Inspirasi cerita ini aku dapat tepat abis pulang sekolah… abis dari masjid, aku hampir menginjak sesuatu! Dan ternyata itu adalah anak kucing mati! Huweee! T^T enjoy the story please~!

Genre:Humour/Romance

Rated:T—aku terlalu takut buat ngasih rate K!

Warning:OOC, gajhe, yaoi, nyeleneh, Death Note Cuma numpang lewat, timeline(kapan dan dimana) gajhe, deelel deelel yang terlalu banyak ampe ga bisa disebutin!

Cat Incident

Chapter 1:

Anak Kucing

By:Vanilla Amano

Hari Minggu siang yang cerah. Membuat semua orang tersenyum karena udaranya yang cerah ceria dan mendukung mereka untuk melakukan aktifitas mereka yang bejibun. Perasaan semua orang bahagia dan senang.

Kecuali buat satu orang ini. Orang berambut hitam jabrik dan memiliki wajah layaknya seorang 'pecandu'. *ditabok rame-rame*

L, atau Ryuuzaki, atau Daneuve, atau Coil, atau you-know-who(?), atau apapun anda menyebutnya, sedang duduk dengan tampang yang datar. Mukanya yang udah datar jadi makin datar karena panas diluar. Cowo setengah panda itu kelihatannya sudah sangat kepanasan. Keringat bercucuran dari keningnya yang pucat.

"Panas…" ujarnya datar. Pendingin ruangannya tidak menyala. Malah sebenarnya, lampu dan kamera aja juga ga nyala. Kayanya dia lupa bayaran tagihan listrik ampe diputus gitu sama PLN… loh? Koq orang kaya seperti dia bisa lupa bayar tagihan listrik? Semua itu dikarenakan Watari yang lagi pergi ke New York buat menjalani rehabilitasi rematik bulanannya.

"Watari seharusnya sudah membayar listrik untuk 1 bulan penuh… tapi kelihatannya dia lupa… maklum sajalah… dia sudah tua… sudah pikun…" gumam L sambil menuangkan gula cair kedalam sirup strawberrynya.

20 menit…

Akhirnya L tidak tahan untuk terus 'mendem' didalam rumah dan jadi 'mateng'. Maklum, dihabitat aslinya aja di Cina udaranya dingin. Berdiri dengan berat hati dari singgasananya, L berjalan malas dengan gayanya yang aneh keluar dari ruangan itu menuju halaman.

Ya, halaman.

Percayakah anda dia punya halaman? Percaya-percaya aja… secara dia orang kaya gitu… jadi nya semua hal yang dia inginkan bisa diwujudkan dengan gampang…

L melangkahkan kakinya keluar ke halaman. Langkah pertama terasa aneh, langkah kedua terasa normal, langkah ketiga rasanya aseek(?), dan langkah-langkah selanjutnya lebih aseek(?) lagi.

"Ternyata keluar dari ruangan tidak seburuk yang kukira…" pikirnya. Tapi…

MIIING… MIIING… *suara matahari yang panas banget*

"…" L terdiam dengan sukses. Kulitnya yang tadinya pucat banget langsung berubah jadi kecoklatan gitu. "Ternyata ide yang buruk… akhir-akhir ini instingku jadi tumpul…" gumamnya sambil berbalik badan untuk masuk kembali kedalam ruangannya.

Tiba-tiba dia menginjak sesuatu…

'NGEK'

"MEW!"

L bingung. apakah bunyi tersebut? L belum pernah mendengar bunyi seperti itu… dia menoleh kearah kakinya dan…

"!"

"Tadaima…" seekor—eh, seorang cowo tampan berambut madu memasuki ruangan tempat biasanya L berada. "Ryuuzaki, aku pulang… kau dimana?" panggil Yagami Light sambil membereskan belanjaan yang dia bawa.

"Ryuuzaki…" panggilnya sekali lagi. Masih tidak ada jawaban. "Masa sih lo mati duluan gara-gara kepanasan? Aku sudah berusaha secepat mungkin untuk membayar tagihan listrik loh… buktinya sekarang listriknya sudah menyala kan?" jelasnya pada para readers karena tidak ada L yang dia ajak ngomong.

"Ryuuzaki~~" akhirnya Light mulai kesal. Dia berjalan lebih jauh kedalam, sempat berhenti untuk mengusap peluh didahinya dengan gaya charismatic dan berkaca sebentar mengagumi dirinya yang menurutnya perfect.

"Hh… perfect sekali aku ini…" Light membatin sambil mengamati pantulan dirinya. "Aku memang perfect ya… sudah pintar, ganteng, bodynya bagus dan atletis, rajin belajar, suka menabung dan calon Dewa di dunia baru ini…"

"Light-kun…" suara baritone L yang sudah familiar di telinga Light membuatnya memalingkan wajah dari kaca.

"Ah, Ryuuzaki. Akhirnya kau muncul juga. Kupikir kau mati kepanasan didalam si—" kata Light, tapi kemudian berhenti ketika melihat apa yang ada di pelukan L. ya, anda tidak salah baca. PELUKAN L.

"APA YANG ADA DI PELUKANMU ITU!" seru Light lenjeh sambil menunjuk-nunjuk makhluk itu histeris.

"Light-kun mengharapkan saya mati kepanasan. Presentasi Light-kun menjadi Kira bertambah 5%," kata L yang udah balik pucat lagi. "Yang ada dipelukan saya ini baru saja saya temukan di halaman belakang. Saya tidak sengaja menginjaknya dan saya tidak tahu harus melakukan apa terhadapnya. Jadi saya membawanya masuk." Jelasnya sambil menatap makhluk kecil di pelukannya.

"Meow…" seekor anak kucing kecil berbulu hitam dan berbulu putih dikeempat kakinya meratap. Dari ukuran badannya, kelihatannya anak kucing itu baru berumur 2-3 bulan.

"Jangan bilang kau tidak tahu bahwa itu anak kucing…" kata Light sambil geleng-geleng. "Dan aku tidak mengharapkan kau mati kepanasan, hanya penasaran kemana kau pergi ketika aku datang tadi." Tambahnya.

"Heeh~?" L menatap anak kucing itu dengan mata melebar (sok) polos. "Jadi ini yang dinamakan anak kucing… saya selalu penasaran apa bedanya anak kucing dan kucing biasa…"

"Namanya 'anak' kucing ya pasti ukurannya lebih mini lah!" Light frustasi dengan minimnya pengetahuan L tentang dunia luar. "Ngomong-ngomong kau sudah memberinya makan?" tanyanya.

"Belum. Saya tidak tahu dia makan apa. Tadi saya bermaksud memberinya makan coklat dan lollipop, tapi—"

"Serahkan anak kucing itu padaku sebelum kau membunuhnya!" Light merebut si anak kucing dari tangan L. "Dimana-mana anak kucing itu harus minum susu induknya… tapi karena disini tidak ada induknya jadi kita harus mencari alternatifnya!" jelas Light sambil menyodorkan jarinya untuk jadi mainan si anak kucing. Kucing itu menyambutnya dengan senang dan imut.

"Heeh~ Light-kun tahu banyak tentang kucing… apa selain bercita-cita untuk jadi polisi dan dewa dunia baru, Light-kun juga bercita-cita menjadi dokter hewan?" tanya L sambil mengelus-elus si anak kucing.

"Yah, dulu aku berminat jadi dokter hewan…" angguk Light, yang jarinya masih digigit-gigit sama si anak kucing. Dia tidak sadar bahwa L menyebutkan kata-kata 'dewa dunia baru'.

"Naik 10%, Light-kun," gumam L sambil duduk(baca:jongkok) diatas kursi kebangsaannya. "Jadi apa yang harus kita lakukan, Light-kun?" tanyanya sambil mengemut jempolnya, berusaha mencari tahu apa yang harus dilakukan dengan anak kucing itu.

"Pertama-tama tentu saja ke toko hewan untuk membeli makanannya—tunggu dulu. Apa maksudnya 'kita'?" tanya Light curiga.

"Tentu saja 'kita'. Light-kun dan saya," jawab L. "Presentasi saya bahwa Light-kun adalah Kira bertambah. Karena itu Light-kun tidak boleh pergi sendirian."

"Kenapa waktu bayar tagihan listrik boleh?"

"Karena waktu itu kepepet dan saya malas keluar. Lagipula presentasinya belum setinggi sekarang."

"…"

"Ada apa Light-kun?"

"Oh, tidak ada apa-apa… kau hanya membuatku makin ingin membunuhmu, Ryuuzaki~" but of course, Light tidak mengatakannya. "Tidak apa-apa, Ryuuzaki. Hanya saja diluar panas sekali. Kau yakin mau keluar?" alih-alih mengatakan isi pikirannya, Light menyatakan kekawatirannya kepada L.

"Light-kun tidak perlu cemas. Kita akan naik limousine milik Watari. Jadi kenyamanan kita tetap terjamin," kata L tenang.

"…" Light terdiam. "Dasar orang kaya…" "Jadi hanya untuk membeli makanan kucing saja kita naik limousine? Mewah sekali. Bagaimana kalau aku saja yang pergi?"

L mikir, "Light-kun benar juga… terlalu mencolok dan menarik perhatian…" pikirnya. "Kalau begitu jalan kaki saja."

"Bisa-bisa kulitmu yang pucat dan halus jadi hitam dan kasar loh… bukankah lebih baik aku saja yang pergi?"

"…"

"…"

"Itu… betulan?" (udah liat buktinya sendiri pas dia keluar ke halaman)

"Ya~"

"…" L cemberut. "Baiklah. Tapi biarkan aku menelepon seseorang untuk menemani Light-kun." Putusnya.

End of chapter 1! Maaf ya kalo gajhe~ lagi stress gara-gara tuh anak kucing! Kucingku sendiri juga udah tua kaya aki-aki~ read n review please! Biar kritik en flame juga kuterima dengan senang hati! Yang penting aku tau ada yang baca ceritaku yang gajhe ini!