Disclaimer: Semua tokoh laki-laki di sini masih milik Om Konomi Takeshi. Mungkin suatu saat bisa dihibahkan ke saya, Om? Walau cuma anak-anak Rikkai, juga gak nolak kok~ *ngarep*

Warning: Hm, sayang sekali di chapter ini tidak ada unsur yaoi sama sekali, mungkin di chapter selanjutnya(?)

~GakuPuri~

"Rina, jadilah pacarku!" ucap laki-laki berambut merah yang berdiri di hadapanku

"Eh?" balasku kaget

"Masih belum mengerti juga? Aku, suka sama kamu" ujarnya menegaskan kalimat sebelumnya dengan tatapan serius

Ini seperti mimpi. Aku tidak pernah membayangkan hal ini sebelumnya. Marui Bunta, seniorku di SMP Swasta Rikkai, merupakan anggota reguler klub tenis. Bulan depan, dia akan bertanding dalam turnamen tingkat nasional. Kehebatannya dalam bermain tenis tidak diragukan lagi. Tentu saja, ditambah dengan wajahnya yang cute, gayanya yang cool, serta karakter anikei-nya yang selalu perhatian terhadap orang-orang sekitarnya, membuat dia populer dikalangan anak perempuan maupun laki-laki. Benar-benar orang yang tidak teraih oleh tanganku.

o000o

"Kyaaa Marui senpai!" teriak segerombolan siswi begitu melihat sosok laki-laki berambut merah memasuki lapangan tenis

Aku melompat-lompat kecil, di antara kerumunan fangirl-fangirl, berusaha agar bisa melihat sosok tersebut, akhirnya pada lompatan ke-10, aku bisa melihat ujung rambutnya yang berwarna merah.

Saat itu terdengar riuh gemuruh teriakan para siswi diiringi dengan masuknya sosok berambut perak ke dalam lapangan, "Kyaaa Niou senpai!"

Para siswa pun semakin histeris dan mulai bertindak anarkis, aku yang mulai kehilangan keseimbangan memutuskan untuk mundur "Sebaiknya hari ini sampai di sini saja" keluhku.

Baru saja aku melangkahkan kakiku untuk pergi, saat itu terdengar suara teriakan laki-laki berbadan tinggi yang mengenakan topi berwarna biru dongker "Hey! Kalian yang di situ, tarundoru!"

Sontak siswi-siswi yang diteriaki tersebut kaget dan serentak meninggalkan lapangan "Uwa~ gawat, Sanada senpai sudah datang, ayo pergi" kata salah satu di antara mereka

Klub tenis di sekolahku, sangatlah istimewa. Tidak sembarang orang bisa bergabung di klub tenis. Klub yang tidak memiliki pelatih maupun manager membuatnya terkesan sangat eksklusif. Tentu saja, hal ini membuat kami tidak dapat mendekati mereka. Begitu pula aku yang sudak sejak lama menaruh rasa terhadap Marui senpai.

"Apakah suatu saat nanti aku bisa dekat denganmu, Marui senpai?" gumamku sambil menatap sosoknya dari kejauhan

o000o

Musim panas setahun yang lalu. Aku yang gagal dalam ujian praktek PKK, harus membuat ulang kue sus sebagai bahan remedial. Bukannya aku tidak bisa membuat kue, membuat cake adalah keahlianku. Hanya saja aku tidak suka kue sus. Makanya aku tidak bisa membuatnya dengan baik. Memang sifatku yang hanya mau melakukan hal yang aku sukai terkadang membuatku repot. Karena itu pula, sampai saat ini aku belum masuk ke klub mana pun. Karena tidak ada klub yang menarik perhatianku. Sampai suatu hari aku bertemu dengannya..

"Aahh, yang ini lebih baik dibandingkan sewaktu ujian sih, tapi.. rasanya tidak sempurna" keluhku melihat kue sus yang baru saja matang

Aku mengalihkan pandanganku ke arah jam yang terpasang di dinding, "Kalau aku buat ulang, kayaknya tidak akan sempat. Apa boleh buat, aku akan serahkan ini kepada Sensei" ujarku

Dari luar, samar-samar terdengar suara orang berbincang-bincang "Aaaaahh, Yukimura sadis nih, gara-gara porsi latihan ditambah, aku jadi lapar sekali"

"Makanya, bukan berarti kamu boleh bolos latihan dan pergi ke ruang PKK" sahut satu orang lagi

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Kalau Yukimura marah, pasti akan diatasi dengan baik oleh... Jackal!"

"Apa? Aku?" tanya laki-laki yang di sebut Jackal itu kaget

"Tidak mau?" balas temannya

"Tidak!" jawab Jackal tegas

Tanpa mengacuhkan protes temannya, laki-laki itu tiba-tiba mempercepat jalannya, "Eh? Ada wangi kue nih, kayaknya ada yang masak kue!" celetuknya begitu mencium wangi yang enak

"Bunta, jangan lari terburu-bu-" ujar laki-laki berkulit hitam kepada temannya yang terlihat bersemangat membuka pintu ruang PKK dan..

SREGG! BRUK!

Saat aku membuka pintu, ternyata ada seseorang yang menabrakku.

"Kyaaaaaa!" teriakku kaget

"Ouch!" ujar laki-laki yang menabrakku. Laki-laki berambut merah yang mengenakan seragam klub tenis Rikkai.

"Ah, maaf. Kamu tidak apa-apa?" tambahnya sambil mengulurkan tangan kepadaku

Sesaat aku terpesona olehnya. Tatapan mata yang tajam, suara yang lembut, serta lengannya yang terlihat kekar, begitu berkilauan di mataku.

"Ada yang terluka? Bisa berdiri?" tanyanya padaku yang masih terbengong-bengong menatapnya

"Ah, tidak apa-apa. Terima kasih" ucapku setelah berdiri dengan dibantu olehnya

"Bunta! Tidak apa-apa?" tanya laki-laki berkulit hitam begitu menghampiri kami

"Iya, tentu saja" jawab laki-laki yang bernama Bunta

'Kulit hitam, orang luar negeri?' pikirku dalam hati

Tiba-tiba aku teringat oleh kue sus. Kulihat sekeliling. Kue susku sudah berjatuhkan ke lantai.

"Aaaahhhhh, kue yang sudah kubuat dengan susah payah" cetusku shock

"Ah!" seperti menyadari apa yang terjadi laki-laki itu melihat ke sekeliling, memperhatikan kue sus yang berjatuhan di lantai

"Padahal hari ini batas terakhir remedial" keluhku sedih

"Bunta, makanya aku bilang jangan lari terburu-buru" ujar temannya melihatku bersedih

"Aaah, maaf ya. Maaf, aku benar-benar tidak sengaja" ucap Bunta dengan wajah bersalah

"Aku akan buatkan yang baru, makanya jangan bersedih lagi ya?" tambahnya menghiburku

"Eh? Tapi..." ucapku ragu

"Tenang saja, serahkan kepadaku!" balasnya mantab

Aku hanya bisa terdiam. Kulihat dia mulai membereskan kue-kue yang berjatuhan dan menaruhnya di kotak makan miliknya. Sejurus kemudian dia mulai memainkan jarinya untuk membuat kue yang baru. Gerakannya sangat cekatan, dia terlihat seperti seorang pattiser. Dalam waktu singkat, kue sus baru buatannya telah jadi. Kue sus buatannya terlihat sangat bagus dan enak.

"Taraaa~ sudah jadi! Bagaimana? Tensai teki?" ujarnya bangga

"Eh, ah.." balasku kikuk

"Bunta, bukan saatnya untuk pamer" ucap temannya mengingatkan

"Ah, iya ya. Nih, bawa kue ini untuk remedial, sudah tidak ada waktu lagi kan?" cetusnya sambil menyerahkan kue sus kepadaku

"Eh, tapi..."

"Serahkan saja dulu ke Sensei. Lalu, aku tunggu di sini ya. Semoga sukses! Tidak, pasti sukses! Semangat" balasnya sambil tersenyum lebar

Melihatnya menyemangatiku, aku pun langsung membawa kue sus buatannya untuk di serahkan ke Sensei.

Aku menatap kue sus yang ada di tanganku, "Ini memang bukan buatanku, tapi sudah tidak ada waktu lagi. Maafkan aku Sensei" ujarku pelan

Diluar dugaan. Sensei sangat puas dengan hasil kue sus itu. Sensei sampai memujiku berkali-kali. Aku terkejut dengan hasilnya. 'Padahal dia anggota klub tenis kan? Kenapa dia jago dalam membuat kue?' pikirku

Begitu aku kembali ke ruang PKK, aku melihatnya sedang asik mengobrol dengan temannya. Mendengar bunyi pintu yang terbuka, dia mengalihkan pandangannya padaku.

"Oh, selamat datang kembali. Bagaimana hasilnya? Sukses kan?" balasnya

"Iya, Sensei memujiku berkali-kali" balasku malu-malu

"Kan tadi sudah aku bilang pasti sukses, aku kan tensai" katanya memuji dirinya sendiri

'Dia lumayan sadar diri ya?' pikirku, tapi memang pujian itu tepat sih, dia memang tensai.

"Iya, terima kasih eh.. ano.." balasku ragu, aku belum mengetahui namanya

Seperti mengetahui pikiranku, dia berkata, "Aku Marui Bunta, kelas 2, dan ini temanku Kuwahara Jackal"

"Ah, aku Izumi Rina, kelas 1, salam kenal (yoroshiku)" sahutku bersemangat

"Yo, kenal salam (shikuyoro)" jawabnya tak kalah bersemangat

'Kenal salam?' pikirku bingung, menyadari kebingunganku, Kuwahara mengambil inisiatif untuk menjelaskan "Ah bagian itu tidak perlu dipikirkan, itu kebiasaan Bunta saja"

"Ah, begitu ya. By the way, Marui senpai terima kasih sudah membantuku" ujarku

Laki-laki berambut merah itu menggelengkan kepalanya berkali-kali, "Tidak, tidak.. Ini memang salahku kok, sudah sepantasnya aku menebus kesalahanku" balasnya ringan

"Tapi, berkat senpai, aku lulus remedial," ucapku

"Soal itu, tentu saja aku kan tensai"

"Bunta, jangan terlalu memuji diri sendiri" sela Kuwahara

"Tidak apa sih, aku kan memang tensai" balasnya tak mau kalah

"Ne, senpai. Aku berhutang budi kepada Senpai, apa yang bisa aku berikan untuk Senpai sebagai gantinya?" tanyaku

Mendengar pertanyaanku, dia kembali menatapku "Hm, sebenarnya sih tidak harus balas budi segala, tapi kalau kamu memaksa.."

Melihat kelakuan temannya, Kuwahara hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, 'Dia kan cuma nanya, tidak maksa' pikir Kuwahara malas

Mata Marui langsung tertuju pada kue sus di sampingnya, "Sebagai gantinya kue sus buatanmu boleh untukku?" katanya dengan mata berbinar-binar

"Ah, senpai kue itu kan sudah jatuh ke lantai, sebaiknya jangan dimakan. Nanti aku ganti dengan yang lain saja" ujarku

"Tidak apa-apa kok.. Perutku cukup kuat kalau soal makanan. Selain itu, sekarang aku lapar sekali" ucapnya sambil mengambil satu potong kue sus dan langsung memasukannya ke dalam mulutnya

"Bukan begitu, lagipula kue buatanku tidak enak kan?" balasku

"Um, tidak, ini lumayan enak kok. Kelihatannya kamu juga punya bakat memasak kue" jawabnya sambil terus memakan kue sus dengan lahap, lalu dia mengambil potongan keduanya

"Benarkah?" ucapku tak percaya

"Iya, aku suka kue buatanmu" katanya sambil tersenyum lebar

Itulah awal pertemuanku dengannya. Di tengan teriknya musim panasku yang ke-13. Laki-laki berambut merah itu terlihat berkilauan terkena sinar matahari sore yang terpantul dari jendela ruang PKK, dalam sekejap sosok itu telah mengetuk pintu hatiku dan menerobos masuk ke dalamnya.

'Mungkinkah aku telah jatuh cinta?' pikirku dalam hati seraya menatap senyumnya yang hangat

~GakuPuri~

Kyaa fanfic pertama nih, maaf kalau banyak yang salah-salah m(_ _)m

Kali ini aku buat cerita yang normal! Sekali-kali mau bikin Bunta jadi cowok normal lah~ :D

*digetok Bunta pake baskom*

Bunta: Dari dulu gw emang normal tau!

Penulis: Ampun bang, ampun. Jangan cium saya *plak*

*di smash ma Bunta pake bola bowling*

BUAG! BUK GEDUBRAK PLEK DUT

Berhubung penulis sudah terkapar kena bola bowling, sampai di sini dulu ya~

Kalau ada yang berbaik hati mau ngereview, monggo~ mas, mbak dipilih, dipilih, 3rb, 3rb!

*dilempar raket ma Bunta*

Bunta: Karena penulisnya udah makin error, mending gw aja yang nutup. Semuanya, sampai bertemu di chapter selanjutnya ya~ sonja, shikuyoro! ;)