Naruto Milik Masashi Kishimoto

Masih Newbie | Banyak typo | DLDR | No EYD | Kesalahan lainnya dkk.

.

.

.

Couch, CEO, and My Lover.

.

.

.

Hari Minggu ini Hinata habiskan bersama keluarga kecilnya di kediaman Hyuuga. Kali ini ia membersih-bersihkan rumah yang menjadi tempat istimewa baginya. Banyak kenangan-kenangan indah yang tersimpan didalam kediaman Hyuuga ini.

Pekerjaan Hinata sebagai salah satu patisserie yang memiliki keahlian luar biasa dan memiliki satu buah toko roti kecil-kecilan miliknya yang selalu ramai dikunjungi membuatnya harus bekerja ekstra dari senin sampai sabtu.

Disaat-saat seperti inilah ia dapat menghabiskan waktu bersama teman atau keluarganya. Membuang sejenak semua beban yang didapatnya dari dunia luar.

"Hanabi, Nee-chan saja yang memberishkan kamar Tou-san ya. Kamu minum teh dulu saja." Ujar Hinata sambil menahan pergelangan tangan Hanabi dengan lembut. Hanabi segera pergi menuju dapur untuk membuatkan teh hangat.

Hinata menaiki satu per satu anak tangga kayu di dalam kediamannya ini. Lalu ia menggeser pintu kamar milik kedua orangtuanya. Ia menatap kamar itu dengan tatapan sendu.

Sudah 12 tahun sejak kepergian ibunya, dan tidak ada satupun orang yang dapat menggantikan posisi Hyuuga Hikari di hatinya.

Ia mulai merapikan dan membersihkan segala isi dari kamar ini. Mulai dari tempat tidur,lemari,laci-laci kecil sampai pergerakkan Hinata terhenti pada suatu tempat.

Ia melihat sebuah buku diary kecil yang sudah sangat berdebu dari bawah laci kecil disamping tempat tidur besar milik orangtuanya.

'Hyuuga Hikari'

Tertulis nama ibunya dengan aksara jepang di atas sampul diary tersebut. Air mata mulai mengalir dari pelipis Hinata, ia mulai membaca halaman pertama, membuka halaman selanjutnya dan mulai mengingat ingatan-ingatan masa kecilnya bersama sang ibu.

Sampai pada halaman ke 23, Hinata membaca keseluruhan keinginan sang ibu terhadap anak-anaknya. Hinata tersenyum kecil melihat sang ibu menginginkan agar anak-anaknya hidup rukun saling menyayangi keinginan kecil yang sangat sederhana.

Lalu setelah melihat tulisan pendek itu, pandangannya menuju pada bagian kertas yang paling bawah. Tertulis disitu sang ibu ingin sekali Hinata dapat memainkan piano dan memainkannya untuk keluarganya di sore hari sambil meminum teh.

Hati Hinata mencelos, ia belum bisa mewujudkan keinginan ibunya yang baru saja ia ketahui.

Mulai hari ini, jam ini, menit dan pada detik ini Hinata bertekad mewujudkan keinginan sang ibu.

"Hanabi, kapan ayah dan Neji-nii pulang dari Ame?" Tanya Hinata sambil memandang teh hangat yang dibuatkan adiknya

"Seminggu lagi Nee-chan. Kata ayah kali ini mereka akan merencanakan proyek besar bersama Ame." Jawab Hanabi sambil meneguk teh yang berada di genggamannya.

Hinata hanya mengangguk kecil mendengar penuturan adiknya.

"Etto Hanabi, apa menurutmu Nee-chan boleh mencoba bermain piano?" Tanya Hinata sambil menautkan jari nya di depan dada.

Dan yak, mulut Hanabi sudah melongo sempurna. Ia masih belum percaya dengan apa yang dikatakan sang kakak barusan. Apa kakaknya terkena penyakit atau apalah itu yang membuatnya mau bermain piano?

Hinata hanya menelan ludah melihat ekspresi Hanabi. Ia sudah memprediksi hal ini.

Hanabi pasti akan terkejut. Yang keluarga Hyuuga tahu, Hinata adalah orang yang tidak terlalu suka bermain alat musik. Pernah saat dia berumur 10 tahun ia mengikuti les Piano. Alhasil, baru seminggu ber-les Piano ia sudah mengeluh karena jari-jarinya sudah keram semua. Ditambah lagi dengan fakta, saat Hinata disuruh menunjukkan bakat bermain alat musik di sekolah ia sama sekali tidak tahu apa-apa dan malah jadi bahan tertawaan di depan teman-temannya. Poor Hinata

"A-apa Nee-chan serius?" Tanya Hanabi sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Hinata hanya mengangguk mendengar pertanyaan Hanabi. Hanabi pun menghela nafas dan mengiyakan pertanyaan sang kakak tentang les piano tadi.

"Yah asalkan Nee-chan 'bisa dan tahan' , Aku iya-iya saja" Ucap Hanabi dengan menekankan kata 'bisa-dan-tahan' untuk menyindir kakak manisnya itu.

Sinar matahari siang ini sangat terik tapi tetap saja banyak orang yang berlalu lalang dijalanan demi kepentingan masing-masing.

Hinata sedang sibuk menata kue-kue kecil di toko rotinya. Meskipun statusnya sebagai pemilik toko roti ia sering membantu secara langsung para pegawai-pegawainya disini. Sosok ramah dan lembutnya dapat membuat semua orang senang dan akrab dengan Hinata.

"Ne Miku-chan, apa kau tahu tempat untuk les piano yang bagus dimana?" Tanya Hinata pada salah seorang pegawai sambil masih menata kue-kue ke atas rak nya.

"Lah? Hinata-san ingin les piano? Apa masih bisa ya?" Pertanyaan Hinata malah dijawab dengan pertanyaan lagi oleh Miku.

Hinata menghela nafasnya sejenak. "Mungkin dari segi umur sudah terlambat Miku-chan. Tapi ini keinginan almarhum ibuku yang belum terwujud" Jawab Hinata sambil menundukkan kepalanya.

Miku terdiam mendengar penuturan Bos nya itu. Ia mulai berpikir dimana les piano yang bagus dan cocok untuk Bos indigonya ini.

"AA! Bagaimana kalau di Senju Musical? Disana tempat les musik yang sangat bagus loh. Lulusannya semua jago-jago Hinata-san!"

"Se-Senju Musical?" Tanya Hinata ragu

"Iya. Apalagi yang kudengar cucu pemilik Senju Musical itu sangat tampan dan mahir bermain piano loh. Dia bekerja sebagai CEO di perusahaan ayahnya Hinata-san!" Ujar Miku kegirangan membayangkan wajah CEO itu.

"Miku-chaaan aku kesana ingin les piano bukan mencari pacar!"

Tak perlu ditanya lagi Hinata hampir pingsan sekarang.

Hinata menghentikan laju mobil berwarna silver miliknya di depan sebuah gedung besar yang lebih terlihat jadi sebuah gedung perusahaan daripada tempat les musik.

"Senju Musical ya?" Gadis indigo itu menggumamkan nama tempat yang mungkin akan menjadi pilihan pas baginya. Ia mulai melangkahkan kakinya masuk kedalam gedung besar ini. Tempat dimana impian ibunya yang selama ini tersembunyi akan dia wujudkan.

' Semoga berhasil! Ganbatte Hinata' Yakin Hinata pada dirinya sendiri.

Hinata mulai melangkahkan kaki jenjangnya masuk kedalam gedung besar itu. Suara-suara alat musik sampai ke telinga Hinata saat baru memasuki area administrasi Senju Musical.

"Ada yang bisa saya bantu nyonya?" Tanya salah seorang pegawai pada Hinata di meja administrasi

"Etto, begini. Saya ingin mengikuti khursus piano klasik disini. Saya mendaftar dimana ya?" Tanya Hinata lembut.

"Oh bisa. Kamu umur berapa? Dan apa sudah pernah mengikuti kursus sebelumnya? Agar saya bisa tahu menempatkan kamu di tingkatan mana?"

"E-e-etto, umur saya 24 tahun. Sudah pernah ikut kursus sebelumnya, tapi hanya seminggu hehe" Jawab Hinata sumringah. Pegawai administrasi itu malah sweat drop dibuatnya.

"Nah Hinata-san ini buku untuk kursus piano. Hinata-san besok datang saja kemari jam 4 sore, saya akan menunjukkan ruangannya" Ujar pegawai administrasi beriris hitam itu.

"Uum. Terimakasih banyak.. eer?"

"Yuri. Panggil saja Yuri"

Hinata hanya membalas dengan senyuman. Ia beranjak pergi keluar dari gedung Senju Musical

Tak berapa lama kemudian, sebuah pemandangan tak mengenakkan muncul di hadapan Hinata. Sebuah mobil ferarri hitam menutupi jalan keluar mobil miliknya. Seingatnya tadi saat ia datang ferarri hitam itu belum berada tepat dibelakang mobil miliknya.

Hinata kesal, tapi sebelum ia sampai ke dekat mobil sialan yang menutupi jalan keluar mobilnya, seorang pemuda tampan, tinggi, berambut pirang, iris sebiru lautan turun dengan penuh kharisma dari dalam mobil.

Hinata terdiam sejenak. Semilir angina menerbangkan beberapa helai rambutnya. Duh, kayak drama korea niihh. Dengan cepat Hinata langsung tersadar,bukan itu tujuannya mendatangi mobil hitam mahal itu.

'AAAH Ganteng ganteng sialan tuh cowok'

.

.

.

Bersambung…

Terimakasih sudah membaca. Jangan lupa review he40x