Minggu sore, seorang gadis cantik nan imut tengah berlari cepat. Ia tidak mau terlambat dengan waktu yang dipastikan olehnya dan orang yang mungkin saat ini menunggunya. ZiTao atau bisa dikenal dengan Tao seorang gadis periang dan pintar ini ingin menuju rumah 'nenek'nya. Dengan nafas terengah-engah, ia berlari lebih cepat lagi. Jika dia ada janji dengan neneknya, dia tidak pernah terlambat seperti ini. Tadi restaurant sangat ramai dikunjungi pelanggan. Entah itu anak sekolah,orang kerja dan orang yang sudah lanjut usia juga ada untuk mengunjungi restaurant. Tao harus melewati jalan kecil yang tidak bisa dilewati oleh kendaraan apapun.

BRUK

"Arrhgg!" Tao tidak sengaja menabrak seorang pria berperawakan tinggi,rambut warna hitam malam,alis tebal seperti angry bird,dan tampan. Tao hampir saja tercengang melihat ketampanannya jika pria itu tidak membentaknya.

"Hey! Kau sudah menumpahkan Cappucino yang kuminum di Jaketku! Kau tau harga jaket ini? Hah kalau aku bilangpun kau tidak akan bisa menggantinya"

Tao diam dan meneguk ludah. Ia bingung apa yang harus ia katakan pada pria dihadapannya ini. Ia hanya seorang chef restaurant yang penghasilannya tidak seberapa. Tapi kalau memang benar harga jaket sang pria angry bird didepannya ini sangat mahal, mau tak mau ia harus mencari pekerjaan lain.

"Kenapa kau tidak membuka mulutmu untuk berbicara? Kau bisu yah? Dan apa yang kau kalungkan? Buku kecil seperti buku diari? Dasar bocah!" Tao menundukkan kepalanya sebentar dan melihat jam tangannya. Sudah lima belas menit ia terlambat. Tao mengambil bolpoin yang ada di kantong celana jeansnya dan menulis di buku kecil yang ia kalungkan.

'Ahh iya, aku adalah gadis bisu. Sebenarnya aku ingin berbicara denganmu dengan bahasa tangan, tapi aku tau kau tidak akan mengerti. Hmm, kalau kita bertemu lagi katakan berapa harga Jaketmu. Aku sedang terburu-buru untuk bertemu dengan nenekku. Bye ^^'

Pria itu mengerutkan dahinya dan menatap Tao tajam. Yang ditatappun hanya menatap pria yang dihadapannya bingung dan ia segera menyimpan bolpoinnya dan berlari lagi.

"Cantik tapi bisu it's not my style" gumam Kris Wu –Pria itu-. Tetapi lima detik kemudian ia menyeringai "Tapi kalau dilihat-lihat, dia bohay juga. Ahh aku lupa menanyakan namanya"

·

·

·

·

Prince Yifan and Princess ZiTao

Pairing : Kris Wu ( male, 19 y.o ) Zitao ( female, 20 y.o )

Rated : T

Genre : Cari sendiri saja okeh?

Warning : Ini Genderswitc buat uke. Typo(s) everywhere. Judul tak sesuai dengan cerita jangan salahkan saya, salahkan otak saya yang tidak bisa berputar untuk mencari judul yang sesuai /o\

Disclaimer : KrisTao hanya milik tuhan dan orang tuanya. Cerita murni milik saya. Enggak tau terinspirasi dari mana, pas liat sinetron distasiun swasta langsung ngetik.

DLDR!

ENJOY!

·

·

·

·

TOK TOK

CLEK

"Zitao? Kenapa nafasmu seperti orang berlari dikejar anjing? Ayo masuk. Akan nenek buatkan teh hijau untukmu" seorang wanita yang usianya sudah cukup tua itu membuka pintu yang diketuk oleh Tao dan mempersilahkan gadis cantik itu masuk.

"Kau duduk dulu saja. Nenek ambilkan minum dulu untukmu"

"Aaaa-"

"Tidak ada penolakan, Zitao!" benar kata neneknya. Ia ingin menolak untuk diambilkan minum oleh neneknya. Sebenarnya ia haus karena lelah berlari cepat dengan jarak yang cukup jauh tapi itu hanya akan merepotkan neneknya.

Jessica Wu, wanita tua yang ia anggap neneknya. Kenyataannya Tao bukan cucu kandung Jessica. Yang Tao tau, Jessica hanya mempunyai satu anak laki-laki dan dua cucu laki-laki. Tao dan Jessica bertemu saat Tao menemukan dompet Jessica yang isinya berlembar-lembar uang didekat restaurant tempatnya bekerja. Sedangkan Jessica sedang menikmati makanan direstaurant itu. Dan saat itu lah Jessica Wu mengklaim Tao menjadi cucunya.

"Zitao? Kenapa kau melamun? Apa yang sedang kau fikirkan?"

'Tidak apa-apa nek. Maaf aku terlambat, aku harus mengganti posisi temanku yang sedang sakit. Pasti cucu nenek sudah pulang yah?' jawab Tao memakai bahasa tangan. Untungnya wanita tua yang masih awet muda itu mengerti apa yang Tao katakan.

"Tidak masalah, dear. Cucu nenek sudah pulang sekitar setengah jam yang lalu. Ia pulang bukan karena menunggumu. Dia memang tidak betah disini" Jessica tersenyum cantik. Tao juga bingung, mengapa neneknya ini masih awet muda?

'Hmm, Tao ingin cerita nek'

"Cerita saja apa yang ingin kau ceritakan" Tao menceritakan semua tentang tadi ia tidak sengaja menabrak pria angry bird itu.

"Apa dia marah-marah tidak jelas padamu?" Tanya nenek Wu yang penasaran.

'Dia memintaku untuk berbicara. Tetapi aku sudah menjelaskannya kalau aku adalah gadis bisu. Ia mengatakan kalau aku seperti bocah karena aku mengalungkan buku kecil. Dan dia meminta ganti rugi karena jaketnya kotor' Tao menunduk.

"Sok sekali dia. Kalau nenek bertemu dengannya, nenek akan menggetok kepalanya. Memangnya harga jaket pria sombong itu berapa eoh?"

'Aku tidak tau. Aku bilang kalau aku dan dia bertemu lagi, dia harus mengatakan harga jaket itu'

"Kau tau namanya?" Tanya nenek Wu membuat pipi Tao memerah.

''Aku tidak sempat menanyakannya. Aku juga sedang terburu-buru. Nenek, jangan menggodaku!" Tao menutup wajahnya malu dan nenek Wu hanya tertawa kecil.

"Kenapa ? Kau itu cantik,imut,polos,murah senyum dan tubuhmu bagaikan model. Kau juga di sukai banyak pria kan?"

'Tapi aku bisu' nenek Wu tersenyum dan menyibakkan poni Tao.

"Zitao, nenek tau kau bisu. Bisu adalah kekuranganmu. Jangan berkecil hati. Jadikanlah bisu menjadi motivasimu untuk maju. Mungkin kau bisu tapi kalau kau pintar dan berbakat itu akan menambah nilai kelebihanmu. Kau pintar masak, itu adalah kelebihanmu. Banyak wanita sekarang hanya cantik tetapi tidak ada bakat sama sekali itu percuma" Tao mendengarkan nasihat nenek Wu.

"Buktinya kau banyak disukai oleh pria kan? Apa kau berfikir mereka memandang kekuranganmu yang tidak bisa berbicara? Bahkan dua pria yang berbicara dengan nenek mengatakan dia belajar bahasa tangan hanya untuk mengenalmu. Kau wanita beruntung, Zitao" nenek Wu mencubit hidung mancung Tao.

Tao tersenyum. Ia merasa lega. Ia memeluk nenek Wu dengan erat. Menyalurkan kasih sayang mereka 'Terimakasih. Aku menyayangimu, Nek'

Nenek Wu menepuk pinggang ramping Tao "Sama-sama, sayang. Nenek lebih menyangimu"

Tao sangat senang nenek Wu menganggapnya sebagai keluarga. Ia tidak tau orang tua kandungnya dimana. Sejak kecil ia sudah ada dipanti asuhan. Dan di umur enam belas tahun ia meminta ijin dengan ibu panti asuhan untuk tinggal mandiri dan ia bekerja di restaurant.

"Zitao, kau ingin menginap disini?"

'Ahh, sudah malam ya nek? Aku pulang saja. Terimakasih sudah mendengarkan ceritaku'

"Benar kau tidak menginap disini saja? Ini sudah jam tujuh malam. Kalau ada apa-apa denganmu bagaimana?" ucap nenek Wu yang khawatir dengan cucunya.

'Tidak nek. Aku pulang dulu nek'

.

.

.

Sesampainya dirumah, Tao membersihkan diri dan makan malam. Rumahnya bukan rumah yang besar tetapi cukup layak untuk ditempati olehnya. Tao rajin membersihkan rumahnya. Rumah kecil tapi bersih bukankah nyaman?

Ia masuk kekamar untuk ber-istirahat. Tetapi matanya melihat cermin yang menempel dilemari bajunya. Ia bercermin. Apakah dirinya cukup beruntung? Cantik? Ia mengelus wajahnya lembut,matanya cukup indah yang dihiasi kantung mata panda,hidungnya mancung,bibirnya merah yang diimpikan oleh wanita lain dan rambut sebahu dengan warna merah kecoklatan yang menjadi mahkotanya. Imut? Tao mencubit pipinya yang tembam dan mempoutkan bibir merahnya. Polos? Ia tidak tau mengapa banyak orang bilang kalau dia adalah gadis polos. Tubuh bagaikan model? Ia memegang pinggang rampingnya,dadanya yang cukup besar sesuai usianya dan kaki jenjangnya. Disukai banyak pria? Ya, Tao memang sering mendapatkan bingkisan bunga entah dari siapa.

'Apa aku sempurna? Ahh tidak-tidak, aku bisu! Mana mungkin aku sempurna seperti gadis lain' batin Tao.

Tao menghempaskan tubuhnya ke kasur empuk. Ia sempat berfikir mengapa gadis sepertinya dilahirkan? Hidup didunia? Ia tidak tau alasan orang tuanya menaruhnya dipanti asuhan. Dengan bahasa kasar ia dibuang dan tak dianggap. Setelah memikirkan itu, ia tersenyum karena banyak juga yang sayang padanya. Sampai-sampai ia dianggap cucu oleh orang tua pemilik perusahaan terbesar di Korea Selatan.

Tao sesekali memejamkan matanya. Rasa kantuk mulai menyerangnya. Dan akhirnya Tao tertidur dengan pulas.

.

.

.

Restaurant tempat Tao bekerja hari ini sangat ramai. Ia sebagai Chef di restaurant itu harus memasak sekaligus mengantarkan masakan yang di pesan oleh pelanggan.

"Tao, Cheese cake dan teh hijau untuk meja nomer 5" Tao mengangguk dan mengambil piring kecil dan memotong cheese cake di lemari pendingin. Selanjutnya ia menuangkan teh hijau ke mug putih kecil. Ia pun segera mengantarkan pesanan.

Tao meletakkan makanan pesanan itu. Seorang anak kecil yang di temani oleh seorang bodyguard bertubuh kekar.

"Tolong temani aku!" ucap anak kecil itu dingin.

"…"

"Aku tau kau sedang banyak pelanggan, Noona. Aku akan membayarnya dengan uang untuk mengganti pekerjaanmu" Tao mengambil bolpoin yang ia sangkut kan dikantong bajunya. Seperti biasa, ia akan menjawab pertanyaan dari sesorang yang tidak ia kenal di buku kecil yang ia kalung kan.

'Maaf adik kecil^^ Noona benar-benar tidak bisa. Lain kali saja yah?^^'

Mata anak kecil berwajah dingin itu memerah dan matanya menampung air asin yang di sebut air mata.

"HUWEEE… Diaa jahat sekali T-T" anak kecil itu menangis sekejernya. Membuat Tao yang ditatapi oleh semua pengunjung restaurant itu gelagapan. Ia tidak melakukan apa-apa tapi anak kecil itu menangis.

"Ada apa ini? Tao! Apa yang terjadi?" Suho Kim sang pemilik restaurant sekaligus orang yang sudah ia anggap kakaknya mendatangi mereka.

"Aku sama sekali tidak melakukan apa-apa. Anak kecil itu ingin aku menemaninya tetapi aku sedang banyak pekerjaan. Aku mohon, percayalah padaku" ucap Tao dengan bahasa tangan.

'Mengapa tangannya bergerak seperti itu? Apa yang sedang orang dewasa itu lakukan? Orang dewasa memang aneh"batin anak kecil itu yang sedang bingung.

"Baiklah anak kecil. Hyung akan memberi kesempatan untukmu untuk ditemani oleh pelayan kami. Tapi hanya tiga puluh menit saja. Oke?" ujar Suho dengan tegas tetapi tidak membuat anak kecil itu takut. Dan anak kecil itu mengangguk. Suho segera memberi tau ke pelanggan sebenarnya tidak terjadi apa-apa dan menikmati makanan mereka kembali.

Tao duduk di hadapan anak kecil yang sedang menikmati cheese cake dengan lahap.

"Apakah kue ini buatan noona?" Tanya anak itu sambil mengangkat sendok dan potongan kecil kue itu. Tao mengangguk.

"Rasanya lezat. Setelah ini aku ingin membungkus satu potong kue lagi untuk hyungku" ucapan anak kecil itu membuat Tao tersenyum senang.

"Namaku Wu Sehun aku kelas empat sekolah dasar. Nama noona siapa?" Tao masih diam. Bukannya dia enggan untuk menjawabnya hanya saja ia malu kalau dirinya ini gadis bisu.

"Hey noona? Kau tidak apa-apa? Jangan malu-malu berbicara denganku. Kau adalah wanita ketiga yang bisa berbicara denganku setelah Mama dan nenekku. Padahal diluar sana banyak wanita yang ingin berbicara denganku" Sehun menyeruput teh hijau kesukaannya.

Tao menulis jawabannya "Namaku ZiTao. Kau bisa panggil aku Tao noona"

Sehun mengernyitkan dahinya "Mengapa noona menuliskan jawabannya dibuku kecil itu? Apa noona tidak bisa berbicara?"

"Ya, aku bisu, adik kecil :)" Sehun kaget membacanya. Dan bodyguard Sehun pun juga membelalakkan matanya.

"Maafkan aku, noona. Aku sama sekali tidak tau" ucap Sehun merasa bersalah. Dan itu membuat Tao bingung. Ia mengira Sehun akan mencelanya.

'Tidak masalah ^^ Kau tidak sekolah?' Tanya Tao.

"Aku sudah pulang. Aku sangat bosan sekali dengan sekolah!"

Kau harus sekolah sampai kau berhasil! Kalau kau berhasil orang tuamu akan bangga padamu' Sehun yang membaca itu hanya memutarkan matanya.

"Orang tuaku tidak mengurusku! Mereka sibuk dengan pekerjaannya. Bisa di bilang aku tidak punya orang tua! Aku lebih sayang dengan nenekku"

Jangan seperti itu! Kau harus bersyukur masih mempunyai orang tua. Tidak seperti noona, noona tidak tau orang tuaku siapa. kau harus menjadi anak yang pintar. Kalau kau kesulitan dalam hal belajar, kau boleh tanyakan padaku' sebenarnya Tao adalah gadis yang pintar. Setelah Tao lulus SMA, Nenek Wu pernah membujuk Tao untuk kuliah jurusan kedokteran tetapi menurutnya itu hanya akan menyusahkan nenek Wu.

"Really? Apa noona mau membantuku belajar?" ujar Sehun dengan gembira. Tao mengangguk sambil tersenyum manis. "Thank you noona! Aku sudah lama ingin diajari belajar oleh orang lain kecuali guruku. Kau memang yang terbaik! Aku menyayangimu noona" Sehun memeluk Tao yang membuat Tao kaget. Dan Sehun dengan gampangnya menyayangi wanita cantik yang baru di kenalnya tiga puluh menit yang lalu. Tiga puluh menit?

"Noona, aku ingin membungkus satu potong chesse cake lagi untuk gegeku. Oya, aku punya gege yang tampan, kau pasti menyukainya. Aku akan mengenalinya padamu" Tao tersenyum sebentar dan meninggalkan Sehun untuk membungkuskan Chesse cake buatannya.

.

.

.

Seorang pria tampan berambut pirang sedang bersantai mendengarkan musik. Sebenarnya ia sangat bosan terus mendengarkan lagu. Kris Wu berjalan kearah jaket jeansnya yang digantung lalu keluar dari kamarnya. Mungkin malam ini ia akan ke Bar bersama Chanyeol-temannya-.

Tetapi sebelum ia menuruni tangga, kamar adiknya yang berada disamping kamarnya menarik perhatiannya. Kris berjalan kearah kamar adiknya dan ingin tahu apa yang sedang di lakukan adiknya. Bisa sajakan adiknya menonton film yang tidak sesuai dengan umurnya?

"My brother, what are you doing? Kau tidak tidur?" Tanya Kris pada adiknya yang sedang berada didepan laptop milik adiknya.

"Aku sedang belajar bahasa tangan, ge. Aku belum ngantuk" jawab sang adik tercinta. Kris sangat menyayangi adiknya. Walaupun ia seorang playboy dan berandal di sekolah.

Kris berjalan kearah adiknya dan ia menarik bangku yang berada di dekat meja belajar adiknya.

"Untuk apa kau belajar bahasa tangan? Apa kau sedang menyukai gadis bisu? Pfftt seperti tidak ada gadis lain saja"

"Tidak. Tadi siang aku bertemu dengan gadis bisu. Dia sangat cantik sekali. Mempunyai bibir kucing yang merah, tubuh yang langsing, mempunyai kantung mata yang lucu. Pokoknya dia sangat cantik sekali seperti Barbie" jelas Sehun sambil membayangkan gadis yang tadi siang ia temui dan menjadi noonanya.

Mendengar penjelasan sang adik, membuat Kris mengingatkan pada seseorang. Wanita bisu yang kemarin 'tak' sengaja menabraknya. Ciri-ciri wanita yang di ceritakan Sehun persis sekali dengan sosok wanita kemarin. Apakah wanita itu sama? Kris melihat adiknya dengan tenang belajar bahasa tangan dari hasil jelajahnya di internet.

"Ekhem, bolehkah aku ikutan belajar juga?" sepertinya menarik untuk belajar bahasa tangan. Yaa siapa tahu ia bertemu lagi dengan gadis itu.

"Boleh saja. Memangnya kau juga menyukai seorang wanita bisu? Kekeke ~" Sehun menjawab dan menyindir kakaknya dengan kata-kata yang sama pada saat kakaknya menyindirnya.

"Kau mengcopy-paste ucapanku!"

"Copas it's not my style hahaahaa" Sehun tertawa senang dan Kris menggeram kesal. Kris pun melupakan tujuannya untuk pergi ke bar.

.

.

.

Hari ini, restaurant tempat Tao bekerja tidak sebanyak kemarin. Ia membersihkan meja restaurant yang habis diduduki oleh pengunjung restaurant. Tao melihat jam yang berada di tangan kecilnya. Pukul 5 sore waktunya restaurant ini tutup dan para pelayan pulang. Tao mengganti seragam kerjanya dengan pakaian biasa.

Setelah ini Tao ingin kerumah neneknya. Ia sangat rindu dengan nenek kesayangannya.

"Tao, kau dicari seseorang" ucap gadis berambut merah, Krystal Jung.

'Siapa?' Tanya Tao.

"Aku tidak tahu. Katanya kau di minta untuk mengajarkan tuan muda dia. Itu saja yang dia bilang" jawab Krystal sambil mengikat rambut panjangnya. Tao berfikir, apa itu adalah bodyguard Sehun? Tao segera mengambil tasnya,berpamitan dengan rekannya dan menuju ke luar restaurant.

"Selamat sore noona Huang. Nama saya Choi Seung Hyun bodyguard pribadi tuan muda Wu Sehun. Saya di amanat kan oleh tuan muda untuk menjemput anda untuk ke rumah tuan muda. Silahkan" bodyguard itu membuka pintu mobil. Tao masih gugup untuk memasuki mobil mewah itu.

Tao pun masuk ke mobil itu dan pintu segera di tutup oleh bodyguard pribadi anak kecil kemarin. Tao terus meremas ujung bajunya dan menggigit bibir plumnya. Pasalnya, ia sangat gugup. Wu Sehun pasti orang kaya raya, apa jadinya jika seorang gadis bisu sepertinya berada dirumah orang kaya?

"Noona, sudah sampai" Tao menghentikan lamunannya. 'Cepat sekali' fikir Tao. Sebenarnya rumah Sehun tidak begitu jauh dari restaurant. Ia segera turun dan menatap takjub rumah atau bisa di sebut istana ini sangat-sangat besar dan mewah.

Seung Hyun yang berjalan di depan Tao hanya tersenyum melihat Tao sampai tercengang melihat istana mewah milik majikannya.

"Duduklah disofa noona, saya akan panggilkan tuan muda dikamar sebentar" Tao hanya mengangguk sopan. Ia masih melihat-lihat rumah Sehun yang mewah itu.

GREB

"NOONAAAA!" Tao kaget saat Sehun memeluknya. Dan Tao pun tersenyum sambil mengelus kepala Sehun.

"Noona, hari ini kita belajar ilmu pengetahuan alam saja. Soalnya aku ada tugas" ucap Sehun yang sepertinya semangat sampai-sampai ia membawa banyak buku.

'Apa yang tidak kau mengerti?' Tao bertanya kepada Sehun lewat buku kecilnya. Sehun menutup buku kecil itu.

"Noona, aku sedang belajar bahasa tangan agar aku mengerti ucapanmu. Jangan menyia-nyiakan usahaku. Noona bicara saja pakai bahasa tangan" ujar Sehun yang membuat Tao memasang tampang bersalah. Seorang anak kecil seperti Sehun berusaha belajar bahasa tangan hanya untuk bahasa tangan. Itu sangat merepotkan sekali.

'Itu sangat merepotkan mu bukan? Maaf kau harus kenal dengan noona' Tao berbicara dengan bahasa tangan sesuai apa yang dikatakan Sehun.

"Tidak-tidak. Itu sangat menyenangkan menurutku. Noona jangan memasang tampang bersalah gitu. Aku suka melihat noona tersenyum" Sehun tersenyum sangat tampan. Tao merasa terharu. Benar apa kata nenek Wu, ia sangat beruntung. Ngomong-ngomong tentang nenek Wu, Tao sangat merindukan wanita tua yang masih awet muda itu.

"Noona, ada pertanyaan yang tidak ku mengerti. Apa yang dimaksud dengan Alveolus?"

'Permukaan tempat pertukaran oksigen' jawab Tao yang masih memakai bahasa tangan. Dan usaha Sehun tidak sia-sia.

Dua jam Tao mengajari dan mengerjakan tugas Sehun, akhirnya selesai juga. Sehun sudah merebahkan dirinya di sofa empuk dengan kepala ia letakan dipaha Tao. Tao mengelus surai coklat Sehun.

"Noona.. aku ngantuk" kata Sehun sambil mengucek matanya.

'Yasudah, kau tidur saja di kamar. Noona akan pulang' ujar Tao sambil mengambil tasnya tetapi Sehun mencegahnya.

"Aku mau tidur di sini saja dengan-"

"Sehun?! Zitao?!" seseorang memotong ucapan Sehun. Dan itu adalah nenek kandung Sehun sekaligus nenek 'tiri' Tao. Tao sangat terkejut mengetahui kalau neneknya adalah nenek kandung Wu Sehun. Mengapa ia bisa melupakan jika neneknya itu adalah pemilik saham perusahaan Wu? Dan kenapa dia tidak berfikir kalau Sehun anak dari pemilik perusahaan Wu?

"Nenek? Mana Yifan gege?" Tanya Sehun yang bangun melangkahkan kaki mungilnya kearah nenek tersayang.

"Gege mu sedang membawa barang belanjaan nenek" Sehun hanya mengangguk dan kembali kearah Tao.

"Noona, aku akan mengenalkanmu pada gegeku. Kau pasti menyukainya kok" bisik Sehun ditelinga Tao dan Sehun langsung berlari keluar untuk menghampiri kakaknya.

"Zitao, mengapa kau ada disini sayang?" Tanya nenek Wu mendudukan bokongnya di samping Tao.

'Aku baru saja selesai mengajari Sehun belajar. Ada beberapa pertanyaan yang tidak ia ketahui. Tetapi sebenarnya Sehun adalah anak yang cerdas' ucap Tao tersenyum.

"Cucu nenek memang pintar semua. Cucu pertama nenek dia sangat pintar sebenarnya, tetapi dia sangat playboy dan berandal disekolahnya. Kau harus hati-hati dengannya. Nenek sampai pusing bagaimana dia menghentikan sikapnya." Ujar nenek Wu sambil memegang kepalanya. Tao tersenyum manis memijatkan pundak nenek Wu.

"Banyak sekali sih belanjaan nenek! Mengapa harus-. Hey kau gadis kemarin yang menabrakku kan?" pria pirang yang berseru itu menjatuhkan belanjaan neneknya dan menunjuk kearah Tao.

"Apa maksudmu, Yifan? Zitao?" Jessica Wu yang pusing bertambah pusing karena bingung.

Tao menjelaskan bahwa pria yang sebenarnya cucu pertama nenek Wu itu adalah pria yang kemarin tak sengaja ia tabrak.

"Oh jadi kau pria sok-sok'an yang mengejek Zitao bocah? Dasar! Cucu kurang ajar. Dia juga cucu ku!" nenek Wu menjitak kepala cucunya. Membuat Kris meringis.

"Apa yang nenek lakukan? Dia duluan yang menabrakku setelah dari rumah nenek dan membuat jaketku kotor karena tumpahan cappucino" nenek Wu menyilangkan dadanya "Berapa harga jaket itu hm?" Tanya nenek Wu dengan nada menantang.

Kris meneguk ludah "I-itukan jaket buatan nenek yang dibuat dengan penuh rasa kasih sayang nenek padaku jadi aku bilang saja mahal hehe" Tao yang masih duduk disofa hanya menunduk saja. Tidak mau ikut campur dalam masalah nenek dan cucu kandung walaupun seharusnya dirinya lah yang seharusnya berada diposisi nenek Wu.

"Kau sudah minta maaf ke Zitao?" ucap nenek Wu sambil menunjuk Tao menggunakan dagu lancipnya.

"Mengapa harus aku yang minta maaf? Dia duluan yang-"

"CEPAT!" bentak Jessica Wu dengan lantang. Kadang Kris hanya bungkam jika neneknya sudah marah dan mengikuti perintah neneknya.

"Maafkan aku, emm siapa namanya nek?"

"Zitao, cantikkan?" Tanya nenek Wu dengan nada menggoda.

"Biasa saja" jawab Kris dingin. 'Sebenarnya luar biasa' batin Kris. Nenek Wu menggelengkan kepalanya, membawa barang belajaannya kekamar khususnya dan mungkin mencari Sehun yang dari tadi tidak menampakan batang hidungnya.

Kris berjalan kearah Tao yang masih diam di sofa. Ia berdiri didepan gadis manis itu.

"Sedang apa kau disini?" Tanya Kris.

"Aaa emm"

"Gunakan saja bahasa tanganmu. Jangan gugup ketika kau berbicara denganku" Tao berfikir, apa pria ini bisa bahasa tangan?

'Aku diminta untuk mengajari adikmu'

"Siapa yang minta?" Tanya Kris sangat dingin. Tao menggigit bibir plumnya dan Kris menghela nafas melihat itu.

'Aa-adikmu' Tao segera mengambil tasnya dan buru-buru berdiri. Tetapi sial baginya, Kris berada didepan Tao dan dengan sengaja Kris mendorong Tao untuk jatuh lagi ke sofa empuk dan dirinya membungkuk. Memegang dagu Tao agar dekat dengan wajahnya.

Kris mulai mengamati wajah indah Tao. Mulai dari rambut lurus sebahu dengan warna coklat kemerahan, bulu matanya yang lentik, mata coklat almond yang indah, hidung mancung sempurna, pipi tembam dan merah, dan jangan lupa bibir peach merah yang mengundang untuk dicium dan dilumat. Oh my god, apa yang kau fikirkan Kris!

"Kau… sangat cantik" gumam Kris yang entah sadar atau tidak. Kris mendekatkan wajahnya lagi beberapa centi dan memiringkan kepalanya. Tao ingin membuang muka kearah lain tetapi dagunya yang ditahan Kris.

Dekat..

Dekat..

De-..

"Kris Wu! Apa yang kau lakukan?! Cepat antarkan Zitao pulang!"

Delete or END


Hallo, comeback lagi dengan membawa cerita gaje yang sama sekali kgak ada feelnya '-'?) wkwk, apakah ada yang kangen ? -_- okeh, pertama mungkin ceritanya masih kurang jelaskan. tapi mudah-mudahan dichap depan di jelasin. bilang aje yang kgak jelasnya, nanti saya jelasin. kedua, disini Wufan namanya masih Kris. saya males nge-ditnya :D. ketiga, saya minta riviewnya okeh ?

Wassalam :)