Suara derap kaki menggema, bersahutan dengan helaan nafas berat seorang lelaki Keringat membasahi peluhnya, kakinya terasa amat sakit. Namun ia tidak bisa berhenti. Ia terus mempercepat laju larinya.

Pikirannya kacau. Ia tidak menduga lelaki berwajah polos itu bisa menjadi sebengis ini. Dipeganginya luka tikaman di perutnya, berusaha menghentikan pendarahan. Ia tidak kuat lagi. Ini sangat menyiksa.

Ingin rasanya ia berteriak, namun memanggil siapa? Bahkan mata kanannya sudah tak bernyawa lagi. Semuanya direnggut habis dengan keji oleh lelaki itu. Panik. Takut. Sedih. Marah. Kecewa. Ia sangat lemah. Kemana perginya harga dirinya yang setinggi langit itu?

Kakinya terantuk sesuatu. Ia jatuh terjembab ke tanah. Ia meringis kesakitan. Dengan susah payah ia berusaha kembali berdiri, namun tak kuasa.

Tap. Tap. Tap.

Suara langkah kaki seseorang terdengar, makin lama makin jelas. Jantung lelaki itu berdegup kencang. Ia membalikkan tubuhnya, menatap ngeri sesosok lelaki yang tidak asing itu.

Sanada Yukimura. Rivalnya.

"Masamune-dono, kenapa berlari?"

Tak seperti biasanya, tatapan matanya membuat sang naga bermata satu merinding. Dingin. Keji. Haus darah.

Ia memaksakan diri untuk berdiri. Dia harus pergi dari sini. Namun gagal. Ia tak kuasa menahan sakit yang amat sangat itu.

"Shit!" Rintihnya. Sang rival memiringkan kepalanya.

"Sakit ya? Kalau begitu diam saja di tempat... Sebentar lagi akan kubuat Masamune-dono tidak menderita."

Ditodongnya Jumonji-yari miliknya di hadapan wajah sang naga.

"Sanada Yukimura, kau ini kenapa? Hey, sadarlah! Kau bukan Sanada Yukimura yang kukenal!" Bentak pria ber-eyepatch itu.

"Sanada Yukimura yang kau kenal...? Sayang sekali, ya. Tapi ini aku sekarang." Senyuman tipis terlukis di wajah pucat pria berbandana merah itu.

Penampilannya amat menyedihkan. Baju dan tubuhnya kotor dipenuhi cipratan darah, rambutnya lebih berantakan dari biasanya, dan wajahnya pucat bagaikan mayat. Matanya terlihat seperti mata ikan yang sudah mati—amat berkabut.

Bukan salahnya ia menjadi seperti itu. Semuanya telah direnggut darinya—rumahnya, pasukannya, tuannya, dan ninjanya yang setia. Semuanya kandas, menyisakan sebuah jiwa yang dipenuhi amarah dan kesedihan yang mendalam.

"Kojuuro-dono sudah ada di atas sana... Ada bersama Sasuke dan Oyakata-sama... Bagaimana kalau Masamune-dono ikut menyusul juga?"

Mata sang naga bermata satu membelalak menahan sakit ketika sang rival menghunuskan senjatanya ke tubuhnya. Pandangannya memudar.

Tak ia duga, hidupnya akan direnggut seperti ini. Dia kalah. Tapi bukan ini yang dia inginkan... Sama sekali bukan.

"Tidur yang nyenyak, Masamune-dono. Mimpi indah."


(A/N)

Aaahhh... Webe belom lepas jadinya cuma bisa nulis ginian. *frustated sigh*

Oh, kalau kalian belom ngeh, ini sekuel dari drabble ku "It's just a dream". Apparently Yukimura survived, dan dia malah jadi kayak Oichi (Author sendiri baru ngeh lho.)

HAAABIS. Saya lelah liat Yukimura jadi yang didomimasi sama Masamune terus. Alhasil lahirlah ide saya untuk membuat Mad!Yukimura. Hiiiih ngebayanginnya aja saya udah jatuh tjintah.

Eniwei, tengkyuh sudah mau baca. Dan plis jangan tanya Romeo & Cinderella lanjutnya kapan. Yang nulis chapter 2 bukan saya.

Sincerely,

-Ikurin yang akhir-akhir ini masuk fandom OFF dan Touken Ranbu (Ga ada yang nanya mbak.)