Forget Me

Halo.. nama saya Sa-

(Reader : Udah tahu noh semuanya! Masih mau kenalan! Kamu itu udah lama di fandom SenBasa.. udah banyak orang kenal namamu)

Iya.. iya tahu..

Pengalaman pertama make fanfic Complete nih. Tapi kalian pasti langsung bisa menebak siapa tokoh utama yang saya ceritakan. Mungkin saja ini adalah side story dari sebuah fanfic saya.. tebak saja sendiri..

Yap, Masamune Date!

(Reader : Mune lagi...).

Tapi nyesek juga bikinnya.. sangat bertolak belakang dengan apa yang saya harapkan..

(Reader : kebanyakan bacot lu ah!).

Rate : T!

Disclaimer : SenBasa punya Capcom. Bukan punya saya..

Happy reading!

P.S : sangat disarankan membaca fanfic ini sambil mendengarkan lagu 'Blue' milik Big Bang.


Forget Me..

Kalau kau mencintaiku.. maka lupakanlah aku..

...

Salju turun beraturan dari langit yang beku. Hawa dingin sekitar membuat orang berlalu lalang mempercepat langkah mereka. Tapi diantara sekian banyak manusia...

Tentu saja ada yang bergerak lambat...

Seorang figur pria berambut coklat panjang lurus, dengan poni yang dibiarkan menutupi wajahnya. Mulutnya terkatup rapat, jaket birunya tidak dikancingkan, begitu juga syalnya yang hanya dikenakan sembarangan.

Entah tidak peduli atau memang ingin menyesapi hawa dingin yang ada. Beberapa orang mulai memperhatikannya, sekilas melihat. Wajahnya cukup tampan, tapi tersirat juga gurat wajah kelelahan menghadapi hidup.

Tangannya dimasukkan dalam-dalam ke dalam saku jaket, dan diam-diam dia meremasnya di dalam sana. Pria itu tidak ingin musim dingin berlalu dengan cepat..

Seperti hari ini adalah hari terakhir dalam hidupnya. Hatinya hancur dan raganya tidak bergairah untuk digerakkan. Sepertinya kebahagiaan adalah sebuah omong kosong baginya..

Dia baru saja membuat sebuah keputusan.. yang sukses mengiris-ngiris jantungnya.. dia mengkhianati perasaannya sendiri.

Keputusan untuk tidak akan pernah lagi mencintai orang yang sangat dia cintai..

Seorang gadis yang telah mengisi hatinya untuk selamanya..


Masamune's P.O.V

"Kau datang... Masamune-kun.."

Suara merdu itu menyambut pendengaranku pertama kali. Aku terdiam sejenak untuk menikmati betapa indahnya suara yang baru saja melewati telingaku barusan. Bibirku tersenyum, mataku kupejamkan. Mendengar suaranya saja sudah menentramkan, seolah empunya sedang membagi pelukan hangatnya.

Tidak..

Tidak lagi...

"Masamune-kun?"

Aku tersadar. Antara terkejut dengan apa yang telah kulakukan dan apa yang ada di hadapanku.

Seorang gadis cantik berambut coklat panjang dan bermata coklat memandangku lembut. Seperti biasanya..

Oh tidak..

Jangan melakukannya lagi..

Aku tidak boleh terus begini..

"Kau baik-baik saja?" tanyanya dengan suara cemas.

"Aku tidak apa-apa Mego.." kataku lembut padanya. Seolah menenangkannya. Wanita itu tersenyum, lalu dia menepukkan tangannya ke ruang kosong di kursi yang didudukinya.

Meski begitu, aku tidak terlalu memerhatikan sinyalnya. Aku terkejut dengan respon yang kuberikan pada pertanyaannya tadi. Kenapa aku masih saja berperilaku lembut, padahal aku sudah berjanji akan segera mengakhirinya dengan cepat.

Aku tidak boleh begitu lagi..

Harus..

Aku menatap wanita itu. Mego, lebih dikenal dengan Megohime. Dia adalah orang yang bersekolah di tempat yang sama denganku saat sekolah menengah atas.

Mego orang yang baik. Dia selalu bersikap lembut pada siapapun, bahkan padaku.. yang mungkin saja melakukan hal yang tidak baik padanya.

Perilakunya yang tidak biasa dan kecantikan alaminya sukses membuatku terjebak. Terjebak dalam perasaanku sendiri..

Perasaan kalau aku menyukainya..

Lalu tumbuh menjadi cinta pertama..

Ya..

Dia cinta pertamaku setelah sekian lama..

Mego selalu membantuku. Dia juga peduli padaku. Bahkan sebelum dia menyadari kalau aku menyukainya, sikapnya sudah begitu baik. Lebih dari teman biasa..

Aku pun sadar..

Dia juga menyukaiku..

Waktu itu tanpa pikir panjang aku langsung mengutarakan cintaku padanya..

Yang langsung disambut dengan haru biru bahagia di wajah cantiknya..

Bahagia perasaannya terbalas..

Semenjak saat itu, aku berjanji akan terus membuatnya tersenyum. Dan itu bukanlah omong kosong..

Hubungan kami berjalan dengan indah selama beberapa tahun..

Begitu lurus dan tanpa halangan apapun..

Seolah ini adalah kisah cinta negeri dongeng..

Semuanya mendukungku dan ikut bahagia aku bisa mendapatkannya. Aku tidak pernah jenuh bersamanya..

Begitu juga dia..

Tapi, aku sudah berpikir konsekuensi yang akan datang..

Cintaku akan berakhir tragis setelah berbagai macam bunga memori dirangkai..

Setiap ada kebahagiaan..

Kesedihan pasti mengikuti kita...

Tidak peduli kapan dia nampak, suatu saat dia pasti akan datang..

Tapi kenapa harus di akhirnya...

Kenapa harus setelah semua kenangan indah itu harus terjadi..

Cinta ini tidak adil untukku.. dan juga Mego..

Keputusan tersulit dalam hidupku.. dan juga yang paling kubenci.. mengubah sisa hidupku untuk selamanya.. aku akan kehilangan dia..

Aku akan kehilangan orang yang kucintai.. karena keputusanaku sendiri..

Mataku berubah tajam dan dingin saat dia memandangku. Mego terkejut, dia mungkin tidak pernah melihatku seperti ini.

Tapi aku berjanji ini akan jadi terakhir kali dia melihat mataku yang seperti ini.. dan juga terakhir kali dia melihatku..

"Mego.." kataku dengan nada dingin. "Ya, Masamune-kun?" tanya Mego takut-takut. Pandanganku melunak melihat ekspresi sedih yang tidak akan kubuat lagi. Tapi aku tidak boleh begini..

"Kau tahu kenapa aku memanggilmu kesini?" tanyaku. Mego menggeleng. "Kita harus bicara.." kataku tegas. Mego mulai merasakan firasat tidak enak. Dia tidak pernah berpikir akan menerima kabar buruk dariku. Tapi senyumnya berusaha keras dia kembangkan.

"Masalah apa Masamune-kun? Apa kau marah padaku belakangan ini?" tanyanya.

Aku menggeleng.

Tidak..

Sama sekali tidak..

Dia tidak pernah bisa membuatku marah..

"Kenapa tidak duduk saja Masamune-kun?" tawar Mego. Sepertinya dia berusaha mengulur waktu sebelum aku memulainya. Tapi tetap saja, apapun yang dia lakukan percuma. Dia akan mendengarnya, dengan cepat dan agar dia cepat melupakannya.

Aku menolak tawaran Mego.

"Aku akan melakukannya dengan cepat.. kupastikan satu kalimatku mengakhiri pertemuan ini.." kataku.

Mengakhiri pertemuan kita untuk selamanya..

Mego menelan ludah. Matanya mulai berair, dia tidak bisa mengelak lagi. Mengelak dari kenyataan pahit yang bertamu tanpa undangan, dan kabar buruk akan selalu begitu.

"Masamune-kun.."

"..."

"Kumohon jangan.."

Mego..

"..."

"Aku mencintaimu.."

Aku juga mencintaimu Mego..

Aku mencintaimu sepenuhnya..

Karena itulah..

Terima kenyataan ini..

Seperti aku menerimanya..

"Mego..", aku memulai kalimatku. Mego mulai membuat air terjun di kedua ekor matanya.

"Aku akan pindah.. dan aku akan menetap disana.."

"Bukan berarti kau harus mengakhiri semua ini.."

"Aku mencintaimu.."

"Aku juga mencintaimu.. karena itu.. aku bersedia merindukanmu selamanya!"

"Aku mencintaimu.. karena itulah terima kenyataan kalau aku harus meninggalkanmu karena orang tuamu tidak suka padaku!" Kataku.

Mego langsung terdiam, dia tidak pernah menyangka. Justru dirinyalah, justru karena orang tuanyalah orang yang dicintainya meninggalkannya. Mego tidak pernah tahu orang tuanya membenciku.

"Orangtuamu membenciku.. tapi mereka selalu diam... tidak tega mengatakannya padamu.. karena itulah mereka menyuruhku mengatakannya.. atau kalianlah yang akan meninggalkanku.." terangku.

Mego menundukkan kepalanya. Tangannya terkepal dengan titik-titik air jatuh ke atasnya. Mego menangis..

"Aku tahu ini sulit.. tapi ingat kata-kataku.." kataku.

Aku mendekat padanya. Mego tidak mau mengangkat wajahnya. Terlalu menyakitkan melihat wajahku yang sebentar lagi takkan dia lihat lagi.

"Aku akan tetap mencintaimu.." bisikku lembut. Mego masih diam. Sepertinya kata-kataku takkan menenangkannya. Justru membuatnya semakin tertekan begitu mengingat setiap detik ini esok.

"Kalau kau mencintaiku.. lupakan aku.." kata Mego.

Aku tersentak, aku tidak pernah menyangka. Dia akan mengatakan hal seperti itu..

"Kau juga.." kataku.

"Lupakanlah aku.."

"Aku mencintaimu.."

"Aku juga mencintaimu..."


xxxx


Sudah beberapa tahun semenjak kejadian itu. Aku benar-benar pindah dan menjadi seorang guru. Aku terdiam mengingat semua kejadian itu. Aku sudah berjanji akan melupakan semua itu. Tapi itu mustahil.

"Sensei?" tanya seseorang di hadapanku.

Aku menatapnya. Seorang gadis berambut hitam gelap panjang sepinggang. Begitu lurus dan halus. Wajah pucatnya memandangku sejenak, lalu fokus kembali ke pekerjaannya. Gadis itu..

Gadis itu datang tiba-tiba dari negara lain. Dia jauh lebih muda dariku. Dia muridku yang baru.. jujur saja..

Setiap hariku masih diisi dengan masa laluku yang indah. Juga berakhir tragis, tapi ketika aku tanpa sengaja melihatnya untuk pertama kali. Semua kenangan itu terhapus seketika..

Digantikan rasa aneh dan menyeruak..

Aku berusaha mencari tahu siapa sebenarnya dia. Kemudian mendadak aku diminta untuk menggantikan seniorku untuk menjaga kelasnya.

Sontak itu membuatku terkejut..

Apalagi.. yang lebih mengejutkan lagi..

Dia menyuruhku untuk menjaga gadis itu... melindunginya dari apapun yang membuatnya semakin tertekan..

Aku menerima tawaran itu. Aku ingin mengerti. Ingin mengerti apa yang kuinginkan sebenarnya dari gadis itu. bahkan, belakangan ini aku merasa kesal melihatnya sering cekcok dan ribut dengan seorang temannya yang berambut putih dan dijuluki sebagai 'Rambut Seterika'.

Aku ingin menunjukkan kalau akulah yang harus dia prioritaskan.. sungguh pemikiran yang egois.. yang hanya bisa kuberikan padanya..

Aku bahkan tidak pernah melakukannya pada Mego. Hanya pada dia saja..

"Kau.." aku memulai perkataanku.

"Ya sensei?"

"Bagimu.. Mitsunari itu orang seperti apa?"

Dan kalian tahu apa yang selanjutnya terjadi bukan?


Oh Yeah! Kalian sudah tahu kalau ini memang side story dari Day Dream! Bedanya ini adalah sudut pandang Masamune dan alasan akan semua perilakunya. Berlandaskan keegoisan membingungkan dan masa lalu tak terlupakan.

Masamune sebenarnya bukan siapa-siapanya [Name] di Day Dream. [Name] benar-benar seorang murid pindahan yang muncul begitu saja dan langsung membuat Masamune tertarik.

Masamune bahkan tidak tahu kenapa dia bisa tertarik pada [Name], [Name] sendiri tidak sedikit pun menyerempet dengan Mego. Perlakuan Masamune pada [Name] dan pada Mego jelas berbeda 180 derajat. Yang membuat hubungan ini justru semakin menarik.