Hallo minna-san! Kembali lagi dengan saya, Akasuna no Zaachan.

Ini adalah fanfic kedua saya. Saya masih newbie, hehehe.

Ini request dari teman saya, Hikmah

.

Disclaimere : Om Masashi Kishimoto.

Genre : Hurt/Comfort

Main chara : Naruto uzumaki, Hinata Hyuuga.

Warning : Semi canon, OOC(maybe), typo, rada gak nyambung, bikin bingung, gak jelas

HAPPY READING MINNA

.

Sayonara, Naruto-kun

"Ngh."

Aku segera menghampirinya.

"Siapa kau?" tanyanya. Tenggorokanku tercekat setelah mendengar pertanyaannya.

"K-kau—ti-tidak i-ingat aku?" tanyaku. Dia hanya menggelengkan kepalanya.

"La-lalu, a-apa yang ka-kau ingat?" tanyaku. "Memangnya aku lupa ingatan, apa?" elaknya.

"Ka-kau tunggu di sini se-sebentar," ucapku kemudian berlari meninggalkannya.

Tok tok tok.

"Masuk."

Aku memasuki ruangan tersebut.

"Ada apa, Hinata?" tanya seorang perempuan berambut hitam yang berada di ruangan tersebut.

"Hah, hah, i-itu, Na-naruto—,"

"Lebih baik kau duduk dulu, Hinata," potong perempuan itu. Aku segera duduk di kursi yang berada di depan perempuan tersebut. Kami hanya dibatasi oleh sebuah meja besar.

"Jadi, tadi kau mau bilang apa?" tanya perempuan tersebut, panggil saja dia Shizune.

"K-kau harus me-meriksa keadaan Naruto-kun, sekarang!" pekikku. "Memangnya apa yang terjadi?" tanya Shizune. "Lebih baik anda memeriksanya sekarang, juga!"

Shizune berjalan menuju ruang dirawatnya Naruto dan aku mengekorinya dibelakang.

.

Kriet

Shizune memasuki ruangan tersebut. Begitupun aku.

Naruto memandang kami dengan bingung.

Shizune berbalik badan menghadap kearahku.

"Jadi apa yang harus kuperiksa?" tanya Shizune yang sudah mengaliri chakra ditelapak tangannya. "I-ingatannya," jawabku. Shizune mendekati Naruto.

"Naruto, aku harus memeriksamu sekarang," ujar Shizune. Naruto mengangguk sebagai jawaban 'ya'.

Naruto segera berbaring di ranjang rumah sakit tempatnya dirawat. Shizune menempelkan telapak tangannya yang telah teraliri chakra ke kening Naruto.

Setelah beberapa menit, Shizune menghentikan aktititasnya kemudian berbalik ke arahku.

"Ba-bagaimana keadaan, Na-naruto-kun?" tanyaku. Shizune menghela napas.

"Begini, kurasa saat dia terbentur saat melawan ke-enam Pein, ingatannya sedikit terkikis. Bagaimana kalau kita bicarakan ini diluar?" ajak Shizune. Aku pun mengangguk. Kami segera meninggalkan Naruto sendirian.

"Ja-jadi, bagaimana?"

"Ingatan Naruto terkikis. Memangnya dia tak ingat pada siapa?" tanya Shizune. "Di-dia tidak ingat pa-padaku," ucapku sambil menundukkan kepalaku. Shizune menganggukan kepalanya pelan.

"Bi-bisakah anda me-mengembalikan ingatan, Na-naruto-kun?" tanyaku—atau lebih tepatnya memohon.

"Seandainya aku bisa, aku pasti akan mengembalikan ingatannya. Tapi, kami para ninja medis tidak bisa mengembalikan ingatan seseorang," jelas Shizune sambil menundukkan kepalanya.

"La-lalu, apakah ada cara lain untuk mengembalikan ingatannya tanpa melalui pengobatan?" tanyaku dengan wajah memelas.

"Tanpa melalui pengobatan, ya?" Shizune memasang pose berpikir.

"Sepertinya ada! Oh iya! Ada 2 cara!" ujar Shizune. Aku memandangnya dengan wajah penuh harap.

"Cara yang pertama adalah kau harus membawanya ketempatyang menyimpan banyak kenangan tentang kalian atau membawakannya sebuah benda yang berkaitan dengan kalian,"

"La-lalu, ca-cara yang ke-kedua ba-bagaimana?" tanyaku penuh rasa ingin tahu.

"Cara yang kedua adalah—"

.

.

.

.

.

.

.

.

"O-ohayou, Na-naruto-kun," sapaku.

"Ohayou—" Naruto memandangku bingung.

"Hi-hinata Hyuuga," ucapku seakan tau apa yang akan dia tanyakan.

"Oh, ohayou, Hyuuga-san."

Jujur saja, aku agak sedikit aneh ketika dia memanggilku dengan nama margaku. Menurutku, panggilan itu agak terasa asing jika Naruto yang mengucapkannya.

"Bo-bolehkah aku ma-masuk?" tanyaku. Sekarang aku sedang berdiri di depan pintu masuk.

"Silahkan," ucap Naruto. Aku pun memasuki kamar tempatnya dirawat.

Naruto masih berada di rumah sakit karena masih ada pengobatan yang yang harus dijalaninya. Yang pasti bukan pengobatan untuk mengembalikan ingatannya.

Aku duduk di bangku yang berada yang berada di samping tempat tidur Naruto. Naruto bangkit duduk lalu bersender di dinding yang berada di belakangnya.

"A-apa be-belum ada yang me-menjenggukmu?" tanyaku sekaligus membuka percakapan.

"Belum ada. Memangnya kenapa?" tanya Naruto.

"Ti-tidak apa-apa," jawabku.

'Kurasa aku akan memberikannya sekarang' batinku.

Aku melihat kesekitar untuk memastikan bahwa hanya kami berdua yang berada di ruangan ini.

"Na-naruto-kun, aku ingin—,"

Brakk!

Sontak aku terkejut. Aku menengok ke asal suara.

"OHAYOU, NARUTO-KUN!"

Jantungku rasanya mau copot karena mendengar suara yang begitu mengagetkan dan menggelegar(?).

Ternyata yang datang adalah teman-teman yang terdiri dari; Sakura, Sasuke, Neji, Lee, Ten-ten, Kiba, Shino, Ino, Shikamaru, dan Chouji.

"Hah, teman-teman?" ucap Naruto.

"Hai, Naruto!" sapa Sakura.

"Kau baik-baik saja, Naruto?" tanya Lee.

"Apa keadaanmu sudah membaik?" tanya Ino.

"Ya!" jawab Naruto lantang.

"Kau juga ada disini, Hinata? Kami mencarimu kemana-mana untuk mengajakmu menjenguk Naruto. Ternyata kau sudah sampai duluan," ucap Kiba.

"U-um," jawabku sambil menundukkan kepala.

Mereka pun mengobrol sampai aku merasa terlupakan.

Aku menggenggam erat sebuah bingkisan yang ada di pangkuanku.

Aku menengok ke arah Naruto yang sedang mengobrol dengan teman-teman. Aku menghela napasku.

"Ku-kurasa a-aku harus pe-pergi," ucapku lalu berlari kecil menuju pintu keluar.

"Hyuuga-san,"

Langkahku berhenti tepat di ambang pintu setelah mendengar panggilan itu.

"Y-ya?" ucapku tanpa menengok ke arah sang pemanggil karena aku sudah mengetahui siapa yang memanggilku.

"Kau mau kemana?" tanyanya.

"A-aku ha-harus pergi," ucapku lalu berlari kecil keluar ruangan tersebut.

Normal POV

"Dia kenapa?" tanya Sakura. Ini menyenggol pinggan Sakura. Sakura pun teringat sesuatu. Dia pun mengangguk-angguk.

#skip time

"Jaanee~"

"Jaa~"

"Dah~"

"Bye~"

Semuanya mengucapkan salam perpisahan sebelup pergi dari kamar tempat di rawatnya Naruto.

Saat semuanya sudah pergi, Naruto menghela napas.

"Hah, sepi lagi," ucap Naruto.

Naruto melihat sekeliling ruangan sampai matanya tertuju pada sebuah tas tenteng berwarna kuning. Naruto menghampiri tas tersebut. Dia mengangkat tas tersebut lalu meletakannya di atas tempat tidurnya. Dia duduk beberapa centi di depan tas tersebut.

"Tunggu dulu! Sepertinya aku mengenal tas ini," ujar Naruto. Naruto tampak sedang berpikir.

"Oh iya! Ini kan tas yang tadi dibawa oleh, Hyuuga-san!" pekik Naruto.

"Apa ini untukku?" tanya Naruto pada angin yang berlalu.

"Kulihat saja dulu apa isinya!"

Dia mengambil sebuah benda yang terdapat di dalam tas tersebut.

"Apa ini? Kotak makan?"

Naruto segera membuka tutup kotak makan tersebut.

"Wah~." Mata Naruto berbinar ketika melihat apa isi kotak makan tersebut.

"Onigiri!" pekik Naruto.

Kruyuk~ Kruyuk~.

"Ukh, tiba-tiba aku merasa lapar," ucap Naruto sambil mengusap-usap perutnya.

Naruto memandang onigiri tersebut dengan napsu(?).

'Aku makan atau tidak, ya?' tanya Naruto dalam hati.

Tiba-tiba perut Naruto mengadakan konser dadakan lagi.

"Ukh, tapi aku sudah lapar. Aku makan sajalah. Lagipula Hyuuga-san kan gadis yang baik hati. Pasti dia tidak akan marah. Hihihi," ucap Naruto sambil mengangkat satu onigiri dan mendekatkannya ke arah mulutnya.

Tiba-tiba Naruto menghentikan aktivitasnya.

"Eh, tunggu dulu. Bukannya ini wajahku?" ucap Naruto sambil menunjuk onigiri tersebut.

"Rasanya serasa memakan wajah sendiri" ucap Naruto agak sweetdrop.

Naruto pun dengan setengah hati memakan onigiri tersebut.

Tiba-tiba matanya berbinar.

"Wah! Enak sekali!" pekik Naruto.

"Tapi sepertinya aku pernah memakan makanan yang seperti ini. Tapi dimana, ya?" tanya Naruto sambil memasang pose berpikir.

"Ah, daripada aku memikirkan hal yang tidak akan ketemu jawabannya, lebih baik alu melanjutkan acara makanku!"

Naruto melanjutkan acara makannya dengan sepenuh hati.

TBC

Akhirnya fanfic kedua selesai juga! Oh iya, sepertinya fanfic yang pertama yang judulnya 'Duo troublemaker' itu banyak kesalahannya. Author lupa menuliskan bahwa ada peringatan tentang typo, newbie, dan lain-lain. Semoga di fanfic ini gak ada yang kelupaan.

Terima kasih juga bagi kalian yang mau membaca.

Author berharap kalian semua mau me-review!.

Salam manis, Akasuna no Zaa-chan.