Halo Semuaaaaa... Kangen banget rasanya karena udah lama nggak update cerita di ff. Tapi, kali ini aku muncul dengan cerita baru (padahal cerita pertama belum kelar). Akan kuusahakan jalan dua-duanya, Minna-sama~

Oke lets go!

.

.

.

Prolog

.

Aku bertemu dengannya ketika aku berumur 8 tahun. Kami bertemu di hari pemakaman keluarganya. Ayah, ibu, dan kakaknya meninggal dalam kecelakaan pesawat. Dia seumuran –ah, tidak, aku yakin aku lebih tua darinya karena dia terlihat sangat mungil di mataku.

Pertama kali melihatnya yang terus menunduk hari itu, aku merasa kasihan. Dia benar-benar terlihat menyedihkan. Yah dapat dimengerti karena ia kehilangan seluruh keluarganya di usia yang masih sangat muda. Aku masih ingat, dia hanya menunduk dengan pandangan kosong meskipun sedang diajak bicara oleh orang-orang yang datang melayat. Tidak bereaksi meski tengah dipeluk oleh orang-orang itu. Dan hal ini justru membuat orang-orang itu menangis karena merasa iba pada anak kecil yang menjadi sebatang kara hari itu. Hanya ada pelayan setianya yang menjawab 'terima kasih' untuk rasa belasungkawa dari rekan-rekan orang tua majikan mudanya itu. Ia tahu tuan mudanya tak mampu bicara.

Dan ketika aku dan keluargaku yang mandapat giliran untuk berusaha menguatkan hatinya, aku bisa melihat mata yang lebih hitam dari langit malam itu tampak redup dan kosong. Meski begitu, aku tak mampu mengalihkan pandanganku darinya. Meski redup, ia terlihat begitu… indah.

"Sasuke, aku tahu ini sangat berat bagimu. Tapi kau masih punya kami. Kau sudah aku anggap anakku sendiri. Jadi, aku tidak ingin Kau melewati semua ini sendiri. Aku ingin menjadikanmu sebagai anakku. Kau mau, Sasuke?" Itu adalah serentetan kalimat yang aku ingat terucap dari mulut ayahku. Dia berlutut menyejajarkan posisinya dengan dia.

Dan aku melihatnya. Aku melihat mata itu terangkat menatap ayahku. Mata itu terlihat jauh lebih indah ketika ada tanda kehidupan di sana. Ada banyak kecamuk rasa di matanya.

"Benar Sasuke-kun. Kau sudah seperti anak keduaku. Kau mau kan, membangun keluarga baru bersama kami. Kaa-san, Tou-san, dan Nii-san."

Ibuku menambahi sambil menunjuk dirinya, ayah, lalu aku. Dia pun memandang kami satu per satu. Saat kami bertatap mata, aku yakin waktu berhenti saat itu. Tapi entah mengapa irama jantungku justru meningkat. Sensasi ini… aku menyukainya.

Oh, tidak. Dia kembali menunduk. Kembali menyembunyikan mata indahnya.

Sebentar kemudian, bahunya bergetar. Kami yang melihatnya seperti orang yang menangis mulai khawatir. Pelayan setianya yang berambut putih itu berjongkok di sampingnya, memegang bahunya, dan bertanya dengan lembut. Namun bukan jawaban yang didapatnya melainkan sebuah pelukan erat disertai raungan tangis.

Dia menangis sangat kencang sembari menyembunyikan wajahnya di bahu pelayannya. Dia memanggil-manggil ayah dan ibunya, serta kakaknya. Ayah dan ibuku tentu merasa bersalah dengan hal ini. Mereka mengingatkannya pada keluarganya. Bahkan ibuku ikut menangis yang berusaha ditenangkan oleh ayahku. Aku pun ingin sekali memeluknya dan mengatakan bahwa aku di sini untuknya.

Pelayannya mengangkatnya. Dia menggendongnya di depan seperti koala karena tuan mudanya tak juga melepas pelukannya. Dia masih menangis sesenggukan. Akhirnya pelayannya berpamitan ingin membawa tuan mudanya beristirahat.

Sepuluh tahun telah berlalu. Namun selama itu, setiap malamku selalu teringat akan dirinya. Hingga sekarang, aku semakin mendambanya. Aku ingin segera bertemu dengannya. Bertemu malaikatku, Sasuke.

TBC

.

.

.

Cerita ini berpusat pada Uchiha Sasuke dengan memakai point of view nama orang yang menjadi subjudul di setiap chapternya.

Gomen. OOC.

Mohon reviewnya yahh.. :)