•Prologue•

Summary: "Kenapa aku harus tinggal dengannya?" Bagaimana nasib adik angkat Kiku, Akimoto miharu, yang harus tinggal dengan seorang lelaki bernama Ivan yang BARU SAJA dikenalnya? Dan bagaimana jika Ivan mulai jatuh cinta padanya? Human name used.

Rating: T

Genre: Romance & Humor

Russia x OC

Warning: OOC, OOS. Pairing straight, no yaoi. Sorry.

Disclaimer: Hetalia milik Hidekaz himaruya, tapi cerita ini dan Aki-chan milik saya.

~Akimoto's POV~

"Ayo, Aki," Panggil kakak. Aku mengangguk dengan patuh dan mengikuti langkahnya.

Aku mengikuti kakak ke ruang pertemuan. Kiku adalah kakak angkatku. Ia menemukanku terlantar di pinggir jalan ketika aku masih kecil. Kemudian dia merawat dan menjadikanku saudara. Dia saudara yang baik. Aku sangat menyayanginya.

Hari ini dia akan memperkenalkan aku dengan negara-negara lainnya. Walaupun aku bukan negara, tapi ia menginginkan aku bertemu dengan teman-temannya dan menemaninya di pertemuan resmi itu. Dengan gugup aku meluruskan poni hitam yang membingkai wajahku dan merapikan sweater yang kukenakan.

"Perkenalkan, ini adik angkatku," kata kakak setelah kami berdua memasuki ruangan besar dengan meja bundar yang dipenuhi banyak orang. Aku mengangguk, "Namaku Akimoto. Akimoto Miharu." Kataku pelan. Seorang pemuda berambut pirang dengan alis tebal mengangguk. Kemudian ia mempersilahkan aku duduk. Aku duduk diantara kakak dan seorang lelaki berambut abu-abu dengan mata ungu yang imut. Aku jadi agak grogi duduk di sebelahnya.

"Hei, Miharu-chan, tidak perlu tegang seperti itu~da," kata lelaki itu. Aku menoleh dengan gugup. "Ah, panggil saja aku Aki," kataku sopan. Ia mengangguk. "Namaku Russia, tapi panggil saja Ivan," kata lelaki itu. Kami bersalaman dengan kikuk. Ivan tersenyum padaku dan aku dapat merasakan wajahku memerah. Manis sekali senyumannya. Dari wajahnya, aku bisa menebak usianya masih muda. Mungkin hanya sedikit lebih tua dariku.

"Ah, ngomong-ngomong, wajahmu manis sekali~da,"Puji Ivan, membuat wajahku semakin merah. "Be-benarkah?" Tanyaku gagap.

Ivan mengangguk.

"-membuatku ingin menginjaknya," kata Ivan kemudian.

Pause. Apa katanya tadi? Menginjak? Menginjak wajahku? Aku tahu aku berkulit cokelat terbakar matahari dan wajahku tidak begitu cantik, seperti Natalia atau Elizaveta, tapi tidak ada yang boleh berkata seperti itu.

"Apa-kau-bilang?" Tanyaku pelan dengan aura membunuh yang bisa membuat kakak langsung menundukkan kepalanya sedalam mungkin.

Tapi Ivan tetap tersenyum seperti sebelumnya.

"Aku bilang aku ingin menginjak wajahmu~da," kata Ivan.

Oke, sudah cukup.

Aku mencubit pipinya keras-keras dan menariknya ke berbagai arah.

"Kau mau menginjak wajahku, hah? " Kataku sambil terus menarik pipinya.

"Owowowowoow!" Lolong Ivan seperti serigala salju.

Aku tersenyum penuh kemenangan. Kacamata bergagang hitam yang kukenakan sampai miring. "Hahaha! Coba saja kalau bisa!"

"Ehem!" Terdengar suara berdehem dari depan ruangan dan aku sadar bahwa semua orang sedang memperhatikanku dan Ivan. Aku buru-buru melepas tanganku dan menundukkan kepala karena malu.

Ehm, sebenarnya karena Natalia sedang memberi death-glare padaku.

Ivan, yang pipinya merah karena cubitan tadi hanya bisa menggaruk kepala. Dasar tidak berguna. Pertemuan kembali berjalan. Tiba-tiba, Ivan mencolek lenganku.

"Akan kucoba untuk menginjakmu. Pasti~da" bisiknya dengan senyum 1500 watt-nya.

Aku menoleh dengan kesal,"Apaan sih!" bisikku balik. Menyebalkan sekali orang ini.

Setelah bertatapan dingin selama beberapa detik, kami kembali mendengarkan seorang pria dengan rambut coklat, berkacamata dan bermata biru berteriak tentang sesuatu. Kurasa ia menyebut 'Hero'

Setelah selesai pertemuan dan berkenalan dengan semua negara,aku kembali ke rumah. Kakak pergi ke rumah temannya yang bernama Ludwig dengan seorang pemuda bernama Feliciano. Katanya ada urusan. Ia menyuruhku pulang duluan. Aku membuka pintu sorong bergaya Jepang dan segera berjalan ke kamarku. Aku menggelar futon di tatami berwarna jerami dan membaringkan tubuhku disitu. Aku menutup mataku dan tidur, bahkan tidak repot-repot mengganti bajuku.

Besok paginya,aku terbangun karena mendengar ketukan pintu. Aku membuka pintu sambil menguap.

"Ah..kakak? Kapan pulang?" Tanyaku sambil tersenyum melihat kakak di depan pintu kamarku.

"Baru saja. Ayo cepat sarapan," kata kakak. Aku mengangguk.

"Kalau begitu,aku akan mandi dulu." Kataku dan aku kembali menutup pintu.

Setelah selesai mandi, aku mengenakan yukata berwarna oranye dengan motif daun berguguran, cocok dengan kulitku yang berwarna karamel. Dibandingkan kakak yang berkulit putih, aku lebih terlihat sebagai gadis asia.

Aku berjalan menghampiri kakak di ruang duduk. Aku makan dalam diam sementara kakak menyesap teh hijau kesukaannya.

Ketika aku sudah selesai makan, kakak berdehem.

"Aki, ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu," kata kakak pelan, hampir tidak terdengar.

"Apa kak?" Tanyaku.

"Kau akan tinggal dengan Ivan," kata kakak, masih sepelan sebelumnya. Aku menajamkan telinga. Apa katanya tadi? Tinggi? Tissue? Tongkat?

"Maaf? Aku tidak dengar," kataku.

Kakak menghela nafas.

"Kau akan tinggal dengan Ivan," ulang kakak. Aku berusaha mencerna informasi yang baru saja masuk ke telingaku.

"APAAA?" Jeritku panik. Kakak mengangguk dengan tegas.

"Mulai besok, kau akan pindah ke rumahnya," kata kakak.

Mataku mulai berkaca-kaca.

"Tapi...kenapa? Apa kakak mengusirku? Aku minta maaf!" Suaraku serak.

"Apapun kesalahan yang kubuat,aku minta maaf! Tolong jangan minta aku pergi!" Isakku tak terkendali.

Kakak merangkulku dalam pelukannya.

"Maafkan aku, Aki," bisik kakak. "Aku tak punya pilihan," suara kakak bergetar, kemudian lenyap.

Aku mulai menangis dan menangis dan menangis dan menangis. Dan menangis. Dengan pahit.

"Kenapa aku harus tinggal dengannya?" Tanyaku ketika sudah mulai tenang. Kakak menatapku, mata coklatnya agak merah.

"Pokoknya ini demi kebaikanmu. Nah, mulailah mengepak. Besok Ivan akan menjemputmu," kata kakak.

Suara kakak begitu lemah sampai aku tak bisa membantah. Aku hanya mengangguk dan kembali ke kamarku. Tapi aku tidak mengepak. Aku menangis sepanjang malam. Aku baru mulai mengepak ketika keesokan harinya kakak mengetuk pintu dan menyuruhku membereskan barangku karena Ivan sudah datang.

Betul saja. Ia berdiri di depan pagar dengan senyum manis-tunggu! Senyum yang TIDAK manis itu masih menempel di wajahnya.

"Aki-chan!" Sapanya riang. Aku tidak menjawab. Kakak sedang menaikkan koperku ke mobil.

"Sampai jumpa, Aki. Baik-baiklah disana. Jangan membuatku cemas." Kata kakak lembut setelah aku memberinya pelukan terakhir. Aku tergoda ingin menangis lagi,tapi aku tidak akan sudi menangis di depan Ivan.

Kakak berpaling pada Ivan, "Jaga dia baik-baik," nada suara kakak berubah menjadi lebih keras. Namun,setelah melihat ekspresi menantang 'Kalau-Tidak-Memang-Kenapa?' milik Ivan, kakak menambahkan dengan suara pelan, "Tolong,".

Aku naik ke mobil,diikuti oleh Ivan. Kami berjalan dalam diam.

"Hei," sapa Ivan.

Aku tetap tidak menjawab.

"Jangan menangis~da.." Kata Ivan pelan, nada suaranya seperti anak kecil. Rupanya ia menyadari bahwa mataku sembab.

"Siapa yang menangis!" Sangkalku, tapi bersamaan dengan kata-kata itu,dua butir air mata jatuh dari pelupuk mataku.

Ivan mendengus pelan,kemudian mengambil saputangan dan mengelap pipiku.

"Aku tidak tahan melihat seseorang menangis," kata Ivan, membuatku sedikit tersenyum.

"Terima kasih," kataku pelan. Ivan tersenyum. Mobil terus berjalan ke tempat kediaman Ivan, atau lebih tepatnya, rumah baruku.

-To the next chapter-

Akimoto Miharu adalah karakter milik saya. Maksudnya, OC. Berikut deskripsinya:

-Rambut hitam panjang sepunggung

-Kacamata berbentuk kotak bergagang hitam

-Kulit cokelat.

-Tinggi: 161 cm

-Berat: 62 kg (Dia agak gendut) :3

-Wajahnya pas-pasan. Nggak cantik dan nggak jelek. Cerita itu nggak bakal jadi seru kalau semua tokohnya cantik.

-Pribadinya aneh, tapi menarik. Kadang lembut, tapi gampang marah.

-Hobi: makan snack Jepang.

Masih ada lanjutannya..tapi akan dijelaskan seiring dengan cerita.

Oh iya. Chapter ini hanya semacam prolog. Chapter yang kedua dan seterusnya akan menggunakan sudut pandang orang ketiga.

So...review?

Please?

Pretty please?

Pretty please with sugar on top?

Pretty please with sugar on top and white cream?

Pretty please with sugar on top and white cream with sprinkles?