Title :

Can I

Cast :

Park Chanyeol & Byun Baekhyun

Other Cast :

Choi Sooyoung, Oh Sehun, Kai & More

Genre :

Romance, Comedy, AU

Length :

Series

Author :

Syong ( SMbfam)

.

.

.

"Chanyeol, kau harus tinggal dengannya"

Chanyeol menutup keras buku majalah Fashion keluaran terbaru yang diberika Kai dua hari lalu. Entah berapa kali hal ini dibicarakan semenjak pernikahan ibunya, ia benar-benar merasa muak. Berdengus, Chanyeol lantas berdiri, meninggalkan sang ibu yang masih terduduk disofa ruang tamu.

"Chanyeol!", ibunya mengeram

"Ibu, aku tidak mau!"

Langkahnya berhenti membalik kearah sang ibu yang berdiri. Bersitatap dengan argumen yang tajam, mata keduanya memancarkan ketidak sukaan. Entah Chanyeol yang tidak suka dipaksa, dan sang ibu yang tidak mau dibantah. Mendekat, ibunya memplototinya tajam.

"Dia kakakmu, Chanyeol!"

"Aku tidak pernah menganggapnya kakak-", Chanyeol berdengus keras, menarik rambutnya sendiri dengan frustasi.

"Urus saja anak tiri kesayangan mu itu sendiri"

"Chanyeol!", berteriak keras, Ibunya Chanyeol menambahkan.

"Ibu tidak mau, yang jelas mulai besok diakan tinggal disini"

.

Mulai sekarang kehidupannya yang berat akan dimulai.

Chanyeol tidak masalah, apapun itu, bahkan jika ibunya menikah lagi untuk sekian kalinya. Ia benar-benar tidak peduli. Tapi, jika kehidupannya diusik, Chanyeol tidak bisa terima.

Ia tipe-tipe orang yang dingin, irit bicara, dan lebih suka menyendiri. Bukan hal baik bukan, jika seseorang menumpang dirumahnya?. Tidak sama sekali.

Seorang Park Jaerin adalah ibunya, merawatnya bahkan ketika pertama kali Chanyeol bernafas, tujuh belas tahun ini berlalu, apa sesosok ibu sepertinya benar-benar tidak dapat memahaminya?.

Chanyeol hampir dapat digolongkan sebagai orang 'antisosial', lantas apa yang membuat ibunya memaksanya sekeras besi untuk tinggal bersama dengan seseorang?.

Kakak tirinya memang seorang laki-laki, namun yang membuat ia tidak suka adalah, pemuda itu begitu berisik. Ingat?, kehidupan Chanyeol itu identik sepi dan tenang, diusik dengan sebuah keberisikan adalah hal yang buruk. Buruk sekali.

Tidak hanya sampai disitu, jika ditelaah lebih jauh, bukan hanya sekedar berisik, kakak tirinya itu benar-benar jorok. Kedatangannya bahkan belum sampai dua puluh empat jam. Namun, entah bagaimana caranya celana dalam bahkan sudah tergeletak diatas kursi sofa.

"Baekhyun!"

Chanyeol berteriak keras kearah pintu bercat abu-abu disebrang sofa, kemudian memelototi celana dalam berwarna pink itu, berharap dengan sangat ia dapat membakarnya dengan sorotan tajam kedua matanya.

Lelaki itu identik dengan gagah bukan? Lantas apa dunia sekarang sudah terbalik? Celana dalam dihadapannya itu memang terlihat seperti milik laki-laki, namun pink bukanlah hal yang menandakan kegagahan tapi-

"Apa?"

Suara gebrakan pintu terbuka secara paksa, disebrang sana timbul sesosok pemuda berambut blonde dengan cengiaran diwajahnya. Perlu ditambah rupanya, tidak puas dengan gelaran berisik, jorok, dia juga idiot. Tolong, siapa saja dimohon untuk mencatatnya dengan baik.

"Sekarang aku tanya". Chanyeol memandangi Baekhyun -kakak tirinya- dengan tajam, sambil melipat tangan didepan dada.

"Apa sehelai celana dalam menjadi objek sangat bagus jika terletak diatas sofa?"

Kepala blonde itu miring kekanan, menatap Chanyeol kebingungan dengan kerutan dijidatnya yang putih. Ketika mata ber-airliner itu mendongak keatas, lalu teringat sesuatu. Ia buru-buru memekik sambil berlari kearah Chanyeol.

"Maaf-"

Baekhyun buru-buru memungutnya lalu menyembunyikannya dari balik bahunya yang tegap. Terkekeh salah tingkah dihadapan pemuda itu, Baekhyun menggesek kedua kakinya gusar.

"Awalnya aku ingin mandi-". Baekhyun terkekeh lagi.

"Namun, karna aku melihat cuplikan drama favorite ku yang tayang lusa di TV. Aku duduk sebentar disofa, dan ketika pergi aku lupa membawanya"

Chanyeol memijat jidatnya yang terasa berdenyut hebat. Dipikirannya saat ini hanyalah, berharap dengan doa yang tulus, berkeinginan ibunya agar lekas-lekas bercerai lagi, dan pemuda itu musnah dari hadapannya. Kalau bisa sekarang juga.

"Aku benar-benar minta maaf"

"Pergi!"

"Eh?"

Baekhyun mengerjap. Geraman pengusiran itu, disetiap huruf yang Chanyeol ucapkan penuh amarah. Jadi, ia diusir keluar dari sini? Begitu?

"Kau tidak dengar? Menjauh dari hadapan ku! Masuk kamar sana!"

Baekhyun bergegas berlari dengan tergopoh-gopoh mencapai kenop pintu. Mungkin saja jika ia terus berada disana, Chanyeol yang tidak tahan bergegas menuju kamarnya dan menarik koper dibawah ranjang yang masih tersimpun baju dengan rapi didalamnya, menarik itu lalu menyeretnya keluar dengan paksa.

Ketika bunyi pintu yang tertutup dengan hentakan yang keras, Chanyeol melemaskan diri, menghela nafas dengan cukup berat lalu terduduk disofa.

Sekarang celana dalam, apa dilain waktu Baekhyun akan menaruh bra dimeja makan?. Gesh! Astaga bukankah ini benar-benar berlebihan?. Tapi, Tunggu! Celana dalam?!

Chanyeol bergegas berdiri dari duduknya. Celana dalam tadi tepat berada diatas sofa yang ia duduki!. Tidak masalah jika celana dalam sebelumnya bersih, tapi kalau?

"Argh!"

.

"Aku menyuruhmu untuk pergi bersamakan?"

Baekhyun mendadak menarik kursi disebelahnya lalu duduk. Chanyeol mendengus keras, oh hei siapa yang bilang mau pergi bersama?. Ibunya benar-benar baik, sungguh, tidak hanya menaruh ia serumah, tapi juga satu sekolah.

"Dia kakak tirimu itu, Chan?"

Pemuda berkulit gelap dihadapannya mengasung tanya, mendekat kehadapan mereka berdua. Kai -pemuda berkulit gelap- memandangi Baekhyun lekat, alisnya menyerit heran.

"Kenalkan! Aku Baekhyun!"

Chanyeol mengerling tidak suka. Demi Tuhan tidak ada yang mengajaknya untuk berkenalan, bukan?. Dia aneh, sangat aneh. Bahkan Kai kebingungan setengah mati kecuali reaksinya setelah beberapa saat terkekeh geli.

"Oh, aku Kai"

Ia tersenyum menerima aluran tangan Baekhyun, berjabat sebentar. "Aku sahabat, Chanyeol"

"Aku tidak melihat kalian kemarin"

Baekhyun memandanginya. Kai tertawa setelah itu, merosot turun untuk duduk dihadapan Baekhyun.

"Aku bolos, Sehun juga"

Ia berucap dengan kekehan. "Ah iya, ini!"

Kai menepuk bahu orang disebelah. Tersenyum kearah Sehun yang mendengus.

"Ini Sehun"

Baekhyun hanya mengangguk kecil, memberikan senyum tipis pada Sehun. Pemuda itu tidak beda jauh dari Chanyeol, cuek dan dingin, tanpa ekspresi sama sekali.

"Dia memang seperti itu", Kai berujar, tau dari ekspresi yang Baekhyun berikan. Menyerit serta senyum yang aneh.

"Jika kau tau sifat aslinya, dia tidak ada bendanya dengan bocah umur lima tahun"

Kai meringis kesakitan setalah itu, ketika mendadak Sehun menepuk bahunya keras. Sehun itu tidak suka dibanding-bandingkan terlebih jika dengan bocah, dan Kai tau baik tentang hal itu.

"Aku tidak seperti bocah. Remaja, ingat?"

"Tapi sifatmu seperti bocah"

"Sifat ku itu menyenangkan, Kai"

"Dengar-", Kai menghadapkan posisinya kearah Sehun, menarik diri untuk lebih nyaman memandangi pemuda itu.

"Tidak ada hukum alam yang menyatakan, bahwa sifat menyenangkan itu dapat membuat otak seseorang mendidih. Tidak ada"

Kai tetap bersikeras, menunjuk-nunjuk Sehun dengan buku catatan ditangan kanannya. Mereka sama-sama bersikeras, beradu argumen saling menyalahkan satu sama lain. Sehun yang tidak terima dibandingkan dengan bocah lima tahun, sedangkan Kai yang menunduh-nuduhnya.

"Bisakah berhenti?-"

Chanyeol memandangi dua umat saling adu mulut itu tanpa minat. "Songsaengnim datang"

.

Chanyeol

Ini sudah satu minggu semenjak kedatangan Baekhyun kerumah ku, namun pelipisku selalu bereaksi negatif jika menyangkut hal apapun tentangnya. Baekhyun, benar-benar membuat kehidupan ku secara berangsur berubah.

Lebih penyabar. Itu hanya hal kecil, masih banyak hal yang lain. Aku juga lebih pemarah, emosi ku benar-benar tidak dapat dikontrol dengan baik.

Kejorokannya memang tidak lagi menyebar keseluruh ruang, ia cukup mengerti diriku, membatasi kejorokannya hanya dalam kamar saja. Namun, satu hal yang membuat ku sangat jengkel adalah...

Kutanya lebih dulu. Apa yang kau perlukan untuk membuat sebuah mie cup ramyeon?

Cukup air panas dan menunggunya dengan sabar kurang lebih lima menit, lalu menyatapnya dengan khidmat. Itu saja bukan?

Namun lain hal dengan Baekhyun. Ia memang hanya memerlukan air panas, namun yang ada kompor hampir saja meledak dibuatnya.

Aku benar-benar tidak mengerti bagaimana bisa dinding dapur yang terletak dibelakang kompor berubah menjadi hitam pekat. Aku tidak mengerti sama sekali, padahal ia hanya merubus tiga cangkir air putih dicerek.

Beruntung saja bunyi cangkir jatuh terdengar sampai kekamar ku. Dan aku bangun dengan setengah kesadaran dari tidur malam yang nyenyak. Kompor tidak jadi meledak.

Asap yang mengepul serta bau gosong yang khas, kau tau seberapa kesalnya aku melihat itu?. Terlebih Baekhyun tertidur dengan keadaan duduk dikursi meja makan, serta cangkir pecah yang jatuh dibawahnya. Kau pasti tau dengan betul bagaimana rasanya aku benar-benar ingin dia lenyap saat itu juga.

Ketika aku membangunkannya dengan pekikan, Ia hanya berkata maaf beberapa kali lalu terkekeh bodoh, tanpa rasa beban sedikitpun.

Dan ya, aku terpaksa harus memanggil tukang cat apartement untuk kembali mencat dinding yang gosong, esok harinya.

Dan satu lagi, ini benar-benar membuatku kesal. Ia membeli hewan peliharaan hari ini, anjing putih bersih seperti rubah. Benar-benar berisik terlebih gonggongannya yang keras. Aku tidak suka anjing, apalagi dengan bulunya yang lebat.

"Ku pikir dirumah terlalu sepi, Chan"

Ia terduduk diatas karpet yang menghadap kearah televisi sambil mengelus lembut anjing yang tengkurap dihadapannya. Aku memandanginya dengan kesal, bagaimana bisa ia tidak meminta izin padaku untuk memelihara anjing?. Ini rumah ku, kan? Aku punya hak yang besar disini.

"Tidak apa, kan?"

Ia memandangi ku dengan wajahnya yang memelas, matanya seakan bersinar. Namun, bukannya aku merasa bahwa itu imut, malah terlihat menjijikan. Aku tidak suka lelaki yang terlihat imut, tidak sama sekali.

Aku memandanginya bergantian, anjing itu, ih astaga bisakah lenyap sekarang juga?.

"Bolehkan?"

Gesh!

"Oke, baiklah, baiklah"

Tidak ada hal yang dapat aku lakukan selain membolehnya, kan?.

"Aku memberinya nama, Gura. Baguskan?"

Ia terkekeh setelah itu, dengan matanya yang menyipit layaknya bulat sabit. Memangku si Gura, memainkan gemas dengan jarinya yang lentik pada bulu anjing yang lebat itu.

"Beri salam pada si dingin, Gura!"

"Guk!"

Anjing itu meresponnya, aku berdengus keras. Lalu bersimpuh disofa sebelah kiri Baekhyun. Memandangi sambil berhati-hati, agar anjing itu tidak mendekat kearah ku. Aku tidak suka binatang berbulu, ingat?

"Kenalkan aku dengan benar, bodoh!"

Ia malah tertawa. "Kau ingin memangkunya?"

Baekhyun berbalik kearahku, mendekatkan anjing kehadapanku. Beesendekap, kaki ku menginjak-nginjak diudara, mencoba menjauhkan anjing itu dari hadapanku.

"Jangan lakukan itu!"

Aku memarahinya dengan soratan yang tajam. Bereaksi seolah aku tidak menyukainya. Namun, alih-alih Baekhyun takut dengan plotan ku, anjing itu semakin ia arahkan pada ku.

"Ini"

"Ya! Byun Baekhyun!"

.

"Baek"

Choi Sooyoung gadis paling tinggi dikelas, berujar dengan Baekhyun dihadapannya. Chanyeol yang berada disebalah memandangi mereka dengan lirikan, menopang dagu dengan satu tangan sambil membaca novel almiah yang diberiakan Sehun tiga hari lalu.

"Kukumu lentik sekali, bisakah kita bertukar?"

Baekhyun tertawa setelah itu. Mereka terlihat akrab sehari setelah, Baekhyun menapak pada kelas ini. Keduanya sama-sama easy going, jadi kurasa tidak ada anehnya jika mereka dapat berteman dengan baik dalam waktu yang singkat.

"Aku akan memberikannya jika itu bisa"

Mereka kembali saling tertawa, dan itu berisik sekali bagi Chanyeol. Tubuh pemuda itu berbalik menghadap kearah jendela. Berdengus karena acaranya yang tenang diganggu.

"Hai semua!"

Suara Kai terdengar membaha didalam kelas, kedua pasang mata itu menoleh pada sumber suara. Kai datang dengan ransel yang terlihat baru berwarna biru gelap, dengan Sehun yang terlihat santai berjalan dibelakang mengikutinya.

Kai membalik kursinya untuk ikut nimbrung pada Sooyoung dan Baekhyun, matanya melirik sekilas kearah Sehun yang melakukan hal sama dengannya.

"Sehun!"

Sooyoung tiba-tiba memekik sambil mendekat diri kearah Sehun yang berada disebelahnya.

"Kau berjanji akan mengganti coklat Jepang yang kau makan diam-diam tempo hari"

"Iya, nanti ku ganti"

Sehun berdengus, memandangi tanpa minat gadis disampingnya. Suara yang lengking benar-benar membuat telinga Sehun berdengung keras. Mendadak, rasa penyesalan menghampiri. Bukan rasa penyesalan karna merasa bersalah memakan coklat itu tanpa izin, tapi menyesal karna Sooyoung terus mengomel tentang coklatnya.

"Kau selalu bilang nanti, ini sudah dua minggu berlalu, Sehun"

"Oke, oke. Baik! Ku ganti. Berapa harganya?"

Sooyoung mengeram sambil melempar penghampus diatas meja kehadapan Sehun.

"Bodoh!"

Ia memekik lagi.

"Aku tidak mau dengan, uang!. Tetap ganti dengan coklatnya. Kau tau berapa hari aku menunggu coklat itu untuk sampai kerumah? Satu bulan, Sehun! Satu bulan!"

Gadis itu meremas rambutnya frustasi, memukul bahu Sehun keras setelah berdiri dari duduknya.

"Apanya yang spesial sih dari coklat itu?, sampai harus ditunggu satu bulan?. Rasanya juga tidak enak"

Ah, Sehun berbohong. Coklat itu bahkan beberapa kali lipat enaknya dari coklat yang pernah ia rasakan. Pemuda dengan derajat yang tinggi sepertinya, tidak mungkin mengakui itu.

"Itu limited edition, Sehun. Aku memesannya bahkan jauh-jauh hari"

Sooyoung mendengus sambil berkacak pinggang dihadapan Sehun. Memplototi wajah pemuda dihadapannya dengan tajam.

"Aku tidak mau tau! Coklat itu harus diganti, kau harus belikan yang sama!"

"Aku tidak mau"

"Oh Se-"

Tangan Sooyoung terambang diudara, hampir saja lolos memukul kepala bagian belakang Sehun, kalau saja Baekhyun tidak berujar secara mendadak.

"Songsaengnim datang"

Sooyoung menghentakkan kakinya kesal, berjalan menuju depan dimana kursinya terletak disamping Krystal.

Pelajaran dimulai, Guru Kim menjelaskan dengan baik tentang materi yang ia berikan. Semua terlihat memerhatikan dengan seksama, kecuali orang disebelah Baekhyun.

Iya, Chanyeol itu. Ia asik membaca novel sebelumnya, alih-alih memperhatikan Guru Kim didepan sana yang mengoceh panjang lebar.

"Chanyeol?!"

Guru Kim mendadak berseru dengan keras, sadar akan salah satu murid didiknya tidak memperhatikannya yang sedang mengajar. Chanyeol meletakkan bukunya pelan, memandangi Guru Kim yang mengerut dengan pandangan tidak suka.

"Kau tidak memperhatikan, ku?"

Ia menjadi pusat perhatian, Chanyeol terbatuk sedikit. Satu anggukan yang pemuda itu berikan, berdampak negatif pada guru didepan sana.

"Tolong sebutkan empat dari beberapa komponis terbaik dunia"

Chanyeol tersenyum simpul dalam diam. Tentu saja hal seperti itu, sudah diluar kepala.

"Wilhelm Richard Wagner, seorang komponis berpengaruh Jerman, pakar teori musik, dan penulis, namun paling terkenal melalui karya operanya.

Franz Schubert adalah komponis berkebangsaan Austria, Lagunya yang pertama dihasilkan pada usia 17 tahun, berjudul Gretchen at the spinning whell, Sebelum berusia 20 tahun, ia telah menulis enam simponi, Kadang-kadang ia menulis delapan lagu per hari.

Robert Schumann seorang penggubah dan pianis Jerman. Dianggap sebagai salah satu dari komponis musik Romantik Eropa yang terpenting, serta seorang kritikus musik yang terkenal dalam sejarah. Musiknya menggambarkan sifat romantisme yang sangat pribadi.

Johannes Brahms, seorang komponis dan pianis dari Jerman, salah satu musisi utama pada zaman Romantik. Pada masa hidupnya, Brahms sangat populer dan berpengaruh dalam dunia musik"

Guru Kim terbatuk sesaat, tidak tau bagaimana cara bereaksi dari jawaban yang Chanyeol berikan, kecuali lirikan matanya pada sebuah jam tangan melingkar disebalah kiri. Hampir dua jam berlalu, itu berarti kelas sebentar lagi berakhir.

"Ada tugas"

Guru Kim berseru. "Minggu depan, aku ingin setiap kelompok menyanyikan satu lagu barat"

Selembaran kertas terangkat diudara, kemudian diletakkan Guru Kim diatas meja guru. "Dikertas itu sudah ku bagi kelompoknya, setiap kelompok terdiri dari dua orang. Silahkan dilihat"

Guru Kim mengepak diri, membawa buku tebal didekapan tangan kananya. "Kelas berakhir, cukup sampai disini"

"Beri hormat!"

Joohyuk berdiri dari duduknya, mewakili untuk membungkuk kedepan. Ia seorang ketua kelas.

Setelah itu sang guru pergi meninggalkan kelas.

"Bagaimana rasanya memakan buku teks tebal, Chan?"

Chanyeol hanya memandangi tanpa ekspresi lalu berdiri, meskipun jauh dari bagian yang lain ia tersenyum geli. Langkahnya menyeret untuk mendekat kemeja guru. Matanya memandang tidak suka kearah kertas itu.

"Kita sekelompok?"

Baekhyun tertawa. Hendak berhigh five dengan tangan lebar Chanyeol. Chanyeol tidak bereaksi, ia hanya berbalik menjauh dari hadapan Baekhyun.

"Kau kekantin?!"

Baekhyun memekik. "Tunggu aku!"

.

Chanyeol tengah terduduk diatas sofa menghadap kearah televisi didepannya. Baekhyun yang berada disebelahnya tengah asik mengelus anjing dipangkuannya, serta tenggelam pada ponsel ditangan kanannya.

"Bagaimana jika kita nyanyikan All Of Me saja, Chan?"

"John Legend?"

"Hm..."

Ia bergumam. "Kau juga bisa main piano, kan?"

Matanya melirik kearah grand piano diujung ruang, bersitatap dengan pandangan menelisik. Chanyeol mengangguk pelan.

"Jadi, kau yang mainkan instrumentalnya, dan aku-"

Telunjuknya mengarah kearah ia sendiri, menggeser tubuh untuk mendekat kesisi Chanyeol. Menghadap dengan sebuah cengiran, Baekhyun lantas berucap membanggakan diri.

"Aku yang akan bernyanyi. Suaraku bagus loh, Chan"

Chanyeol mendengus geli, bersitatap dengan pandangan yang remeh. Ia mendadak berdiri, mendekat pada grand piano diujung ruang. Baekhyun membututinya.

Chanyeol memainkan intro pertama, menekan tuts piano dengan lincah. Baekhyun yang berdiri tidak jauh darinya merasa terpukau. Setidaknya permainan piano Chanyeol jauh lebih baik dari pada apa yang ia bayangkan sebelumnya.

Mata tajam pemuda itu mendelik kearah Baekhyun. Menyuruh dengan sorotan mata yang tajam untuk menyuruh Baekhyun mengambil bagiannya. Baekhyun terlonjak, kemudia bergegas melihat ponselnya.

"What would I do without your smart mouth

Drawing me in, and you kicking me out

Got my head spinning, no kidding, I can't pin you down

What's going on in that beautiful mind

I'm on your magical mystery ride

And I'm so dizzy, don't know what hit me, but I'll be alright"

Oh, Chanyeol mendengus geli. Pemuda itu tidak bohong tentang suaranya. Setidaknya itu lebih baik dari pada suara beratnya.

"My head's under water

But I'm breathing fine

You're crazy and I'm out of my mind"

Chanyeol melirik pemuda disampingnya, tengah serius berkutat dengan ponselnya. Memandang dengan jeli untuk mengucapkan setiap bait lirik lagu didalam sana. Baekhyun menarik nafas, bersiap untuk masuki bagian reff.

"'Cause all of me

Loves all of you

Love your curves and all your edges

All your perfect imperfections

Give your all to me

I'll give my all to you

You're my end and my beginning

Even when I lose I'm winning

'Cause I give you all, all of me

And you give me all, all of you"

Chanyeol tidak sadar kenapa mata mereka bersitatap setelah Baekhyun selesai pada bagian reff-nya. Ada yang terasa aneh dari bagian yang lain. Chanyeol tidak mengerti ini sama sekali, seolah ia diserang gugup secara mendadak.

"Chan?"

Baekhyun melambai didepan muka Chanyeol yang terlihat melamun. Pemuda itu berjengit kaget, mendadak Chanyeol berdiri dari duduknya.

"Aku ingin kekamar mandi dulu"

Gerakan dari kepalanya yang miring kekiri serta kerutan dijidatnya, Baekhyun memandanginya dengan bingung. Chanyeol berlalu begitu saja setelah itu.

"Aneh sekali"

.

Chanyeol masuk kedalam rumah dengan keadaan yang senyap, kecuali saat pertama kali ia menginjak keruang tamu suara gonggongan anjing hampir saja membuat ia terjungkal kebelakang.

Chanyeol mendengus, bersitatap dengan anjing yang terduduk tidak jauh dari ia berdiri. Membungkuk, Chanyeol bergerak mendekat.

"Dimana Baekhyun?"

"Guk!"

Mata Chanyeol kemudian mengitari kesuluruh ruang, pada saat pulang ia bergegas pergi, lalu mampir ketoko buku sebentar. Sengaja, agar Baekhyun tidak mengikutinya. Namun, sepertinya pemuda bertubuh pendek itu belum sampai kerumah.

Chanyeol berdiri, melangkah pada pintu abu-abu dekat dengan kamarnya. Membuka, melihat kesetiap sudut ruang. Baekhyun benar-benar tidak ada rupanya.

Matanya menangkap sebuah rak penuh dengan komik Naruto dan One Piace. Oh, rupanya Baekhyun juga menyukai Naruto, sama sepertinya?. Pantas waktu tes bahasa Jepang kemarin, Baekhyun dapat menjawab semua pertanyaan dengan benar. Mungkin saja-kan? Dia belajar bahasa Jepang dari situ.

Mendadak dering dari ponselnya terdengar. Chanyeol bergegas mengaih ponselnya dalam saku celana jeans yang ia kenakan.

"Hmm..."

"Setidaknya berikan sapaan halo, Chan"

Baekhyun disebrang sana berucap.

"Kalau tidak ada yang ingin kau bicarakan, akan kututup ponselnya"

"Tunggu!"

Baekhyun memekik keras, mengharuskan Chanyeol untuk menjauhkan ponsel dari sisi telinganya, untuk menghindari pekikan itu.

"Bisakah kau berikan Gura makan?"

"Kenapa harus aku?

"Chan..."

Nafasnya disebrang sana terdengar berat. Chanyeol menyerit bingung.

"Setidaknya bantu kakak mu ini, walaupun hanya sekali. Apa susahnya sih, Chan?. Kau hanya memberinya makan. Tugas kelompok ku belum selesai, kami masi-"

"Oke baik, baiklah"

"Terimaka-"

Chanyeol langsung mematikan ponselnya, tanpa menghiraukan kelanjutan dari ucapan Baekhyun.

Ia buru-buru keluar menuju dapur. Membuka lemari dibawah kompor dimana biasanya, Baekhyun meletakkan makanan Gura. Disamping terletak piring makanan anjing. Chanyeol merogoh keduanya dengan malas, lalu berjalan keruang tamu.

Gura berlari mendekat kearah Chanyeol, tau bahwa saudara tiri majikannya membawa makanan kesukaannya. Anjing itu duduk dengan patuh, menunggu Chanyeol untuk meletakkan makanan diatas piring. Pemuda itu tersenyum tipis.

"Kau kelaparan?"

Ia terduduk bersila didepan Gura. Mengelus bulu tebal berwarna putih bersih itu beberapa kali. Ini sudah seminggu semenjak Gura masuk kedalam kehidupan mereka, ia tidak lagi terlalu menghindarinya. Ia sudah sering dengan bulu itu, tidak lagi merasa risih.

Chanyeol tersenyum melihat makanan yang ia berikan disikat habis tanpa sisa oleh Gura. Kemudian, ia bangkit untuk meletakan kembali makanan sereal gura kedalam lemari.

Ketika ia berbalik untuk mengganti pakaian, mendadak Gura datang sambil membawa bola tenis dalam gigitannya. Chanyeol menyerit.

"Kau ingin bermain?"

Tangannya membuka kenop pintu kamar. "Aku ganti baju dulu"

Anjing itu mengikutinya masuk, Chanyeol sedikit mendelik berjaga-jaga jika anjing itu membuat keributan.

Sweaternya ia lepas digantikan dengan kaos oblong tanpa lengan, celana jeans biru gelap ia ganti dengan celana casual selutut berwarna cream. Tubuhnya berbalik melihat Gura yang rupanya sudah berada diambang pintu.

Chanyeol merebut bola dari dalam gigitan Gura. Berjalan dengan Gura yang mengikutinya dari arah belakang. Tubuhnya berbalik melepar bola menuju dapur.

"Guk! guk!"

Anjing itu berlari mengambil bola, lalu kembali tergesa menuju Chanyeol. Pemuda itu mengambilnya dengan senyuman lalu melemparkanya lagi.

'Prank!'

Gura berhenti mendadak melihat pecahan pot kaca dari samping bolanya. Mata Chanyeol melotot lebar, buru-buru mendekat. Pot kesayangannya oh astaga!

Chanyeol menatap anjing itu dengan helaan nafas yang sangat berat. Sepertinya bermain bola dengan Gura didalam rumah bukanlah hal yang bagus.

.

Baekhyun dan Gura berlarian disekitar ruang tamu. Hal berisik seperti itu tentu saja membuat Chanyeol yang tengah asik menonton televisi merasa terganggu.

"Awas jika kau merusak salah satu benda disini!"

Chanyeol memperingatinya dengan geraman, menatap lekat-letak kearah dua makhluk itu. Tentu saja kejadian sore tadi membuatnya harus memperingati Baekhyun dengan anjingnya, Chanyeol tidak ingin lagi satu-satunya pot kesayangan yang masih tersisa pecah untuk kedua kalinya.

"Kau tenang saja"

Kemudian Baekhyun tertawa setalah itu sambil masih berlari dari kejaran Gura.

"Hei Gura!"

Baekhyun memperingatinya untuk tidak mendorong ia kebelakang, karna anjing itu mendekap erat kedua kakinya.

"Guk!"

"Gura!"

Brak!

Chanyeol langsung berdiri dari duduk santainya. Meringis melihat Baekhyun yang terjatuh. Meskipun bukan pot kaca yang ia pecahkan, tapi tetap saja ruang tamu hampir berantakan dibuatnya.

"Astaga Gura!"

Baekhyun bangkit perlahan dingiringi dengan buku berjatuhan dari tubuhnya. Ia menjatuhkan semua buku dari rak disudut ruang. Baekhyun meringis ketika bangkit, memplototi Gura dengan tajam setelahnya.

"Baekhyun..."

"Ahh..."

Baekhyun meringis sambil memejamkan mata. Ketika derap langkah itu bergerak mendekat, Baekhyun buru-buru mendekap Gura dalam pelukannya.

"Sudah ku peringatkan, kan?"

"Gura tidak bersalah. Nanti ku bereskan"

Chanyeol mendengus sambil memijat jidatnya yang terasa berdenyut. Ia lekas berlutut, memberesi buku-buku yang berserakan disekitarnya.

"Aku minta maaf"

Chanyeol hanya memandanginya sebentar kemudian sibuk tenggelam memberisi buku.

Ia bangkit meletakkan buku kerak paling atas. "Ini"

Baekhyun menyerahkan empat buku kehadapan Chanyeol dari jongkoknya. Mata mereka bersitatap lama.

Chanyeol buru-buru membuang pandang setelah itu.

"Bereskan sendiri"

Ia berlalu kemudian setelah menendang buku kehadapan Baekhyun. Baekhyun mendengus tidak terima. Ditatapnya punggung tegap yang menjauh itu jengkel.

"Shh! Dia bersikap aneh lagi"

.

"Aku tidak menyangka, Chan. Kita mendapatkan nilai tertinggi dikelas, ini pasti karna suara ku yang bagus"

Chanyeol mendengus jengkel melihat Baekhyun yang terkekeh setalah ia menyombongkan diri. Mereka baru saja keluar dari ruang musik, untuk pelajaran Guru Kim.

Ya, mereka memang mendapatkan nilai tertinggi dari nyanyian Baekhyun dan instrumental yang Chanyeol mainkan dengan pianonya. Lagu All of me milik John Legend cukup populer di Korea ditambah suara Baekhyun dan sedikit Remake dari Chanyeol menjadi nilai plus bagi mereka. Jadi, kurasa tidak heran jika mereka mendapat nilai tertinggi dengan penampilan yang memukau. Kedua dari mereka masing-masing dapat menghayati dengan baik.

"Baekhyun"

Sooyoung mendadak datang dari belakang ketika mereka hendak berbelok menuju kantin. Tangannya yang kurus memeluk leher Baekhyun, sedikit menarikanya kebawah. Baekhyun mengaduh tapi terselip tawa dari situ.

"Suara mu tadi bagus sekali, Baek"

Ia melepaskan leher Baekhyun diselingi dengan kekehan geli, langkahnya mengikuti mereka.

"Tentu saja", Baekhyun menyombongkan diri.

"Kurasa permainan piano Chanyeol juga bagus"

Sehun ikut menimbrung dari sisi kanan bahu Chanyeol, tersenyum kearah sahabatnya namun hanya diberikan tatapan datar dari Chanyeol.

"Ahh...". Sehun mendengus jengkel memandangi Chanyeol.

"Aku menyesal memuji mu, Chan"

"Permainan gitarmu juga bagus, Sooyoung. Kau dan Myungsoo sama bisa memainkan gitar dan suar-", ucapan Baekhyun terpotong dengan celaan.

"Suara Sooyoung cempreng sekali. Aku cukup kasian dengan Myungsoo, bagaimana ia bisa tahan dengan suaranya?"

Sehun menggeleng-gelengkan kepala menanggapi suara Sooyoung dengan pemikiran yang keras. Gadis yang dicemooh mendelik tajam.

"Gesh! Kenapa ada makhluk menyebalkan sepertinya?!"

Baekhyun tertawa.

"Sudah. Ayo kita makan!"

Mereka berempat memasuki kantin. Mengambil makan dari stan yang telah disiapkan.

"Makan disini!"

Kai memekik dari arah meja ujung ruang, melambai begitup riang kearah mereka berempat.

"Porsimu selalu banyak, Soo"

Kai berucap dengan kekehan melihat porsi makan Sooyoung yang tidak biasa. Gadis itu terduduk disamping Sehun, membalasnya dengan kekehan.

"Diakan rakus... -AKH!"

Kepala Sehun mendadak dipukul dengan sendok. Tentu saja pelakunya adalah orang yang dikatai oleh Sehun. Choi Sooyoung berkacak pinggang disamping Sehun.

"Chugullae?"

"Eii... sudah, sudah"

Baekhyun menengahinya dengan sumpit yang melambai ditengah-tengah tatapan maut Sehun dan Sooyoung.

"Aku benar kan, Baek?"

Kai berucap dengan sumpit ditangannya. "Tidak ada sifat menyenangkan yang membuat otak seseorang mendidih"

Baekhyun tertawa setelah itu, memandang Sehun didepannya dengan geli.

"Kau tidak memihak ku, Kai?"

"Aku bicara dengan jujur, Sehun"

Sehun mendecih keras, melihat Sooyoung disampingnya yang tersenyum penuh arti. Meledek pemuda itu dengan sorotan matanya.

"Oh, iya, Baek"

Sooyoung bergerak mendekat sedikit, mencondongkan tubuh kearah Baekhyun.

"Film Boruto, tayang akhir bulan ini, loh"

Sooyoung tersenyum setelah itu. "Oh benarkah?"

"Hmmm...". Gadis jangkung itu mengangguk.

"Kau ingin menontonnya?"

"Tentu!"

Baekhyun mengangguk antusias diselingi dengan senyuman geli. Sooyoung meresponnya dengan senyuman yang tipis, kemudian tatapannya beralih kearah Chanyeol.

"Kau ikut, Chan?"

"Eh?"

Baekhyun berjengit bingung, menatap Chanyeol dan Sooyoung secara bergantian.

"Kau tidak tau?-"

Matanya beralih menatap mata Baekhyun.

"Chanyeol juga suka Naruto"

"Ohh... aku baru tau"

"Jadi Chan-"

Mata Sooyoung kembali bersitatap dengan Chanyeol. "Aku juga tidak memaksa mu untuk iku-"

"Aku ikut"

Sooyoung memekik redam, mendadak Chanyeol menyetujuinya. Gadis jangkung itu ber-high five ria dengan Baekhyun.

"Aku juga ikut!"

Sehun mendadak berseru, dengan satu sendok terunjung tinggi. Mata Sooyoung mendelik tajam kearah pemuda disampingnya.

"Kau, kan, tidak suka Naruto?!"

Sooyoung menghardiknya dengan tatapan yang tajam, Sehun membalasnya dengan gelengan.

"Tapi aku suka Boruto, anak Naruto itu ganteng sekali. Beda jauh dengan Naruto, yang jelek"

"Ya! Oh Sehun!"

Sehun meringis keras setelah itu, kepalanya dipukul dengan sendok dari tangan Sooyoung untuk kedua kalinya. Matanya mendelik tajam, untuk dua mata yang saling adu argumen.

"Ey sudah!"

Baekhyun menengahi memisahkan dua bahu yang berdekatan, ia menghela nafas dengan berat. Kedua umat lawan jenis itu selalu adu mulut diberbagai kesempatan. Entah Sooyoung yang mulai, atau Sehun yang lebih dulu mencemoohnya.

"Kau ikut, Kai?"

Baekhyun menanyainya.

"Tidak-"

Kai menggeleng pelan sambil tersenyum. Tangannya menyumpit nasi dalam mangkuk.

"Aku ada kencan"

"Pacaran saja bisanya"

"Shh! Sehun!"

Kai mendengus jengkel. "Bisakah sehari saja kau diam?"

"Ey, sudahlah!. Berarti kita berangkat lusa, kan?"

"Yap betul sekali"

Sooyoung terkekeh memandangi satu-satu persatu. Kecuali dengusan saat ia menatap Sehun.

.

Chanyeol mendengus keras pada saat kakinya menapak pada pintu kedatangan sekolah. Disekitarnya sudah sepi, maupun didalam lingkungan sekolah. Ia sengaja mampir keperpustakaan sebentar untuk mencari bahan materi dari tugas kelompoknya.

"Kau belum pulang?"

Suara seseorang mendadak terdengar dari arah belakang. Chanyeol hampir saja jatuh terduduk karna keterkejutannya. Matanya mendelik tajam kearah belakang, melihat Baekhyun yang mendekat kearahnya dengan kekehan.

"Itu membuatmu terkejut?-"

Ia tertawa pelan. "Aku minta maaf"

Chanyeol membuang pandang, menarik tas sandangnya yang melorot, menyampirkan kebahunya yang tegap. Hujan masih turun dengan lebat, sementara letak halte dari tempat ia berpijak sekarang jauh sekali.

"Kau tidak bawa payung?"

Chanyeol menggeleng, menatapi Baekhyun yang menyerit. Sebuah payung menyembul dari balik tas Baekhyun yang tertutup renggang.

"Kau butuh tumpangan rupanya"

Baekhyun terkekeh lalu meraih payung dari dalam tasnya. Ia memandang Chanyeol dengan sorotan mata yang teduh.

"Ayo!"

Chanyeol menyerit. "Memang seberapa lama kau ingin disini hah?"

Chanyeol mengikutinya dengan langkah yang ragu. Satu payung yang kecil menghindari dari basahnya guyuran hujan. Mereka melangkah dengan irama yang sama.

"Oh! Basah!"

Baekhyun memekik sambil menarik bahu Chanyeol untuk mendekat kearahnya agar terhindari guyuran hujan yang mengucur dari payung. Chanyeol terkesiap, menahan nafas susah payah.

Chanyeol buru-buru menanggalkan tangan Baekhyun dari bahunya.

"Oh, maaf. Aku refleks"

.

"Ah... Filmnya seru sekali"

Baekhyun merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku dengan cara menarik tangan keatas dengan kuapan yang lebar. Hampir dua jam berada dikursi bioskop, tentu saja membuat ototnya terasa kaku.

"Dua bubble tea rasa mint, satu bubble tea rasa coklat, satu bubble tea original. Totalnya ada empat, benarkan?"

Seorang pelayan menghampiri mereka dengan nampan yang terdapat empat buah bubble tea diatasnya. Sooyoung mengiyakan dengan satu anggukan diiringi senyuman yang menawan. Pelayan itu menaruh semua bubble tea diatas meja mereka.

"Boruto tampan sekali, Naruto ayahnya juga tak kalah tampan"

Sooyoung berucap lalu menyeruput bubble tea nya dengan khidmat. Baekhyun mengiyakan dengan jentikan tangan yang keras.

"Bagaimana menurut mu, Chan?"

Telunjuk Baekhyun mengarah kewajah Chanyeol disebelahnya. Alisnya menyerit tidak sabar menunggu Chanyeol menegak habis bubble tea dimulutnya.

"Biasa saja"

Setelah itu ia bersendawa pelan. Membuat ketiga pasang mata itu mengerling jengkel.

"Tidak ada untungnya meminta pendapat padanya"

Tangan Sooyoung mengibas didepan muka setelah meneguk habis bubble tea dimulutnya.

"Kita harus sering-sering seperti ini diakhir pekan"

"Ey"

Sooyoung menyelanya. "Jangan cuman nonton. Bagaimana jika kita camping awal libur musim panas?!"

"Ou..."

Baekhyun menunjuk-nunjuk Sooyoung dengan anggukan setuju. Ia menatap Sehun yang terlihat mengangguk beberapa kali, kemudian berbalik menatap Chanyeol.

"Kau ikutkan, Chan?"

"Tidak"

Baekhyun meringis menanggapi jawaban Chanyeol yang singkat, padat, dan jelas. Matanya bersitatap dengan mata Sooyoung yang menelisik.

"Satu tidak, tidak semua. Ikut satu, ikut semua!"

Sooyoung bersikeras. "Kalau begitu, tidak usah"

"Ya, Park Chanyeol!"

Sooyoung meremas rambutnya frustasi. "Aku tidak mau tau. Kau nanti harus ikut!"

.

Chanyeol

Oh kemana larinya makalah tugas kelompok ku?. Semua akan berakhir jika itu hilang, aku sangat yakin menaruhnya dimeja belajar kemarin. Lalu, kemana sekarang buku persegi panjang itu larinya?

Semua penjuru tempat sudah aku kitari. Lemari baju, laci, nakas, dan meja belajar, semua!. Aku bahkan mengeceknya ulang lebih dari enam kali, nihil, tidak ku temukan sama sekali. Mata ku menatap keseliling, kamar ku sudah tidak berbentuk, jam masuk sekolah tinggal setengah jam lagi.

Aku berlari keluar, membuka pintu dengan beringas.

"Baek, kau lihat makalah k-?"

Mata ku menangkap suatu benda yang tidak asing dilihat. Pupilku mengecil mendekat kearah Baekhyun dengan anjingnya yang bermain bola dengan bentuk gumpalan kertas.

Tangan ku merebut paksa gumpalan kertas dari tangan Baekhyun, ia menyerit keheranan. Mata ku terpejam rapat meredam emosi, melihat makalah itu tidak lagi ada benyuknya, kecuali ucekan kumal yang kubas.

"Ap-"

"Dimana sisanya?"

Baekhyun menyerit. "Memang kenap-"

"Kubilang dimana sisanya?!"

Tubuh Baekhyun sedikit terhuyung kebelakang, mendekap anjingnya dengan erat. Gura merikut ketakutan dalam dekapan Baekhyun.

Ketika mata ku menangkap kliping yang tersobek-sobek dekat sofa, jidat ku berkerut begitu keras. Aku berdiri, mencoba sabar agar tidak meledak mendadak.

"Apa itu?"

"Makalah ku brengsek!"

Aku bergegas berdiri kemudian, mengambil tas secepat cahaya yang tergeletak diatas meja makan. Buru-buru keluar dari dalam apartement setelah memasang sepatu disamping pintu.

"Chanyeol!"

Baekhyun berlari menghampiri ku, aku berjalan lebih cepat menghindar sejauh mungkin dari hadapannya. Aku menatapnya dari celah pintu lift yang akan tertutup. Tatapan sendu penuh penyesalan.

Aku benar-benar membencinya!

.

To be continued

.

Mind to review? :)