after you

sekaiichi hatsukoi © nakamura shungiku
saya tidak mengambil keuntungan materiil dari fanfiksi ini


Ke mana bocah itu pergi?

Tanyamu untuk entah keberapa kali dalam benakmu. Jalin pikir yang semakin terdistorsi seiring detik-detik kepindahanmu ke Shikoku.

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama rumah tangga Saga diguncang badai, awan kelabu pun mulai menghilang bersamaan dengan dibubuhkannya cap kedua 'orangtua'-mu di atas berkas perceraian, nyata di atas hitam-putih.

Tetapi itu bukanlah sesuatu yang pantas untuk dirayakan; kau sudah sejak lama memutuskan untuk masa bodoh dengan mereka. Cerai atau tidak bagimu sama saja; toh mereka berdua takkan pernah menganggap prioritasmu lebih tinggi dari tugas kantor atau (mungkin) selingkuhan masing-masing. Sudah lama hal itu terjadi, kau sudah terbiasa dengan itu.

Toh, prahara mereka tak ada sangkut pautnya dengan raibnya Ritsu dari duniamu. Mereka tidak penting, dan Ritsu adalah segalanya bagimu. Maka kau kembali putar kepalamu, di manakah dirimu berada, Ritsu?

Di antara kepatuhan pura-puramu dalam mengikuti perintah ibumu untuk ikut bersamanya kembali ke kampung halaman, sudah kau cek kembali untuk berjuta kalinya kanji yang tertulis persis di bawah namamu pada kartu pinjam perpustakaan. Mengklarifikasi keberadaan bocah itu ke kelas tempatnya belajar. Nihil, semua penghuni kelas menggelengkan kepala, tak mengenal Oda Ritsu tetapi mengenal dan berteman dengan seseorang yang namanya nyaris mirip yakni Onodera Ritsu. Kau tak butuh Onodera siapapun itu, kau hanya ingin Oda.

Bagaimana ini? Keberadaan cintamu benar-benar tanpa jejak. Seperti hilang terevaporasi ke langit.

Dadamu mendadak sesak. Apakah Oda Ritsu hanyalah kreasi imajinasimu? Kekasih imajiner yang tercipta sebagai pola defensif dari kehidupanmu yang monoton?

Tetapi masih sulit dipercaya. Karena semua yang kaubagi dengan Ritsu sungguhan nyata. Harum samponya, rintihan lirihnya, senyum malu-malunya yang menggemaskan. Kehangatannya yang menyinari seluruh relung tubuhmu. Kebahagiaanmu saat kau berada di sampingnya, tak tergantikan.

Ke mana kau pergi, Ritsu?

Tanyamu untuk terakhir kalinya di hari itu. Malam telah menjemput semua energimu hingga dirimu hanya bisa terbaring di kasur. Kasurmu yang harumnya masih bercampur dengan Ritsu. Menyelimutimu dengan kenangan dalam lelapmu yang telah tiba. Bersama dengan tanya demi tanya yang entah kapan akan bertemu dengan jawabnya.