Kejutan di dalam hidupnya, dicintai oleh orang yang tak pernah ia bayangkan. | OS | warn inside


warn : eyd tidak sesuai kaidah , bahasa agak kasar, bahasa masa kini (banyakan diambil dari dunia rp) cerita gak jelas+ganyambung, banyak iklan, plotless dll. /sebaiknya jangan dibaca karena hanya dibuat saat waktu luang/


.

.

.

.

.

.

.


"Eh, liat tuh! Wil-senpai! Kyaaa!"

Jarum jam tangannya baru menunjuk pertengahan angka 6 dan 7. Masih sejam lagi sebelum masuk sekolah. Cih. Apaan sih ribut-ribut?! Baru juga Kaiko nginjekin kaki ke teritori jahanam bernama sekolah, peserta demonstrasi dari RT sebelah kayanya udah bikin ribut dulu mengganggu membrannya. Sakit telinga―secara literal. Kaiko harap dia bisa ke dokter THT abis ini.

Kota tempatnya menghabiskan waktu dari kecil ini adalah kota Crypton. Kota yang penuh dengan orang-orang nyentrik, gaul, dan tidak waras. Salah satunya, 'peserta demonstrasi'; julukan buat para fangirl (baca : siswi) yang tergila-gila ama cowo di Crypton High School ini. Loh? Emang yang ngefans ama cewe cakep disini gak ada? Ada sih tapi gak seheboh massa siswi remaja. Dibagi menjadi beberapa subrayon―sederhananya kubu―; RT 02 buat Kagamine Len dari kelas 2-3, RT 03 buat Kojina Luki dari kelas 3-31, dan rt-rt yang lain. Siapa yang nyiptain gituan emang? Gatau. Tiba-tiba aja udah kebentuk. Hebat, kan?

Crypton High School sebenarnya hanyalah sekolah menengah atas yang berisikan orang-orang coretnistacoret. Sekolah swasta pertama yang menawarkan tema 'kebebasan'. Pakaian bebas. Aturan seperlunya aja. Pemerintah juga sudah memberi ijin berdirinya sekolah 'bebas' ini. Tapi, gak boleh anjlok banget nilainya pas semesteran. Gak bisa naik kelas entar. Meski beda cerita jika sudah melancarkan uhukfulusuhuk; tapi ini hanya berlaku untuk si kaya. Sekolah ini memang sebenarnya diperuntukkan untuk anak-anak orang penting nan tajir. Bukan berarti orang biasa gak bisa sekolah disini. Bisa kok, asal lulus tes ini dan itu; singkatnya, otak lu kudu encer, wahai rakyat jelata.

"KYAAA!"

Tolong, Kaiko hanya mau ketenangan.

Tak sengaja Kaiko terdorong jatuh di dekat gerbang karena massa kelewat gila. 40% dari murid disini adalah anak pengusaha, artis sinet, ftv, drama picisan, opera sabun dan sebagainya. Sandiwara kehidupan? Ada. Banyak.

Banyak.

Lengkap sudah penderitaan siswi biasa kek Kaiko. Hiks.

"Kaiko! Aku datang menolongmu!" ―dengan jubah assasin, seseorang datang menolongnya. Kawan baik, si Hatsune Miku, penyabet gelar "Best Chuunibyou Actress" dari Panas Dingin Awards tahun lalu. Kurang tinggi dan kurang bahenol―tapi dia cantik, ramah, suka menolong, rajin menabung, dan tidak sombong. Pret. Dia nyeret tangan Kaiko pake tali tambang. Kaiko ga protes. Loh kenapa dia mau aja diseret-seret gitu?

Kaiko udah lemes liat pemandangan gini tiap hari, plis. Jadinya gakuat berdiri lagi.


Di dalem pun sama. Populasi mengerikan manusia jenis wanita menuh-menuhin koridor atuh. Kaiko ngepout bibir kaya ikan cucut. Sedangkan Miku sibuk nyingkirin orang pake sabit imitasi dari sisa pralon ―buat jalan mereka menuju kelas. Hemat, gan.

Oh, lupa. Di sekolah ini aturan memakai pakaian sedikit dibebaskan asal masih memakai kemeja putih. Contohnya Miku itu. Kaiko sebagai siswi yang baik masih manut tata tertib. Gamau ikutan aneh kek temen-temennya.

"Kaiko? Miku?"

Makhluk kuning berhias pita putih gede―beneran gede buat ukuran kepalanya yang kecil. Tapi, itu ga penting― menyapa mereka. Rupanya ia juga sedang membuka jalan menuju kelas dengan perjuangan serupa. Ia hanya melakukannya secara manual dengan kedua tangannya.

"Hai, Rin! Mana Len?" Balas Miku duluan. Kaiko cuma bergumam pelan dan tetap berjalan di belakang Miku like a boss. Jadi, Miku bukain jalan dan dia tinggal nunggu gitu. Kamfret, kan.

"Len udah berangkat pagi. Mungkin dia sudah di kelas sekarang. Mau menghindar dari amukan massa."

Kenalin, Kagamine Rin. Sekelas juga ama Kaiko dan Miku, kelas 2-3 disini. Saudara sehidup semati sama Len. Biasanya dia penuhin iklan di tivi. Mereka ketemu secara dramatis waktu MOS; gimana gak dramatis, ketemunya aja pas dihukum nari india bareng dengan lagu pengiring kucek kucek hora hee.

Jadi sekarang gini urutannya; Rin dan Miku bukain jalan dan Kaiko nunggu di belakang mereka.

Disaat sedang melakukan pembukaan jalan secara paksa, tiba-tiba saja speaker yang terpasang di tiap sudut ruang berbunyi. Termasuk koridor. Semua diam sejenak.

NGIIIIIIIIIING!

PLAK!

"Nyamuknya lari wei!"

Semua swt. Termasuk peserta demonstrasi.

"Diem lu coeg! Gue mau tangkep tuh nyamuk!" ―plak!

"Pipi unyu gue kena bego!"

Swt season dua.

"Eh, speakernya nyala tong!"

NGIIIIIIIIIINNNNGGG

Apa itu nyamuk lagi?

"Perhatian semuanya! Ini pengumuman penting!" ―oke, keknya serius jadi semua diem.

"Luka-senpai! Tolong terima aku, Nakajima Gumiya dari OSIS!"

Bah.

Suasana gaduh kembali.


.

.

.

.

.

.

.


"Oi, Gumiya! Enak aja lu make properti sekolah!" ―kayanya yang satu ini waras.

"Napa sih, gapapa keles. Fasilitas sekolah harus dimanfaatin." Bela Gumiya. Mubazir men kalo ruang broadcast kagak dipake. Jempol buat lu, Gum. Author gitu juga soalnya.

"Tapi itu bukan berarti kau bisa menggunakan semua ini seenaknya saat kau jadi Osis!" ―bijak banget. Siapa sih orang ini?

BRAKK!

Pintu terbuka dengan tidak elitnya. Seseorang yang membuka pintu langsung teriak tanpa diminta,

"CABUUTT! NYAI LUKA MAU NGULITIN LO GUM! DIA BAWA PESOO!"―langsung lari abis kasih woro-woro.

Mampus.

Eh btw siapa sih tadi?

Nyai Luka sudah bergerak. Ganti.

Megurine Luka dari kelas 3-2. Sering dipanggil nyai/kanjeng Luka karena rumornya suka makan melati. Gatau melati? ggrks aja ya. Entar gak kelar ini.

Oke, balik ke kanjeng Luka. Mari dijelaskan dulu ciri-ciri fisiknya. Sekitar matanya item. Bibirnya pucet. Rambutnya pink―kontras ama dandanannya yang mau nyaingin alm. Susini. Kukunya hitam panjang. Terduga pemimpin klub sekte rahasia―berdandan serem dengan lambang lingkaran mutasi di punggung jubahnya ―tunggu, sepertinya author ingat sesuatu. Tapi, itu tidak penting. Meskipun dia dandannya angker mulu, justru itu yang bikin Gumiya makin tertarik dan ingin mendekati Luka.

"NYAI LUKA MAU KEMARI?!" Orang bijak itu ikutan panik. Gini nih gak enaknya sohiban ama Gumiya. Dia pasti juga bakal kena getahnya.

"Apa? Luka-senpai kemari?!" Gumiya menunjukkan reaksi berbeda; berbinar. Gak inget dia kemarin diiket di lintasan kereta api sama kanjeng Luka. Maso detected. Untung aja Yuuma dateng nolongin. Kurang baik apa coba si Yuuma ini. Oh, namanya Yuuma toh.

Sang tokoh bijak mengguncang bahu sohibnya pelan, "Gue gak mau terlibat, Gum! Tanggung jawab lo ama hidup gue!"

"Yaelah, Yum. Emang gue ngapain elo sih?" Gumiya nyengir makin gak jelas. Yuuma berlari menuju ke arah pintu mau kabur, tapi Luka mencegatnya duluan dengan berdiri di depan pintu. Sang tokoh bijak bernama Yuuma langsung nelen ludah.

RIP Yuuma.

Eh?

Belum?

Oke, segera setelah yang satu ini.


Vocaloid © Yamaha Corp. , Crypton, dll

Aku Cinta Kamu! dari Panda Dayo

Rated : T buat bahasa awsom

Genre : Friendship-komedi, rada romens


.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.


"Gue gak jomblo! Gue cuma lagi terikat sama kebebasan!"

Lain ruang broadcast di atas, lain pula di kantin yang terletak tepat di bawahnya. Posisi kantin berada paling bawah gedung timur. Di atasnya ada ruang broadcast, di atasnya lagi ada letak ruangan kelas tiga. Kantin yang lebar dikali panjang dikali tinggi dan tersedia banyak tempat. Ada satu sisi kaca―sekitar lima meteran tingginya, jadi ruangannya kerasa luas― yang menghadap langsung ke lapangan dan gedung kelas dua di seberang. Jadi, cahaya yang menyinari kantin masuk merambat kaca. Murid-murid lagi antri makan pagi.

Sebagian kecil anak kosan sih―selain artis cakep. Dan semuanya itu ada dalam satu paket; Utatane Piko. Artis papan triplek karena keunyuannya yang luar biasa. Dia pernah dimintai tolong jadi model iklan celana da―bukan. Maksudnya iklan sabun―eh bukan juga. Dia pernah jadi model iklan promosi maskot kota Crypton. Iklannya ini sukses menarik artis-artis bau kencur kemari. Salah satu penarik―sekaligus penyegar mata. Dan karirnya dimulai saat ia ngekos disini waktu SMP, merantau dari prefektur makanan. Rejeki emang gak kemana vroh.

"Yaelah, sama aja bro!" Seseorang di sebelahnya menyahut setelah menghabiskan roti melonnya. Namanya Muyo. Iwashima Muyo, sesepuh klub Otaku di sekolah ini dan tukang emblep nomer wahid roti melon di kantin. Dia tadi habis lari-lari dari kanjeng Luka yang sedang menuju ruang broadcast di atas. Dateng-dateng udeh beli romel ―roti melon trus dihabisin sekali lebb. Mungkin dia lelah.

"Si kanjeng Luka makin angker. Gue heran napa Gumiya masih suka ama tuh cewek." Lanjut Muyo lagi. Piko setuju sama opini Muyo. Sayangnya, virus maso sudah melekat di diri Gumiya. Jadi―

"AAAAAARRRGGGGHHHHHHHH!"

Kasak-kusuk di kantin hilang seketika saat mereka melihat ijo-ijo terjun begitu cepat melalui kaca.

Ijo?

Itu Gumiya yang lagi terjun bebas―diduga dibuang Luka melalui jendela―dari ruang broadcast di atas.

'Gue gak liat.' Semua melanjutkan sarapan kembali.

Jahat memang.


Kembali pada Kaiko, Rin, dan Miku egen.

Mereka berhasil masuk kelas setelah berjuang bersama menembus kerumunan tak terkendali―sebenernya minus Kaiko. Lha wong dianya kagak ikut bantu― dan berhasil masuk kelas jam tujuh lebih dua puluh. Gile dah. Kelas mereka ada di lantai tiga gedung barat. Trio warna itu pun duduk anteng di bangku masing-masing.

"Lelah y―"

"AAAAARRRRGGGGHHHHHH!"

Satu teriakan mengenaskan dari gedung timur mengawali pagi ini.

"AAAAARRRRGGGGHHHHHH!"

Bukan satu, tapi dua.


.

.

.

.

.

.

.

.


Gumiya berhasil selamat dari acara 'Terjun Maut Menuju Pintu Surga―bersama Kanjeng Luka' . Dia juga gak ngerti, tapi syukur dia masih idup. Gumiya bernafas lega. Tapi saat ia mencoba bangun dari posisi telentangnya...

Punggungnya tak bisa bergerak.

Sakit.

Mati rasa.

Oh, apa Gumiya akan mati konyol?

Apa dia akan mati karena dijatuhin begini sama gebetan anehnya, kanjeng Luka? Gumiya gak mau mati dulu sebelum Luka nerima perasaan dia. Salut buat cowok satu ini. Tapi masalahnya dia gak bisa bangun sekarang. Dia kudu gimana?

"Gum!" ―bantuan berupa tali tambang panjang datang dari lantai kelasnya di atas menuju ke tangan Gumiya. Kelasnya ada di lantai atas ruang broadcast btw. Tinggi amat itu gedung sekolah? Bocoran, ada sepuluh lantai di gedung timur dan barat. Kelas satu dan dua ada di gedung barat, dan kelas tiga ada di gedung timur deket kantin. Sialan. Gedung kesenian di utara cuma lima lantai, dan gedung ruang klub ada di selatan yang cuma empat lantai.

Itu sohibya, si Yuuma. Gumiya terharu, temennya masih mau peduli sama orang kek dia. Meski caranya kelewat ekstrim.

"Bentar lagi masuk Gum! Raih talinya!" Seru Yuuma. Gumiya berhasil meraih tali itu dengan kedua tangannya. Ia berhasil diangkat meski sakit punggung masih mendera punggungnya. Tangannya juga terasa sakit berusaha bertahan pada tali. Tapi..dia bakal balik ke kelas, kan?

Mata Gumiya menangkap sebuah benda tajam memotong talinya dari jendela ruang broadcast.

"AAAAARRRRGGGGHHHHHH!"

Gumiya yakin dia bakal gak masuk sebulan karena punggungnya patah.

Luka kelepasan motong tali yang dipake buat nyelametin Gumiya dari atas. Padahal rencananya dia cuma mau lempar pisau ke gedung seberang karena saingannya; Hatsune Miku ada di gedung seberang. Dia kelewat ngelempar ceritanya. Luka langsung nengok ke bawah, liatin Gumiya tergeletak tak berdaya sambil terbatuk-batuk karena debu.

Yang sebenarnya terjadi tadi :

Luka masuk ke ruang broadcast tanpa peduliin Yuuma. Yuuma memanfaatkan kesempatan dengan ngacir secepat pelindung mata dengan jarak tempuh 4,2 sekon/36 yard. Gumiya yang awalnya berbunga kaget ngeliat kanjeng Luka bawa pisau.

"Luka-senpai! Ya-yamete kudasai!.."

Tanpa menjawab Luka justru makin mendekat dengan tatapan tajamnya. Gumiya berjalan mundur dan Luka semakin maju. Gumiya yang takut, gak sadar makin mundur mendekati jendela dan pinggangnya keluar batas yang ditentukan. Padahal niat Luka mau nusuk orang gedung seberang.

Sejahat-jahatnya Luka sama Gumiya, dia gak tega liat Gumiya jatuh kedua kali. Dia inisiatif turun ke bawah dengan melompat langsung. Tenang aja, dia punya banyak ilmu untuk diamalkan. Tudung hitamnya terbuka karena angin. Memperlihatkan rambut panjangnya yang selama ini ia sembunyikan dari orang-orang. Dan juga..

Roknya ikut berkibar/?

Gumiya nosebleed hebat di tempat. Sebelum akhirnya kaki Luka menginjak perutnya dan membawanya menuju rumah sakit.

Rejeki emang gak kemana.


.

.

.

.

.

.

.


"Luka-senpai?" Miku heran ngeliat Luka lompat dari jendela ruang gedung seberang. Ada apa ya?

Loh? Kenapa dia nolongin makhluk―nista―ijo di bawah? Bukannya Luka-senpai benci ama Gumiya? ―Miku membatin heran.

"Apa sih Mik liatin jendela mulu?" Kaiko mengernyit.

"Nyai Luka nolong makhluk nista itu. Apa gue salah liat?" Miku kedip-kedip cantik.

"Hah? Siapa?" Kaiko kepoan ih..

"Si Gumiya dari Osis. Anak kelas 2-2." Miku menjawab dengan jujur.

"Kakaknya Gumi yang artis itu yah?" Kaiko mulai konek.

"Eh, pinjemin pr mate lu pada dong." Seseorang tiba-tiba aja nongol di depan meja Kaiko dan Miku (mereka sebangku)

"EH MUNYUK!" Kaiko dan Miku kaget di tempat. Latah bareng pula.

"Munyuk ndas lu! Gue Ring! Suzune Ring! Inget nama temen sendiri dong!" Manusia tanpa hawa keberadaan (?) itu menunjuk nametag di kemeja putihnya.

Suzune Ring, anak pengusaha sendal jepit. Tapi jangan salah, dia yang paling modis dari sekian banyak murid aneh. Kemeja putihnya rapi dan dimasukin ke rok item di bawahnya yang panjangnya sedikit di atas lutut. Rambut biru panjangnya wangi apel, tangannya bau lemon, dan kakinya bau kayu manis. Entah pakai perawatan macam apa dia. Yang jelas kesan 'clean and tidy' tergambar sempurna oleh Suzune Ring.

"PR? Emang ada?" Miku malah balik nanya.

"Ada, buku paket halaman 38." Ujar Kaiko sembari mengeluarkan bukunya. Kalau ini manga, pasti mulut Miku udeh jatoh ke bawah dan bertemu lantai dengan mesra.

"GAADA YANG BILANG!" Miku nggebrak meja.

"Makanya catet di jidat lo." Kaiko nyentil kening Miku karena geregetan.

"Gue nyalin cepet deh!" Suzune naruh bukunya sendiri di meja Kaiko dan mulai menyalin dari buku PR Kaiko. Dia sadar harus menghemat waktu sebisa mungkin karena bel masuk akan berbunyi lima menit lagi.

"Gue ikutan nyalin ya!" Miku ngeluarin buku tugasnya.


Bel istirahat bunyi. Anak-anak yang belom sempet sarapan bisa mengakses kantin kembali. Tenang aja, persediaannya banyak. Kecuali roti melon edisi terbatas tadi pagi yang udah diborong Muyo.

"Rambut es krim!"

Muyo mandeg. Dia noleh, alisnya bertaut karena kesal.

Apa tadi? Rambut es krim?

Siapa sih?! Berani-beraninya panggil dia rambut es krim! Dia itu sesepuh klub Otaku disini! Gak menghargai amat! Panggil Muyo aja juga gapapa, Muyo juga gak perotes kalo dipanggil dengan nama kecil.

Siapa yang―

Muyo mengurungkan niatnya memaki tersangka pencemaran nama baiknya, begitu tahu siapa yang memanggilnya.

Nyai Luka.

Muyo banjir keringet dingin seketika. Tubuhnya kaku di tempat. Ga bisa bergerak saking takutnya. Kakinya lemes banget. Kami-sama, tolongin dong..

"Rambut es krim! Oi!" Luka semakin mendekat ke arahnya. Muyo liat bawah kakinya yang udah basah dan keringatnya sudah menggenang. Kenapa dia kaya orang ngompol begini, sih? Eh, apa dia beneran ngompol ya? Badannya masih gemeter. Terus rasanya celananya basah.

Anjrit!

Luka makin mendekat. Muyo hanya memejamkan matanya karena ketakutan luar biasa. Tadi dia liat Luka bawa pisau dapur, apa tadi Gumiya dibunuh terus dibuang dari ruang broadcast? Apakah ini yang namanya pembalasan? Eh, tapi tadi dia udah berusaha menyelamatkan Gumiya dan Yuuma, kok. Terus kenapa dia jadi kasihan ama Gumiya?

Bawah kakinya semakin basah. Muyo udah doki-doki gitu. Tapi, ia mendengar langkah kaki kanjeng Luka makin menjauh.

Apa dia sudah aman?

Apakah hawa keberadaannya setipis cowo baby blue di anime basket yang terkenal itu?

Muyo membuka matanya perlahan, dan mendapati Luka berbincang dengan Kaito-senpai dengan jarak beberapa meter di depannya. Muyo menghela nafas lega. Tapi ia teringat celananya basah.

"Kampret!" Muyo langsung ngacir. Siapa ya yang ada jam olahraga hari ini? Muyo mau pinjem sekalian betewe.

Hufft.


"Le-lepasin! Hmmpphh!"

"Buka mulutmu lebih lebar, Kagamine Len!"

"Mmmmpphh!" Mulut Len terasa penuh.

"Cepetan! Keburu bel masuk!"

Tunggu, tunggu, apa yang sebenarnya terjadi?

"Uhuk...uhuk...Rin..gak usah segitu juga masukin rotinya! Gue bisa makan sendiri!" Seru Len yang udah nelen jatah rotinya. Rin kebangetan. Mentang-mentang Len makannya lamban terus Rin nyumpelin aja tuh roti. Len penganut paham biar lambat asal selamat. Jangan-jangan ntar ada staples atau apalah di rotinya? Makanya ia makannya pelan-pelan. Kalau Rin mengaku mengikuti paham siapa cepat dia dapat.

―Kok jadi bahas siapa-penganut-paham-apa ?

Oke oke ,tenang.

"Abisnya Len susah makan sih." Miku nimbrung di meja Rin. Kaki bersila kaya bos warung pecel lele.

"Miku! Kau sama saja!" Len nadanya ngebentak, tapi matanya berkaca-kaca.

"Len makannya pilih-pilih sih!" Kaiko ikutan ngerumpi di dekat meja Len.

"Oh iya katanya tadi pagi Gumiya masuk UGD, ya?" Ring nyamperin mereka.

Eh, kok Len ngumpul ama gadis-gadis, sih? Mau jadi harem kau nak?

"Tadi pagi aku lihat dia terjun dari ruang broadcast di gedung seberang. Eh, tau gak? Luka-senpai lho yang nolongin makhluk ijo itu!" Miku menimpali. Senangnya ya merumpi.

"Lo yakin itu Luka-senpai?" Rin ikutan.

"Demi kolor polkadot Len, seriusan." Miku menyahut asal. Loh? Darimana Miku tahu Len punya kolor polkadot?

"Kok bawa-bawa kolor gue sih! Lagian gue gak punya kolor polkadot!" Elak Len.

"Bukannya kau memakainya hari ini Len?" Rin selaku saudara dari fase oek-oek (bayi) jelas tahu kegiatan Len sehari-hari. Sampe Len pake kolor warna dan motif apa, Rin juga tahu.

"Tukang ngintip! Rin mesum!" Len ngebentak lagi tapi wajahnya merah gimana gitu, kaya ada manis-manisnya...

Eh, berarti Len punya kolor polkadot, 'kan?


Piko lagi mengadakan acara nyante di halaman belakang sekolah yang lumayan luas. Dengan modal laptop, dia mencari spot yang sinyalnya paling banter. Oh, pencuri wi-fi toh.

Dan aksinya ini biasanya dilakukan bersama Gumiya ―biasanya. Tapi ia melihat kondisi Gumiya yang mengenaskan karena terjun bebas dua kali.

Piko lagi asik-asiknya main game online yang lagi naik daun, YOSU. Game ini mainnya hampir sama kaya Kuetar Hero, cuma ada beberapa 'versi' cara main. Pertama, menggunakan keyboard menekan tuts-tuts imajiner di layar. Ada yang 4k, 5k, 7k, dan yang paling sulit 8k. Terus ada lagi versi Taiko kaya nabuh bedug gitu. Lalu ada yang versi menangkap buah-buahan jatuh dari atas, dan yang terakhir adalah bentuk asli game YOSU itu sendiri. Kalau yang ini lebih baik pakai mouse, touchpad, atau setidaknya gadgetnya berbasis touchscreen agar lebih mudah mendapat poin. Tapi, daya tarik yang paling menarik dari YOSU adalah kau bisa ikut membuat map dari lagu favoritmu. Katanya si Muyo, game ini lagi populer di kalangan Otaku karena banyaknya lagu OST Anime disini.

Btw sekarang Piko udah level 37 sejak dia pertama kali memainkannya tiga bulan lalu.

"Piko! Gue pinjem baju olahraga elo! Gue lupa kaga bawa!" Muyo nongol tiba-tiba di sampingnya.

"Hmm.." Piko masih sibuk main multiplayer. Iya, game ini bisa multiplayer dengan maksimal jumlah pemain adalah 8 orang. Mainnya pun bisa individual maupun team. Seru, kan? Piko lagi berusaha menang di lagu yang berjudul "Despair Rotation" dari ZTB48 (Zetsubou)

"Makasih ya Pik!" Muyo langsung cabut. Padahal Piko belum jawab ya apa enggak soalnya masih fokus sama game-nya.


Luka kembali ke kelasnya dengan tenang. Rumor menyebar dengan cepat rupanya. Seisi kelas memandanginya dengan tatapan aneh. Tapi Luka tidak peduli. Ia merasa tidak pernah melakukan apapun pada mereka. Jadi dia hanya duduk di bangkunya yang terletak di pojok seusai istirahat. Ia menggeser kursinya dan menempelkan pantatnya untuk beristirahat. Mengantar Gumiya ke rumah sakit yang letaknya tidak terlalu jauh membuat Luka bisa kembali dengan cepat.

"Dia mengerikan, ya?"

"Kenapa dia bisa masuk ke sekolah elit ini?"

"Ssst! Dia anak perdana menteri!"

Luka hanya mengabaikannya dengan menatap langit biru di atas sana.

Hari sudah sore. Miku, Kaiko, Rin dan Len jalan bersama menyusuri koridor. Mereka membahas tawaran pekerjaan yang baru saja diterima Miku tadi untuk sebuah iklan sirup melalui telpon dari manajernya tadi.

"Sirup rasa apa?"

"Rasabayar.. Rasatuku.."(Gak usah bayar, gak usah beli)

"Kampret dah lo."

Mereka berhenti ketika berpapasan dengan Luka yang baru keluar kelas. Koridor hanya menyisakan mereka sekarang. Dan diduga, Luka keluar paling akhir karena sepertinya tak ada murid lagi yang keluar dari kelasnya.

"Luka-senpai..." Miku mengibarkan jubah assasin miliknya. Betah banget sih makai begituan.

"Miku. Maaf, aku ada urusan..." Luka berlalu begitu saja. Membenahi tudung hitamnya dan berlari menjauh. Padahal biasanya ia bertarung dengan imajinasi sebentar bersama Miku. Karena kebiasaannya itulah Miku dapet penghargaan sebagai aktris chuunibyou terbaik tahun lalu.

"Tumben. Luka-senpai kenapa ya?" Kaiko masih aja kepoan.


.

.

.

.

.

.

.

.


Yuuma baru saja menutup loker. Ia juga membawa tas Gumiya bersamanya. Berniat mengunjungi sahabatnya di rumah sakit, tadi Luka sudah bilang kalo dia membawa Gumiya ke rumah sakit. Yuuma sebenarnya juga tidak mengerti mengapa sahabatnya kepincut sama Luka yang katanya penganut aliran hitam. Cinta memang buta, huh?

Yuuma berjalan keluar gedung berniat melintasi halaman sekolah yang sepi. Tapi matanya menangkap sesuatu di dekat gerbang yang lumayan jauh dari tempatnya berdiri.

Pakaian serba hitam, dengan tanda lingkaran mutasi di punggung jubahnya...

Bukankah itu Luka? Yuuma menyipitkan mata untuk memastikan.

"Pok ame ame belalang kupu-kupu! siang makan nasi kalo malem mati suri! " ―ponselnya Yuuma berdering. Harap maklum pembaca sekalian, Yuuma emang cuma orang biasa yang kebetulan dapet beasiswa di sekolah kelewat elit ini. Dia ngekos di perempatan yang berjarak sekitar satu kilometer dari sekolah. Oh, pantesan ringtone-nya ngenes gitu.

Yuuma segera mengangkat panggilan karena gak ada namanya.

"Moshi-moshi..?" Yuuma menunggu jawaban.

"Yuuma-san.." Suara lembut terdengar. Mirip operator. Yuuma curiga dia ditagihin operator karena belum bayar utang pulsa bulan lalu. Iya, Yuuma pakainya yang pascabayar. Jadi kaya ngutang dulu ke service provider.

"Ini siapa ya?" Yuuma nanya. Dia nyusun berbagai alasan bedebah buat menghindar kalau ini emang dari operator.

"Aku Megurine Luka..."

DEG!

Darimana kanjeng Luka tahu nomornya? Jantungnya memompa lebih cepat. I-ini dari nyai Luka? Eh, tapi kan nyai Luka ada di dekat ger―

Yuuma melihat Luka tersenyum ke arahnya dari kejauhan. Yuuma merinding beneran. Tapi, dia memberanikan diri bertanya,

"A-ada apa ya, Megurine...*gulp* san...senpai...?" Yuuma nelen ludah saking takutnya. Dia bisa melihat Luka tersenyum makin jelas.

Yuuma terbelalak lebar mendengar jawaban Luka. Ponselnya terjatuh dan Luka sudah berjalan pergi. Angin sore menerpa rambutnya dan membuat debu sedikit beterbangan macam dorama. Yuuma masih diam. Tidak mau mempercayai apa yang diucapkan Luka melalui telfon barusan.

PUK

"Yum? Gak pulang?" Seseorang menepuk pundaknya. Yuuma tidak menyahut, masih memikirkan perkataan Luka tadi.

"Woe Yum, ini gue Muyo. Temen beda ibu beda bapak sama lo." Muyo berusaha menyadarkannya.

"...can..."

"Hah?" Muyo gak denger gumamannya Yuuma.

"...―senpai ngajak gue kencan..." Masih dengan bergumam. Muyo cuma denger kata 'kencan' karena Yuuma lebih mirip orang ngedumel.

SYUUUT

BRUKK!

"Yum! Kenapa lo pingsan?! Bangun Yum, bangun!"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Aku mencintaimu, Sakaguchi Yuuma. Mau kencan denganku malam ini?"

.

.

.

.

.

.

.

.

.


End/?


A/N :

Anda sudah baca sampai selesai? Apa? Kecewa? Kan sudah saya peringatkan. Ini penuh kegajean XD /ditabokinreadersatusatu/

Selamat berpuasa bagi yg menjalankan XD sengaja dipanjangin wordsnya buat nemenin ngabuburit/g

Panda permisi (v눈_눈)v