut merah muda itu menoleh. Mencari-cari sumber suara yang baru saja meneriakkan namanya beberapa saat yang lalu. Seketika ia tersenyum saat mendapati gadis berambut pirang panjang yang dikuncir satu dan bermata azure sedang melambaikan tangan dan berjalan mendekat ke arahnya.

"Ino!"

"Hey! Kudengar, kau ikut serta ya, dalam penangkapan tersangka kasus perampokan di Bank Hokage kemarin malam?" Ino menatap Sakura antusias. Mereka bicara sambil berjalan ke perpustakaan.

"Iya," sahut Sakura bangga. "Aku yang menghajar mereka dengan karateku!"

Ino mencibir. "Huh, menatang-mentang anak kepala kepolisian."

"Ck, awalnya aku tidak boleh ikut," Sakura merengut. "Tapi—"

"—diam-diam kau masuk ke dalam bagasi mobil patrol?" Ino memutar bola mata bosan. "Aku tidak percaya ini."

Sakura mengerucutkan bibirnya. "Habis…"

"Wajar saja, kan?" Ino menyela. "Kau kan perempuan. Anak satu-satunya pula, mana mungkin ayahmu mau melibatkanmu dalam bahaya!"

Sakura mendengus. "Tapi kan, aku bisa menjaga diriku sendiri." Ia menerawang, "Ayah terlalu berlebihan…"

Ino hanya bisa menghela nafas. Selain tomboy, sahabatnya yang satu ini benar-benar keras kepala. Selalu berpikir bahwa ia yang benar. Ia tahu, bahwa Sakura bercita-cita menjadi seorang detektif, padahal ia wanita. Bahkan ia memotong rambutnya yang semula panjang sepinggang menjadi pendek sebahu. Hanya karena alasan bodoh, mengganggu.

Tiba-tiba, Ino mengingat sesuatu.

"Astaga, aku lupa!" Ino berteriak sambil memegang kepalanya dengan kedua tangan. Sakura yang berada di sebelahnya terlonjak kaget. Ia menatap horror Ino yang sedang nyengir ke arahnya.

"Apa sih? Kau mengagetkanku, Ino!" Sakura balas membentak Ino.

"Hehehe, aku lupa membawa kartu perpustakaan." Lalu Ino berlari kembali ke kelas.

"He—"

"—kau duluan saja, nanti aku menyusul!"


Sakura menghela nafas, ia belum juga menemukan serial misteri yang ia cari. Padahal, beberapa hari yang lalu ia yakin melihat buku itu di perpustakaan ini.

"Aduh… dimana sih?" ia bergumam sendiri. Jari telunjuknya menelusuri tiap buku di rak satu per satu. "Padahal, dua hari yang lalu masih ada di sini! Hm, apa ada di rak paling atas, ya?"

"Ah, itu dia!" Sakura tersenyum melihat buku yang ia cari. Ia mencoba meraih buku itu dengan berjinjit, tapi sayang, tangan mungilnya masih tidak dapat menjangkau buku itu. Hampir ia menyerah.

Seketika ia terkejut ketika ada tangan lain yang mengambil buku itu. Sakura mendongak. Rambut raven, iris sekelam malam, kulit seputih batu pualam. Sasuke Uchiha.

Sakura mendecih. Mood-nya langsung hilang.

"Kau ingin mengambil buku ini?" Sasuke bersuara. Sebelah tangannya mengangkat buku itu.

Memalingkan muka, Sakura merampas buku itu dari tangan Sasuke "Bukan urusanmu!"

Sasuke mengangkat sebelah alisnya, "Apa itu? Harusnya kau berterima kasih karena sudah kuambilkan."

"Aku tidak mengharapkan bantuanmu!" ucap Sakura ketus. "Untuk apa berterima kasih pada pencuri sepertimu?" ia menunjuk wajah tampan Sasuke tepat di hidungnya.

Empat sudut siku-siku muncul di pelipis Sasuke. Kesabarannya habis karena Sakura selalu menunduhnya atas kesalahan yang tidak ia perbuat.

"Dengar, Sakura Haruno! Bukan. Aku. Yang. Menjual. Seragam. Kalian!" ujarnya dengan penekanan di tiap kata. "Hanya Naruto dan yang lainnya yang melakukannya, bukan aku!"

Orang-orang di perpustakaan segera menatap tajam SasuSaku. Seolah mengatakan jangan-berisik-atau-keluar-kalian.

Tapi mereka tak peduli. Sakura mendengus, lalu ia melipat tangan di depan dada. "Oh ya? Memang bukan kau yang melakukannya, tapi kau yang merencanakan semua!" tudingnya.

"Ukh, dasar jelek! Sudah kubilang bukan aku, kan? Kenapa kau ini bebal sekali, sih?" Sasuke naik pitam, "Kalau kubilang bukan aku ya bukan aku!"

"Apa katamu? Dasar ayam! Ka—"

"—kalau anda berdua tidak bisa diam, silahkan keluar dari sini!" Tiba-tiba sebuah suara menyela perkataan Sakura. Ia adalah kepala perpustakaan, Shiho. Gadis yang memakai kaca mata nyentrik dan rambutnya dikuncir.

Sakura dan Sasuke mendengus, mereka perang deathglare sebelum akhirnya berpisah di pintu perpustakaan.

.

.

.

Bersambung…


A/N: Hanya sebuah ide gila yang melintas tiba-tiba.

Hahaha, inti ceritanya tidak jelas, ya?

Yah, fic ini juga belum tentu bisa dilanjutkan #Plak!

#Kalau gitu ngapain di publish?

Tergantung readers-nya.

Hm, lagi malas untuk banyak omong, nih!

Ok, Michi harap yang udah baca fic ini bersedia meninggalkan jejak berupa review. :)

Review, please?