Fandom: One Piece
Disclaimer: OP © Eichiiro Oda
Genre: Drama/Angst
Character: Portgas D. Ace
Warning: drabble, 3rd's POV, modified-canon. DLDR! First fic at this fandom.
.
—Recide—
© Matsura Akimoto
[ —dan dia hanya perlu duduk dan menunggu. ]
.
Ace hanya perlu duduk dan menunggu.
Di balik tembok ini matahari dan bulan melewatinya. Tak ada yang istimewa. Rasanya sama saja seperti saat dia berada di luar sana (—namun di luar sana menyenangkan dan tidak pengap seperti di sini).
Tik. Tok. Tik. Tok.
Dan waktu bagaikan menginjak-injak harga dirinya dengan suara detik jam tersebut (yang tidak pernah berhenti semenjak Ace dipaksa ada di sana). Semakin waktu menginjak-injaknya, semakin dia mendekati waktu di mana darah akan membanjiri lapangan eksekusi.
Dan semuanya akan membisu. Semua akan berubah menjadi hitam putih. Semuanya akan berduka.
.
Ace hanya perlu duduk dan menunggu.
Ketika saatnya tiba, dia berhenti menunggu sejenak. Dia berdiri dari duduknya.
Ada rasa euforia yang mengelilinginya—tidak, bukan darinya, tetapi dari orang-orang yang menginginkan riwayat hidupnya berakhir di tangan mereka. (Tidak mungkin dia menginginkan hal seperti itu.)
Pengorbanan bukan berarti keinginan. Ace tahu itu.
Dia hanya perlu tersenyum, meski beberapa saat lagi dia takkan berada di sini lagi.
Dan semuanya akan bersedih ketika melihat senyuman terakhirnya.
.
Ace hanya perlu duduk dan menunggu.
Meski dia tidak sedang duduk (kesakitan, malah), dia tetap setia menunggu. Dan dia masih memamerkan senyumannya yang ramah (—yang dibanjiri muntah darah dan segalanya yang berhubungan dengan rasa sakit dan pedih dan pasrah).
"ACEEEEEEEE!"
Senyumnya makin mengembang ketika adiknya (yang bukan kandung)—Monkey D. Luffy—berteriak sedih padanya. Semua yang ada di sana menyorotkan tatapan sedih padanya, sedangkan sisanya malah tertawa keji.
Ace sangat tahu; yang seperti inilah yang diinginkan para musuhnya. Dan dia hanya bisa tersenyum (dan menunggu, lagi) karena telah mengabulkan permintaan banyak orang.
"Hei, jangan berse—uhuk—dih begit—uhuk…"
Tidak. Tidak ada yang mendengar bisikannya.
Sementara Luffy masih meraung-raung menangis, Ace semakin menutup matanya. Rasanya sangatlah nyaman (—dan menyakitkan).
Semuanya bersedih. Semuanya berduka.
(Sama seperti apa yang sedari dulu ia duga.)
.
Ace hanya perlu duduk dan menunggu.
Semuanya menjadi putih; di mana hanya ada dia dan beberapa orang berjubah. Rasa sakit di sekujur tubuhnya telah hilang. Orang-orang berjubah itu membawa sabit, meski mereka datang bukan untuk membunuh Ace.
Bodoh. Tidak mungkin makhluk yang telah berubah seperti Ace dapat dibunuh seperti manusia. (Meskipun dia pemakan buah setan, namun sekarang serasa tak ada artinya.)
"Ikutlah dengan kami," salah satu dari mereka berbisik, yang berdiri paling dekat dengan tempat duduknya. Ace hanya tersenyum sebagai responnya.
Dan kemudian lelaki yang identik dengan api tersebut berdiri dari duduknya. Ia telah bersabar. Ia telah menunggu sejak lama. Ia telah mendapat balasan termanis.
(Dan manis itu tak ada artinya ketika yang dia tinggalkan adalah adiknya yang terus saja bersedih atas dirinya.)
Ace berbisik dari kejauhan—berbisik pada tempat duduknya, serta adiknya, "Selamat tinggal, Luffy. Kau harus hidup jauh lebih baik dariku."
.
—complete—
.
Fic pertama di FOPI, dan saya memulainya dengan fic yang sangat abal. =))
Maaf kalau ada yang salah! Jujur, saya belum ngikutin chapter di mana Ace mati. Hueeeeee.
RnR, or CnC? :D
