YO! Yo! YO! Ini Yuri-chan!! * readers : bodo...*
Hehehehe.....Ini fanfic ketigaku di FFn dan pertama di fandom Naruto. Mohon maaf kalau seandainya kalian bete melihat fanfic yang aneh seperti ini.
Anyway!! Check this Out!!
"~"
Alunan
By Yuri for summer
Disc : Naruto Masashi Kishimoto
"~"
Dentingan piano terdengar dengan merdu di sebuah rumah megah disusul dengan biola yang mengalun dengan lembut menghasilkan lagu yang indah di siang hari yang sepi ini. Sang gadis berambut indigo dan bermata lavender yang memainkan piano itu bermain sambil menutup matanya sembari menghayati lagu yang ia mainkan. Jari-jari lentiknya melompat dari satu tuts ke tuts yang lain, terkadang satu tangannya memainkan dua atau tiga tuts sekaligus. Di sebelahnya gadis yang lebih muda darinya dan berambut cokelat panjang memiliki mata yang sama dengan warna mata gadis di sebelahnya bermain biola berwarna cokelat tua yang divernis dengan sempurna. Tangan kanannya menggesek biola dengan nada teratur. Terkadang dia sedikit membungkuk begitu memainkan lagu yang memaksanya untuk menekan senarnya lebih keras.
Musik itu semakin cepat dan menggebu-gebu, hingga akhirnya musik itu memelan dan semakin pelan. Lalu musik itu benar-benar berhenti. Suasana kembali sepi. Yang ada hanyalah suara tepukan tangan dari seorang pemuda yang daritadi mendengar permainan mereka berdua. Pemuda itu lalu berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri kedua gadis itu.
"Hebat sekali Hinata. Hanabi." ucap pemuda itu. Kedua gadis yang disebut sebagai Hinata dan Hanabi membungkuk dengan hormat ke arah pemuda itu.
"Terima kasih, kak Neji." jawab mereka berdua dengan serempak. Pemuda bernama Neji itu hanya tersenyum simpul sambil mengangguk pelan. Kemudian mengambil partitur yang ada di atas piano dan membacanya sekilas. Hanabi, gadis berambut cokelat itu menghampiri Neji dengan perlahan.
"Err... Kak Neji benar akan menjadi conductor di grup orchestra kali ini'kan?" tanya Hanabi. Terbesit nada harap di setiap ucapannya. Neji mengangguk lalu mengelus kepala Hanabi.
"Yah...Menurut paman Hiashi sih begitu," jawab Neji. Hinata,gadis berambut indigo itu tersenyum senang.
"Syukurlah... Kita bisa main bertiga ya," ujar Hinata dengan gembira. Neji kembali mengangguk.
" Ayo. Sudah waktunya makan siang," ajak Neji sambil mendorong pundak kedua adik sepupunya itu menuju pintu. Hinata dan Hanabi tidak melawan dorongan Neji dan hanya menuruti arah dorongan itu.
Hyuuga's Leaf Orchestra...
Merupakan sebuah orchestra yang dibangun sejak 20 tahun yang lalu. Selama ini sang kakek dan anaknya,Hikaru dan Hiashi Hyuugalah yang membangun orchestra ini hingga akhirnya menjadi salah satu orchestra yang terkemuka di Jepang. Semenjak sang kakek meninggal 3 bulan yang lalu, Hiashi yang dulunya menjadi conductor harus menambah jabatannya menjadi seorang kepala orchestra.
Dia sendiri tahu betapa beratnya memiliki dua jabatan. Karena itu dia ingin mencari pengganti dirinya. Melihat kedua anak perempuannya, Hinata dan Hanabi telah menjadi bagian dari orchestra, maka sang keponakan, Neji Hyuugalah yang terpilih menggantikan posisinya sekarang.
TING! TONG!
"Ah! Biar saya bukakan." ucap seorang pelayan wanita dengan sigap tanpa ragu segera berlari meninggalkan ruangan makan tempat ketiga remaja tanggung itu sedang menikmati makan siangnya. Sesaat kemudian pelayan itu kembali datang sambil membawa sebuah kotak kecil.
"Nona Hinata, ada paket untuk anda." ujar pelayan itu. Neji menatap pelayan itu dengan dingin.
"Tidak punya sopan santunkah kamu sehingga mengganggu kami menikmati makan siang kami?" tanya Neji dengan dingin. Pelayan itu menunduk dengan takut.
"Maaf, tuan muda Neji. Saya..." ucapan pelayan itu berhenti ketika Hinata berdiri dan menatap Neji dengan tatapan 'tidak-apa-apa-kok-kak', lalu menghampiri pelayan itu. Sontak pelayan itu langsung memberikan paket kecil tersebut di tangan Hinata.
"Terima kasih", jawab Hinata dengan lembut sambil melihat paket itu dan membukanya perlahan. Raut wajahnya menjadi bingung begitu melihat isi paket itu. 'Surat?' pikirnya. Lalu mengambil surat itu dan membacanya dalam hati.
Bonjour, Madamoislle Hinata.
Apa kamu masih mengingatku? Aku harap malam nanti kita bisa bertemu di danau dekat hutan Konoha. Dengarkan suara saxophone dan kita akan bertemu.
Salam.
BUN.
"BUN?" ucap Hinata dengan heran. Tidak pernah dia berkenalan dengan seorang baik laki-laki maupun perempuan bernama BUN. Apa ini suatu teka-teki? pikirnya
"Hinata." panggilan Neji mengaggetkan Hinata. Neji melanjutkan "ada sesuatu?" tanya Neji. Hinata menggeleng dengan cepat.
"Tidak...Aku... Permisi dulu." pamitnya, lalu dengan cepat berjalan menuju kamarnya di lantai 3. Hanabi dan Neji menatap pintu yang sudah tertutup itu dengan heran.
"Sepertinya ada yang aneh..." kata Hanabi. Neji mengangguk setuju.
"Aku juga merasakannya." jawab Neji.
Hinata terlentang di tempat tidurnya yang berukuran king-size dan berwarna putih dengan selimut berwarna biru dengan nuansa pink menimbulkan kesan unik. Di tatapnya langit-langit yang berwarna putih pucat dengan lampu kristal menggantung dengan indahnya menerangi kamar gadis cantik itu.
Pikirannya masih menerawang dengan tulisan yang baru saja dia baca. BUN...
terkesan seperti sebutan untuk seekor kelinci. BUNNY. Tapi tidak mungkin. Teman-temannya sejak kecil hingga sekarang tidak memiliki panggilan khusus kecuali Uchiha Sasuke yang dipanggil 'COOL CHICKEN' dikarenakan bentuk rambut alaminya yang unik dan sikapnya yang dingin. Lagipula harusnya jika itu Sasuke lebih tepat inisialnya CCUS ketimbang BUN. Dan Saxophone... Siapa yang bisa memainkan alat itu ya? Tiba-tiba Hinata langsung duduk di atas kasurnya yang empuk itu.
"Aku harus bertemu dengan dia." gumamnya dengan yakin
"~"
Malam yang larut dan dingin tidak menyurutkan keinginan Hinata untuk bertemu dengan seorang yang mengenalnya namun tidak dia kenal. Atau mungkin dia kenal namun dia tidak ingat. Ada berbagai maam kemungkinan yang bisa Hinata pikirkan saat ini.
Kakinya yang langsing berhenti begitu dilihatnya danau Konoha yang indah diterpa sinar bulan purnama yang membentuk lingkaran sempurna. Dari jarak 20 meter dari tepi danau, mata lavendernya mampu melihat keindahan yang Tuhan berikan pada malam hari ini. Namun mata lavendernya tidak menemukan sesosok manusiapun yang sedang menunggu kehadiran seseorang. Kehadiran dirinya. Hingga telinganya mendengar sebuah alunan saxophone yang membunyikan sebuah lagu...
Ave Maria-Wedding, itulah judul lagu yang dibunyikan saxophone itu dengan indah. Hinata menutup matanya, menikmati keindahan lagu yang diberikan oleh pemain saxophone itu. Kakinya melangkah menuju asal suara itu, mencari tahu siapa gerangan yang telah menimbulkan suara seindah ini pada malam yang indah pula. Matanya tertuju pada siluet seorang pria yang sedang bermain saxophone di bawah sinar rembulan di tepi danau.
Hinata menatap siluet itu dengan kagum. Benar-benar musik yang indah. Tanpa disangka, sang pemusik langsung menghentikan permainannya dan membuat Hinata kecewa. Namun kekecewaan itu sirna ketika dilihatnya siluet itu mendekati dirinya. Perasaan bingung bercampur takut merasuki dirinya. bayangan itu semakin dekat sehingga memunculkan sosok seorang yang benar memang ia kenal.
"Hai, Hinata." sapa sosok pria itu. Sementara Hinata tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"~"
WAAAAAAHHHHHH!! KU Pubilsh! KU Publish! THIIDAAK!!! *ditendang*
Konflik belum kelihatan di sini. Mungkin di chapter 2 atau 3 baru konfliknya muncul.
Ku harap kalian suka...
XD
Yuri-chan
